
TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Sebuah bangsa berdiri di atas sejarah yang panjang. Generasi muda bertanggungjawab mempertahankan nilai-nilai luhur kebudayaan. Tanpa belajar dari sejarah, bangsa Indonesia laksana kapal yang terombang ambing di tengah lautan yang luas.
Kebudayaan sudah seharusnya menjadi landasan dalam proses pendidikan. Pendidikan keindonesiaan menghasilkan generasi yang sadar akan perkembangan zaman sekaligus menjadi manusia yang berkebudayaan.
Advertisement
Kemajuan zaman seperti saat ini menuntut pendidikan untuk mempertahankan nilai-nilai kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Pendidikan menjadi gawang terakhir untuk menyemai bibit-bibit generasi penerus bangsa. Calon pemimpin di masa depan ditentukan dari sejauh mana keseriusan seluruh stakeholder untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Pembelajaran Kebudayaan
Budaya tidaklah seperti yang sering didefinisikan sebagai tari-tarian, nyanyian daerah, rumah adat, dan sebagainya. Namun tak salah jika dikatakan kesemuanya itu berawal dari proses pembudayaan. Dilihat dari tinjauan bahasa, budaya berasal dari bahasa sansekerta buddhayah, yang erat kaitannya dengan akal budi manusia.
Budi dan Daya atau buddhayah adalah cara hidup yang disepakati oleh suatu masyarakat tertentu. Masyarakat menyepakati suatu cara hidup tertentu dan tidak terlepas dari pengaruh akal-budinya. Jika sudah disepakati, maka akan mendarah daging dan diwariskan secara turun temurun. Inilah proses pembudayaan. Dan adat istiadat, rumah adat, tari-tarian, dan nyanyian merupakan produk kebudayaan itu sendiri.
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dikenal sebagai ikon budaya Indonesia. Tentu saja, Yogyakarta mempunyai potensi yang luar biasa untuk memperkenalkan budaya-budaya asli Indonesia kepada warga dunia. Sebagai ikon budaya Indonesia, Yogyakarta menjadi panutan bagi daerah-daerah yang lain untuk membuat rumusan pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai kebudayaan yang luhur.
Mempertahankan kebudayaan Indonesia tidak hanya berarti memperkenalkannya kepada warga dunia. Kebudayaan sudah semestinya menjadi acuan mendasar dalam proses penyelenggaraan pendidikan. Nilai-nilai kebudayaan yang luhur bukan hanya diajarkan di sekolah, namun harus juga dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan Keindonesiaan
Kebudayaan yang diajarkan melalui pendidikan jangan sampai hanya terpaku pada simbol semata seperti rumah adat, tari-tarian, dll yang telah disebutkan di atas. Sesungguhnya, budaya jauh lebih luas dari yang dibayangkan. Itulah mengapa pembelajaran kebudayaan di sekolah-sekolah seharusnya memperkenalkan keindonesiaan, bukan hanya budaya setempat.
Sehingga, seorang murid mampu memahami bahwa kebudayaan Indonesia sangatlah luas dan beragam. Wawasan kebudayaan yang terbuka menjadikan generasi penerus bangsa dapat berpikir secara inklusif dan toleran terhadap sesama. Kasus-kasus rasisme atau kejahatan atas nama ras seharusnya tidak terjadi di Indonesia yang menjunjung tinggi Bhinneka Tunggal Ika.
Setidaknya ada tiga poin penting dalam pembelajaran kebudayaan di sekolah-sekolah. Pertama, seorang guru harus memahamkan kepada para muridnya untuk tetap menghormati kebudayaan setempat. Budaya menghormati orang tua misalnya, harus dipraktikkan sehari-hari sehingga etika atau akhlak tetap terjaga walaupun zaman terus berubah.
Kedua, pembelajaran kebudayaan di sekolah semestinya memperkenalkan keindonesiaan. Artinya, keindonesiaan adalah merasa bahwa negeri yang indah ini memiliki beragam suku, ras, agama, dan budaya yang perlu saling memperkenalkan satu sama lain. Praktik pembelajaran yang sangat menarik bisa dengan menonton film dokumentasi yang dikemas dengan cara kreatif.
Ketiga, selalu memberikan teladan bagi murid. Di dalam pendidikan, keteladanan merupakan hal yang paling penting. Sebab, seorang murid sangat memperhatikan tindakan yang dilakukan oleh seorang guru. Jika seorang guru selalu bersikap ramah terhadap sesama, maka tentunya seorang murid pun akan bersikap seperti itu.
Dalam kebudayaan kita sendiri, keteladanan sangat ditekankan oleh Ki Hajar Dewantara. Seorang calon pemimpin bangsa harus mempunyai keteladanan yang baik bagi sesamanya.
Semuanya itu diawali melalui proses pendidikan keindonesiaan yang berakar pada kebudayaan kita sebagai bangsa yang mencintai sesama manusia. Zaman boleh berubah, tetapi karakter kita sebagai bangsa yang menghormati jasa leluhur jangan sampai ikut tergerus.
Dengan memperkuat wawasan keindonesiaan dalam pendidikan kita, kita dapat memetik beberapa manfaat. Pertama, membentuk generasi muda yang cerdas, berkarakter, dan berwawasan kebangsaan. Generasi muda yang memiliki pemahaman yang baik tentang nilai-nilai keindonesiaan akan menjadi aset yang berharga bagi bangsa dan negara.
Kedua, memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa: Pendidikan keindonesiaan dapat membantu menumbuhkan rasa cinta tanah air dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
Ketiga, meningkatkan daya saing bangsa: Generasi muda yang berkarakter dan berwawasan kebangsaan akan mampu membawa bangsa Indonesia untuk mencapai kemajuan di berbagai bidang.
Integrasi pendidikan dan keindonesiaan dalam kurikulum integral adalah langkah yang tepat untuk membangun generasi muda yang berkualitas dan berwawasan kebangsaan. Dengan berbagai upaya dan kerjasama dari berbagai pihak, diharapkan program ini dapat berjalan dengan sukses dan menghasilkan generasi muda yang siap membawa bangsa Indonesia untuk mencapai kemajuan di masa depan.
***
*) Oleh : Rahmat Saleh, S.E., M.Ec., Dev., Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan, Aktif di Yayasan Pegiat Pendidikan Indonesia (PUNDI), Yogyakarta.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |