Kopi TIMES

Kepemimpinan Era Digital

Sabtu, 27 Juli 2024 - 10:10 | 33.62k
Muhammad Hafizh Renaldi, S.Sos., Magister Interdisciplinary Islamic Studies UIN Sunan Kalijaga
Muhammad Hafizh Renaldi, S.Sos., Magister Interdisciplinary Islamic Studies UIN Sunan Kalijaga
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Tulisan ini saya awali dengan pertanyaan, bagaimana dunia digital mempengaruhi kepemimpinan? Saat ini dunia digital bekerja tanpa melihat latar belakang organisasi, maka dari itu seorang pemimpin perlu memahami bagaimana digital mempengaruhi organisasi yang dipimpinnya. Pertanyaan mendasar kemudian lahir, apakah seorang pemimpin bersedia untuk beradaptasi dengan dunia digital? 

Kepemimpinan di era digital menjadi sangat penting karena ini semua tentang disrupsi. Evolusi dan transformasi yang dilakukan oleh teknologi di berbagai sektor berjalan sangat cepat. Sehingga, jika seorang pemimpin tidak cukup berani di hadapan teknologi baru maka itu akan sangat berpengaruh terhadap jalannya organisasi yang ia pimpin.

Advertisement

Sistem organisasi lebih dulu harus mampu mengadopsi teknologi untuk dapat menciptakan hal-hal baru dan layanan baru. Proses ini bukan lagi perihal melawan waktu, namun melawan teknologi itu sendiri, sehingga kita bisa mengenalnya dengan baik. Kita melihat Artificial Intelligence (AI) sekarang bisa dirasakan dari berbagai sektor, baik dalam hal statistik, pemasaran, keuangan, hukum dan lain-lain. 

AI hadir dengan pertumbuhan yang cepat  dan organisasi seharusnya mampu untuk mengeksploitasi manfaat dari teknologi yang ada. Pimpinan dan anggota organisasi harus mampu melihat potensi kombinasi baru dari teknologi. Identifikasi terhadap teknologi harus dilakukan secara mendalam untuk melihat keterampilan apa yang dibutuhkan dalam menjalankan sistem organisasi. 

Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh (Kasali,2023) bahwa kita saat ini telah menjadi bagian dari distrupted society dimana adanya fase penghentian, pemindahan, penghancuran suatu kehidupan sosial dalam setting komunitas. Dalam beberapa perspektif, kecepatan teknologi hari ini dianggap sebagai agen perusak. Namun jika kita menyadarinya, ini hanyalah tentang kecepatan transformasi, jika kita memiliki keterampilan yang baik untuk menggunakannya, maka kita akan bertahan lebih lama dalam lingkungan ini.

Kepemimpinan di era digital adalah tentang menyiapkan diri untuk mengasumsikan kompetensi situasional berdasarkan peran kepemimpinan dan mengembangkan budaya komitmen, keterlibatan dan kepercayaan. Hal inilah yang akan membawa organisasi berkembang dengan baik di tengah transformasi digital.

Pemimpin harus mampu mengutamakan orang lain dan mengubah gaya kepemimpinan serta melakukan berbagai pendekatan dalam setiap situasi. Hadirnya teknologi baru harus dirangkul agar bisa mengubah organisasi dan membawanya ke tingkat berikutnya. 

Dalam hal ini, pemimpin harus memastikan setiap elemen yang bekerja dan tahu bagaimana cara memberdayakan anggota. Pemimpin di era digital diharuskan lebih berani untuk mengambil keputusan sulit dan dalam proses eksplorasi tidak memiliki rasa takut untuk mengambil resiko, namun tentu saja resiko yang diperhitungkan. 

AI dan Pengaruhnya

Ketika kita berbicara mengenai AI, sebagian besar dari kita selalu berpikir tentang robot. Padahal AI bukan hanya robot, AI merupakan pengaruh kecerdasan buatan dimana komputer dapat membantu manusia dalam pengambilan keputusan, membantu manusia untuk mempercepat tindakan, membuat keputusan yang lebih efektif, meningkatkan efisiensi bisnis, memberi tahu organisasi tentang apa yang dapat dioptimalkan dan apa saja peluangnya. Jadi, sangat penting untuk melihat bagaimana kita dapat mengeksploitasi manfaat kecerdasan buatan untuk meningkatkan organisasi kita.

Saat ini, manusia jangan sampai melarikan diri dari teknologi, namun sudah sewajarnya kita memahami apa potensi teknologi tersebut. AI menjadikan kita mengetahui keunggulan apa saja yang kita miliki. Dalam hal percetakan 3D misalnya, kita bisa mempercepat prosesnya setelah 54 tahun mesin cetak ditemukan dan kita bisa melakukan eksploitasi terhadap manfaatnya. 

Kemudian dalam hal blockchain yang bisa jadi masih terdengar asing oleh sebagian orang, namun kita harus melihat bahwa hal ini merupakan teknologi yang sedang berkembang. Konsep yang telah ada selama lima hingga tujuh tahun terakhir. Mengapa saya sebut berkembang, ini karena teknologi yang ada masih belum memiliki dampak penuh dari potensi yang ditawarkannya. 

Umumnya teknologi seperti ini berjalan lambat karena ada banyak risiko, maka dari itu perlu evaluasi yang mendalam untuk memahami potensi yang sangat besar dari teknologi tersebut. Karena berjalan cukup lambat inilah yang membuat kepemimpinan dalam sebuah organisasi perlu untuk merangkul beberapa teknologi yang ada untuk membantu organisasi memiliki dampak yang nyata. 

Dalam hal ini bisa kita lihat pada organisasi yang berjalan di bidang ritel, perhotelan, pariwisata dan industri ilmiah perlu untuk memahami semua teknologi baru yang berdampak pada potensi yang dimiliki agar membuat organisasi tersebut mempunyai pengaruh lebih.

Gaya Kepemimpinan di Era Digital

Setiap pemimpin pasti mempunyai gaya kepemimpinannya masing-masing. Ada yang bersifat otoriter, ada yang menginginkan perdamaian, kemudian ada juga pemimpin yang senang dengan keonaran hingga ada pemimpin yang menginginkan perubahan dengan hak – hak mereka sendiri. Beragam pemimpin dan gaya kepemimpinan bisa kita temui di setiap lingkungan masyarakat, keluarga sampai organisasi.

Dalam konteks yang lebih luas, hadir beberapa jenis kepemimpinan, ada pemimpin  yang adil, otokratis, persuasif, konsultatif, paternalistik dan demokratis. Salah satu yang paling banyak dipakai adalah gaya kepemimpinan demokratis, dimana ia akan berbagi tanggung jawab dengan orang lain dan ingin selalu berkoordinasi berdiskusi dan meluangkan waktu dalam hal mengambil keputusan. 

Namun, pada situasi tertentu ini bisa sangat berisiko karena jika terlalu lama dan jika tanggung jawabnya terdesentralisasi, maka itu menjadi sangat sulit untuk ditinggalkan. Namun ini juga merupakan gaya yang berhasil dalam situasi tertentu pula. Dalam konteks politik sekarang, jika kita melihat AS, ada pemimpin tertentu yang sangat menentukan, tentang  apa yang ingin mereka lakukan.

Gaya kepemimpinan itu penting sehingga itu yang tertanam. Hal ini dikarenakan pemimpin selalu mencoba untuk meyakinkan orang lain dan bekerja dengan orang lain untuk mengambil keputusan. Terkadang ada situasi dimana pemimpin harus berdiri dan mengatakan itu adalah jalan yang diambilnya, karena ia sangat percaya bahwa itu adalah sesuatu yang harus dilakukan. 

Pengalaman terhadap disiplin bidang tertentu juga dapat memperkuat legitimasi seorang pemimpin untuk menyatakan bahwa ia ahli dalam bidang tersebut dan menambah kepercayaan diri terhadap jalan yang harus diambil dengan benar.

Namun akan ada situasi dimana seorang pemimpin perlu untuk melakukan konsultasi dengan orang lain dalam mengambil keputusan. Maka dalam hal ini kepemimpinan adalah tentang kemampuan untuk mengambil keputusan yang sulit dan itulah keindahannya.

Kepemimpinan di Era Digital

Disini saya menyebutnya sebagai kompetensi kepemimpinan untuk inovasi disruptif. Dari keahlian tradisional menuju penciptaan ide-ide brilian dengan berbicara tentang pola pikir yang tidak ada di tempat saat ini. Kita mungkin akan melakukan kesalahan, namun kita tidak dapat berinovasi tanpa melakukan kesalahan. 

PlHanya dengan kesalahan kita mampu untuk mendorong batas-batas, dengan catatan kesalahan tersebut jangan sampai berkelanjutan. Sebagai seorang pemimpin, ia tidak bisa membayar banyak hal untuk gagal, tetapi bisa mengambil resiko yang diperhitungkan. Jangan pernah takut akan ‘kejutan’, sebagian besar dari kita terkadang berpikir untuk menghindari kejutan. 

Kepemimpinan yang baik di era transformasi digital adalah kepemimpinan yang tidak bias menafsirkan visi dan misi organisasinya. Keduanya harus memiliki makna, kearah mana organisasi dijalankan.

Teknologi bisa saja mempengaruhi semua yang kita lakukan atau mempengaruhi sistem organisasi yang dijalankan. Maka dari itu jangan pernah ada keraguan untuk merumuskan kembali sistem, makna dan dampak digital terhadap organisasi. Ia harus dinyatakan dengan jelas dalam visi, misi dan strategi organisasi.

Semuanya harus terlihat eksplisit bagaimana kita akan mengeksploitasi teknologi, jika hal ini tidak terwujud maka organisasi tersebut gagal dalam menggunakan potensi teknologi yang tersedia. Bangunan lainnya yang juga harus mendukung potensi digital dalam organisasi, seperti anggota dan infrastruktur. Organisasi harus mendukung budaya digital dan menjadi bagian dari budaya digitalisasi membutuhkan tingkat kolaborasi yang lebih besar karena kita menggunakan teknologi informasi.

Dalam pengambilan keputusan strategi organisasi juga  harus  berbasis data. Ini akan membuat perubahan dalam organisasi dan pengelolaan perubahan pada organisasi. Pada organisasi modern, pemimpin harus bergerak mengikuti perkembangan zaman. Setiap pengambilan keputusan harus melibatkan data dan pimpinan harus  cepat dalam hal eksekusi, akan tetapi jangan lupa untuk melibatkan kembali  prinsip-prinsip kepemimpinan. 

Catatan Akhir Penulis

Teknologi harus di integrasikan ke dalam lebih banyak pekerjaan dalam organisasi dan kepemimpinan harus disempurnakan di beberapa tingkat, termasuk model dan modal organisasi. Pemimpin di era digital harus mengetahui dimana ia memiliki keunggulan. Di sisi lain ia juga harus gesit dan siap, termasuk dalam menentukan nilai organisasi yang dipimpinnya.

Kepemimpinan di era digital adalah tentang peran kepemimpinan berbasis situasional, kompetensi dan mengembangkan budaya kepercayaan, tujuan, keterlibatan, komitmen, kolaborasi serta kemauan untuk belajar hingga kemampuan tanpa henti untuk membuat kemajuan. 

Pertama kalinya yang harus dilakukan adalah dengan bersedia untuk menyesuaikan gaya kepemimpinan dalam beberapa pendekatan di berbagai situasi. Pemimpin di era digital perlu menjadi lebih memimpin daripada mengikuti, lebih mengeksplorasi daripada bereaksi dan lebih berani daripada berhati-hati. 

***

*) Oleh : Muhammad Hafizh Renaldi, S.Sos., Magister Interdisciplinary Islamic Studies UIN Sunan Kalijaga.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES