Kopi TIMES

Tahun Baru Hijriyah: Momentum Transformasi Diri melalui Refleksi Historis dan Filosofis

Sabtu, 06 Juli 2024 - 14:29 | 62.90k
Shobirin, S.Pd.I, M.Pd, Dosen UNZAH Genggong Probolinggo, Awardee BIB-LPDP Program Doktoral di UIN Malang dan Pemilik Kanal YouTube Suara Online
Shobirin, S.Pd.I, M.Pd, Dosen UNZAH Genggong Probolinggo, Awardee BIB-LPDP Program Doktoral di UIN Malang dan Pemilik Kanal YouTube Suara Online

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Tahun Baru Hijriyah bukan sekadar pergantian angka pada kalender, melainkan titik tolak refleksi mendalam tentang sejarah dan nilai-nilai luhur Islam. Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah yang penuh tekanan dan permusuhan ke Madinah untuk menyebarkan Islam menjadi simbol transformasi mental dan spiritual yang luar biasa.

Sejarah Singkat Hijrah Nabi Muhammad SAW

Pada tahun 622 M, Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya memtuskan untuk meninggalkan Mekkah karena tekanan dan persekusi dari kaum kafir Quraisy, (Pamungkas, 2022: 29-53). Perjalanan hijrah ini menempuh jarak sekitar 480 km. Madinah menjadi tujuan hijrah, di mana Nabi Muhammad SAW diterima dengan hangat oleh Masyarakat Madinah.

Advertisement

Mekkah: Di Bawah Bayang-bayang Represi

Selama 13 tahun, Nabi Muhammad SAW berdakwah di Mekkah, menyebarkan ajaran Islam yang membawa perubahan paradigma. Namun, perjuangannya dihadapkan pada rintangan berat. Kaum Kafir Quraisy, yang memegang kekuasaan di Mekkah, merasa terancam oleh ajaran Islam yang dianggap bertentangan dengan tradisi dan keyakinan mereka, (Hasugian dkk, 2022: 176-181).

Represi dan penindasan kian gencar dilancarkan. Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya diboikot, dianiaya, bahkan dibunuh. Suasana Mekkah menjadi tak kondusif bagi penyebaran Islam.

Madinah: Menyambut Cahaya Islam

Allah SWT kemudian memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk hijrah ke Madinah, sebuah kota yang jauhnya sekitar 480 kilometer dari Mekkah. Madinah saat itu dikenal sebagai Yathrib, mayoritas dihuni oleh dua suku Arab, yaitu Aus dan Khazraj yang sebelumnya terlibat perselisihan.

Kedatangan Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya disambut hangat oleh masyarakat Madinah. Mereka menerima Islam dengan penuh keyakinan dan menjadikannya sebagai pemersatu di antara dua suku yang bertikai, (Amirudin, 2018: 1-16).

Memahami Filosofi Hijrah Menuju Transformasi Diri

Hijrah, lebih dari sekadar perpindahan fisik, hijrah merupakan perjalanan spiritual yang mengantarkan individu menuju transformasi diri yang hakiki. Di balik peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah, terkandung filosofi mendalam yang menjadi pedoman bagi umat Islam dalam meraih kebahagiaan dan kesempurnaan hidup.

Memperkuat Keimanan dan Ketakwaan

Perjalanan hijrah tak lepas dari penguatan iman dan takwa. Dalam situasi penuh rintangan dan bahaya, Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya menemukan kekuatan dan ketenangan dalam keimanan mereka. 

Hijrah mengajarkan kita untuk menjadikan iman sebagai kompas dalam setiap langkah, menuntun kita menuju jalan yang benar dan diridhai Allah SWT. Dengan keimanan yang kokoh, kita mampu menghadapi berbagai ujian dan godaan dengan penuh ketabahan dan keyakinan.

Meninggalkan Zona Nyaman Menuju Keberanian Baru

Hijrah mengajak kita untuk melangkah keluar dari zona nyaman, meninggalkan kebiasaan lama yang menghambat kemajuan diri. Seperti Nabi Muhammad SAW yang berani meninggalkan kampung halaman dan harta bendanya demi menegakkan kebenaran, hijrah mendorong kita untuk berani keluar dari kungkungan rasa takut dan keraguan. Kita didorong untuk berani melangkah maju, menjelajahi potensi diri, dan meraih mimpi-mimpi yang terpendam.

Membangun Komunitas yang Saling Menguatkan

Madinah, kota tujuan hijrah, menjadi saksi lahirnya komunitas Muslim pertama yang saling menguatkan dan mendukung. Semangat persaudaraan dan ukhuwah Islamiyah menjadi fondasi kokoh dalam membangun masyarakat yang madani. Hijrah mengingatkan kita akan pentingnya membangun komunitas yang positif dan inspiratif, di mana kita saling bahu membahu dalam meraih kebaikan dan mencapai kebahagiaan bersama.

Semangat Juang dan Pantang Menyerah

Hijrah bukan hanya tentang meninggalkan, tetapi juga tentang meraih. Perjalanan hijrah penuh dengan rintangan dan bahaya, namun Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya tak pernah menyerah.

Semangat juang dan pantang menyerah mereka menjadi teladan bagi kita untuk terus berjuang dalam mewujudkan cita-cita dan mencapai kesuksesan. Di tengah berbagai kesulitan dan hambatan, hijrah mengajarkan kita untuk pantang menyerah dan terus berusaha dengan penuh keyakinan dan optimisme.

***

*) Oleh : Shobirin, S.Pd.I, M.Pd, Dosen UNZAH Genggong Probolinggo, Awardee BIB-LPDP Program Doktoral di UIN Malang dan Pemilik Kanal YouTube Suara Online.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES