Kopi TIMES

Maulid Nabi: Momentum Penguatan Pendidikan Karakter

Minggu, 01 September 2024 - 17:00 | 41.76k
TB. Kusai Murroh, S.Pd., S.H., M.H., Akademisi dan Penasehat Hukum LPPH-BPPKB Banten.
TB. Kusai Murroh, S.Pd., S.H., M.H., Akademisi dan Penasehat Hukum LPPH-BPPKB Banten.

TIMESINDONESIA, BANTEN – Alhamdulillah, tahun 2024 ini kita dipertemukan kembali dengan bulan Rabiul Awwal yang di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan bulan maulid. Maulid merupakan bulan yang ditunggu-tunggu kaum muslimin karena dalam bulan ini terjadi sebuah kejadian yang luar biasa, yaitu kelahiran Nabi Muhammad saw. Beliau adalah sosok teladan dan paling mulia di muka bumi. 

Bahkan, Nabi Muhammad Saw menempati kedudukan nomor satu daftar manusia yang paling berpengaruh dalam panggung sejarah dunia. Kemasyhuran ini diakui dan juga dinyatakan oleh Michael H. Hart, seorang ahli astronomi dan ahli sejarah terkenal di Amerika Serikat dalam bukunya "The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History".

Advertisement

Kehadiran Nabi Muhammad Saw ke dunia ini membawa sebuah misi penting di antaranya adalah memperbaiki akhlak manusia. Misi tersebut menunjukkan bahwa akhlak menjadi bagian penting dalam kehidupan umat manusia. Sebab, akhlak akan menjadi penerang di tengah kegelapan dan mendatangkan kedamaian bagi umat manusia dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah.

Sudah sepatutnya kita memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad Saw untuk mengenang sosok beliau yang selama ini menjadi teladan yang baik (uswatun hasanah) bagi seluruh umat manusia. Peringatan Maulid Nabi menjadi momentum bagi kita untuk memperkuat karakter atau akhlak di tengah gempuran globalisasi dan digitalisasi yang sudah masuk ke seluruh lini kehidupan. 

Kejujuran Wujud Revitalisasi Nilai

Saat ini kita hidup di era digital yang sudah masuk ke semua aspek kehidupan. Satu sisi kehadiran teknologi memang membawa manfaat, tapi di sisi lain justru berdampak buruk bagi penggunanya, terutama generasi muda. Dalam konteks ini, Maulid Nabi harus menjadi momentum bagi kita untuk meneladani akhlak beliau sebagai ikhtiar untuk memperkuat pendidikan karakter bangsa. 

Ulil Amri Syafri (2014) menyatakan bahwa pendidikan karakter dianggap sebagai pendidikan nilai moralitas manusia yang didasari dan dilakukan dalam tindakan nyata. Terdapat unsur pembentukan nilai dan sikap yang didasari pada pengetahuan untuk melakukannya. Nilai ini merupakan nilai yang dapat membantu interaksi bersama orang lain secara lebih baik. Nilai ini meliputi berbagai bidang kehidupan, misalnya hubungan vertikal dengan Tuhan, hubungan sesame manusia, hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan lingkungan, dan bernegara.

Penguatan pendidikan karakter bagi generasi muda di era saat ini menjadi sangat penting. Hal ini karena tantangan dan godaan zaman di tengah perkembangan teknologi digital semakin tak terkendali. Ancaman degradasi moral generasi muda sudah tampak jelas di depan kita. Kita lihat bagaimana saat ini akhlak generasi penerus bangsa sungguh sangat mengkhawatirkan. Berbagai tindakan kriminal, asusila, dan kurangnya kepedulian sosial di kalangan generasi muda semakin nyata. 

Berbagai kejadian tersebut patut kita jadikan bahan renungan khususnya bagi orang tua agar tetap istiqamah mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang baik. Karena itu, Maulid Nabi Muhammad Saw harus menjadi momentum bagi kita untuk kembali memperkuat penjagaan pada akhlak generasi penerus. 

Sejarah hidup Nabi mencakup segala segi kemanusiaan. Di samping sebagai seorang utusan (rasul), beliau juga adalah seorang ayah, suami, dan sahabat. Beliau juga sebagai negarawan dan politikus. Semuanya menunjukkan keteladanan bagi kita sebagai umatnya. 

Banyak sikap dan perilaku Nabi yang patut kita contoh. Salah satunya adalah kejujuran. Akhlak jujur inilah menjadi modal dasar dakwah Nabi Muhammad Saw. Kejujuran adalah nilai dasar dan utama dalam ajaran Islam yang saat ini sudah mulai luntur di kalangan umat. Dengan kata lain, di era kemajuan pengetahuan dan teknologi kejujuran sudah menjadi barang langka dan sulit kita temukan. 

Padahal kejujuran menjadi kunci penting keberhasilan Nabi dalam memimpin dan berdakwah. Karena itu, untuk membangun sebuah bangsa kita bukan hanya membutuhkan kecerdasan melainkan juga kejujuran. Tanpa kejujuran, sebuah bangsa hanya akan dihuni oleh pejabat-pejabat yang hanya mementingkan diri sendiri dan kelompoknya. Banyaknya pejabat yang korup menjadi bukti bahwa kejujuran di negeri ini sudah mulai hilang. 

Peringatan Maulid Nabi bukan hanya ritual tahunan yang hampa makna. Memperingati kelahiran beliau tidak lain adalah untuk mempelajari dan mencontoh sikap Nabi termasuk sikap jujur. Karenanya, di tengah semakin langkanya nilai kejujuran di negeri ini, maka meneladani kejujuran Nabi Muhammad Saw adalah suatu keniscayaan. Sikap jujur ini perlu kita tanamkan sejak dini kepada generasi muda agar kelak mereka tumbuh menjadi pemimpin bangsa yang menjunjung tinggi nilai kejujuran dan integritas. 

***

*) Oleh : TB. Kusai Murroh, S.Pd., S.H., M.H., Akademisi dan Penasehat Hukum LPPH-BPPKB Banten.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES