Kopi TIMES

Ekonomi Sirkular dan Perilaku Konsumen

Senin, 05 Agustus 2024 - 09:31 | 37.77k
Gea Dwi Asmara, Dosen Ekonomi Pembangunan Universitas Ahmad Dahlan
Gea Dwi Asmara, Dosen Ekonomi Pembangunan Universitas Ahmad Dahlan
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Banyak negara mulai menerapkan ekonomi sirkular untuk mengurangi dampak negatif aktivitas ekonomi terhadap alam dan mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan. Ekonomi sirkular berfokus pada pengurangan, penggunaan kembali, dan daur ulang untuk mengurangi penggunaan sumber daya alam dan limbah. 

Disisi lain, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menekankan bahwa ekonomi sirkular bukan hanya tentang pengelolaan limbah, tetapi juga mencakup desain bahan baku, desain produk, serta proses produksi agar bahan baku dan produk dapat didaur ulang dan digunakan lebih lama. 

Advertisement

Indonesia telah memasukkan konsep ini dalam RPJMN 2020-2024. Transformasi ke arah ekonomi sirkular sangat penting diterapkan di Indonesia karena akan membawa banyak manfaat positif, baik bagi lingkungan maupun untuk pertumbuhan berbagai sektor pembangunan di masa depan.

Penerapan ekonomi sirkular bisa membawa manfaat ekonomi, lingkungan, dan sosial yang signifikan pada tahun 2030. Model ini berpotensi meningkatkan PDB sebesar Rp593 hingga Rp638 triliun, mengurangi limbah di berbagai sektor sebesar 18-52 persen, serta menciptakan 4,4 juta lapangan kerja baru, dengan tiga perempatnya memberikan kesempatan lebih baik bagi perempuan pada tahun 2030.

Peran Penting Perilaku Konsumen dalam Keberhasilan Ekonomi Sirkular

Menerapkan prinsip-prinsip ekonomi sirkular dapat mengatasi banyak masalah di negara ini. Namun, tantangan seperti infrastruktur yang belum memadai, kurangnya kesadaran, kebutuhan regulasi yang kuat, dan perubahan perilaku konsumen harus diatasi untuk mencapai keberhasilan ekonomi sirkular. 

Konsumen memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan ekonomi sirkular karena mereka adalah pemegang keputusan akhir dalam siklus konsumsi. Keputusan konsumen tentang apa yang dibeli, bagaimana menggunakan, dan bagaimana membuang produk sangat memengaruhi aliran sumber daya dalam sistem ekonomi. 

Perilaku konsumen menentukan permintaan pasar, sehingga perilaku konsumen memainkan peran penting dalam keberhasilan ekonomi sirkular. Konsumen yang sadar lingkungan, cenderung lebih memilih produk yang ramah lingkungan, tahan lama, dan mudah didaur ulang. Permintaan ini mendorong produsen untuk mengadopsi praktik produksi yang lebih berkelanjutan dan menciptakan produk dengan desain yang mendukung ekonomi sirkular.

Kebiasaan konsumen dalam membeli dan membuang barang sangat mempengaruhi keberhasilan ekonomi sirkular. Ketika konsumen memilih produk berkelanjutan, produsen terdorong untuk membuat barang yang tahan lama, mudah diperbaiki, dan dapat didaur ulang dengan bahan ramah lingkungan dan desain modular. 

Permintaan konsumen terhadap produk ramah lingkungan mendorong praktik produksi yang lebih efisien dan ramah lingkungan, seperti pengurangan emisi, penghematan energi, dan penggunaan bahan baku berkelanjutan. Selain itu, konsumen yang memilih menyewa atau berbagi barang daripada membeli baru mengurangi kebutuhan produksi baru dan memperpanjang masa pakai barang.

Kebiasaan konsumen dalam membuang barang juga berpengaruh pada keberhasilan ekonomi sirkular. Konsumen yang rutin memisahkan sampah mereka (organik, non-organik, daur ulang) mendukung proses daur ulang dan pengomposan, sehingga mengurangi jumlah limbah yang berakhir di tempat pembuangan akhir. Mengembalikan produk untuk didaur ulang atau diperbaiki, serta menjual atau mendonasikan barang bekas, membantu mengurangi limbah dan memperpanjang umur barang secara berkelanjutan.

Kebiasaan konsumsi berlebihan, yang didorong oleh globalisasi, pemasaran agresif, dan budaya materialisme, mengakibatkan penipisan sumber daya alam, pencemaran lingkungan, dan peningkatan sampah. Peningkatan produksi akibat konsumsi berlebihan menggunakan lebih banyak sumber daya alam dan energi, serta menghasilkan lebih banyak limbah dan emisi gas rumah kaca, yang mempercepat kerusakan lingkungan. 

Budaya sekali pakai, yang didorong oleh kemudahan dan pemasaran agresif, memperburuk masalah dengan produk yang sulit didaur ulang, seperti plastik dan kemasan makanan menyumbang besar pada penumpukan sampah yang berakibat mencemari lingkungan dan merusak ekosistem.

Ekonomi Sirkular yang Sudah Diterapkan di Indonesia 

Di Indonesia, berbagai upaya konkret telah dilakukan untuk menangani konsumsi berlebihan, budaya sekali pakai, dan penumpukan sampah. Beberapa daerah seperti DKI Jakarta dan Bali menerapkan peraturan untuk membatasi penggunaan plastik sekali pakai, seperti larangan penggunaan kantong plastik sekali pakai di DKI Jakarta yang berlaku sejak 1 Juli 2020 sesuai Peraturan Gubernur No. 142 Tahun 2019. 

Pemerintah Indonesia juga berencana untuk secara bertahap menghentikan penggunaan beberapa jenis plastik sekali pakai hingga akhir 2029. Pemerintah juga membantu mengurangi tumpukan sampah melalui program bank sampah, di mana orang dapat menukar sampah yang dapat didaur ulang dengan uang atau barang. 

Inisiatif dari sektor swasta dan komunitas juga telah muncul, seperti Zero Waste Indonesia yang mempromosikan gaya hidup zero waste melalui edukasi dan kampanye, serta Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik yang fokus pada pengurangan sampah plastik sekali pakai. Ecodoe, perusahaan yang menyediakan produk ramah lingkungan dari bahan daur ulang atau alami, bekerja dengan komunitas lokal untuk menciptakan produk berkelanjutan. 

Langkah-langkah konkret ini menunjukkan bahwa berbagai pihak di Indonesia, mulai dari pemerintah, perusahaan, komunitas, hingga individu, telah berperan aktif dalam mendukung ekonomi sirkular dan mengatasi isu lingkungan.

Edukasi, advokasi, dan kebijakan pemerintah sangat penting dalam mendukung ekonomi sirkular. Edukasi membantu masyarakat memahami pengelolaan sumber daya, pengurangan limbah, dan daur ulang. Advokasi menggerakkan perubahan kebijakan melalui tekanan dari masyarakat, LSM, dan individu. Kebijakan pemerintah yang efektif, seperti regulasi dan insentif, mendorong penerapan praktik berkelanjutan.

Contohnya, Peraturan Gubernur DKI Jakarta yang melarang penggunaan kantong plastik sekali pakai. Insentif finansial dan investasi dalam infrastruktur daur ulang juga sangat penting. Perilaku konsumen yang bertanggung jawab sangat berpengaruh terhadap kesuksesan ekonomi sirkular. 

Meski tantangan besar masih ada dalam mengubah perilaku konsumen yang belum ramah lingkungan, peningkatan edukasi, advokasi, dan kebijakan yang tepat dapat mengurangi limbah, melestarikan sumber daya alam, mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, dan menciptakan masyarakat yang lebih sadar lingkungan. (*)

***

*) Oleh : Gea Dwi Asmara, Dosen Ekonomi Pembangunan Universitas Ahmad Dahlan.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES