Kopi TIMES

Krisis Integritas Pendidikan Tinggi di Indonesia

Senin, 29 Juli 2024 - 08:31 | 145.24k
Ulyan Nasri, Penulis Buku, Author Artikel, Editor Buku, Ketua LPPM dan Dosen Tetap Institut Agama Islam Hamzanwadi NW Lombok Timur
Ulyan Nasri, Penulis Buku, Author Artikel, Editor Buku, Ketua LPPM dan Dosen Tetap Institut Agama Islam Hamzanwadi NW Lombok Timur
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, LOMBOK TIMUR – Pendidikan tinggi di Indonesia menghadapi krisis integritas yang mengkhawatirkan, ditandai dengan laporan terbaru yang menempatkan negara ini di peringkat kedua dunia dalam kecurangan akademik. Data yang dirilis oleh Firzaputri Maulida Maharani dalam artikel di Beautynesia pada 26 Juli 2024 mengungkapkan bahwa Indonesia menempati posisi kedua setelah Kazakhstan dalam hal publikasi jurnal predator sebuah bentuk kecurangan akademik yang merusak reputasi dan kualitas penelitian ilmiah. Krisis ini bukan hanya angka statistik, tetapi mencerminkan isu mendalam yang perlu ditangani secara serius.

Penyebab Krisis Integritas

Advertisement

Berdasarkan riset yang dikutip, salah satu penyebab utama dari krisis ini adalah fenomena jurnal predator. Jurnal predator merujuk pada publikasi akademik yang memanfaatkan kelemahan dalam sistem peer review. Penerbit jurnal predator tidak menetapkan biaya berlangganan untuk pembaca, melainkan menerima pembayaran dari penulis yang ingin artikel mereka dipublikasikan. Hal ini menghilangkan proses peer review yang biasanya menjaga kualitas dan kredibilitas penelitian, sehingga artikel yang dipublikasikan sering kali tidak memiliki standar ilmiah yang layak.

Fenomena ini menciptakan lingkungan di mana penulis terutama dari negara-negara berkembang seperti Indonesia terdorong untuk membayar publikasi agar karya mereka diakui, sering kali dengan mengabaikan integritas dan kualitas penelitian. Penelitian dari MIT Press Direct menunjukkan bahwa negara-negara dengan sektor riset besar tetapi kurang teratur sering kali menjadi korban praktik ini, dengan 20 negara peringkat teratas dalam publikasi jurnal predator tersebar di Asia dan Afrika Utara.  

Selain jurnal predator, ada juga masalah lain seperti joki skripsi dan kecurangan dalam proses akademik yang lebih luas. Tekanan akademik yang tinggi dan sistem penegakan aturan yang lemah memperburuk masalah ini, dengan mahasiswa merasa terdorong untuk mengambil jalan pintas demi mencapai hasil yang dianggap memadai. 

Dampak Krisis

Dampak dari krisis integritas ini sangat luas. Di tingkat individu, mahasiswa yang terlibat dalam kecurangan kehilangan kesempatan untuk benar-benar belajar dan berkembang. Mereka mungkin memperoleh gelar atau nilai tinggi, tetapi tanpa pengetahuan dan keterampilan yang mendasarinya, mereka akan menghadapi kesulitan di dunia kerja. 

Di tingkat institusi, reputasi universitas yang terlibat dalam kecurangan dapat mengalami kerusakan serius. Institusi yang dikenal dengan kecurangan akademik dapat kehilangan kepercayaan dari calon mahasiswa, mitra internasional, dan bahkan akreditasi. Ini merugikan kualitas pendidikan yang diberikan dan menghambat kemajuan sistem pendidikan tinggi.

Secara lebih luas, krisis ini mempengaruhi daya saing negara di pasar global. Lulusan dari institusi yang terlibat dalam kecurangan mungkin tidak memiliki keterampilan yang memadai, yang dapat mengurangi kualitas tenaga kerja dan memengaruhi investasi serta kemajuan ekonomi.

Solusi dan Reformasi

Mengatasi krisis ini memerlukan reformasi yang mendalam dan pendekatan yang komprehensif. Pertama, penting untuk memperkuat sistem penegakan aturan dengan meningkatkan pengawasan dan memberikan sanksi yang tegas terhadap pelanggar. Institusi pendidikan harus memiliki mekanisme yang jelas dan transparan untuk menangani kasus kecurangan dan memastikan bahwa setiap pelanggaran mendapat konsekuensi yang sesuai. 

Kedua, pendidikan tentang etika akademik harus menjadi bagian integral dari kurikulum. Mahasiswa perlu diajarkan tentang pentingnya integritas dan dampak dari kecurangan. Mengintegrasikan nilai-nilai ini dalam pembelajaran sehari-hari dapat membantu membentuk sikap dan perilaku yang lebih etis.

Ketiga, upaya untuk menciptakan budaya akademik yang mendukung integritas sangat penting. Ini termasuk mempromosikan transparansi, keadilan, dan memberikan dukungan kepada mahasiswa yang berusaha dengan sungguh-sungguh. Dengan menciptakan lingkungan yang menghargai dan mempraktikkan integritas, institusi pendidikan dapat mengurangi faktor-faktor yang mendorong kecurangan.

Krisis integritas di pendidikan tinggi Indonesia, dengan peringkat kedua dunia dalam kecurangan akademik dan tingginya kasus publikasi jurnal predator, adalah tantangan serius yang memerlukan perhatian mendalam dan tindakan segera. Reformasi sistemik, penegakan aturan yang lebih baik, pendidikan etika akademik, dan pembentukan budaya yang mendukung integritas adalah langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi krisis ini. 

Hanya dengan pendekatan menyeluruh dan berkelanjutan, Indonesia dapat memulihkan reputasinya dan memastikan bahwa pendidikan tinggi memberikan kontribusi positif terhadap masa depan yang lebih baik dan lebih berintegritas.

***

*) Oleh : Ulyan Nasri, Penulis Buku, Author Artikel, Editor Buku, Ketua LPPM dan Dosen Tetap Institut Agama Islam Hamzanwadi NW Lombok Timur.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES