Kopi TIMES

Merajut Masa Depan Pendidikan di Papua

Sabtu, 14 September 2024 - 09:22 | 60.49k
Fathin Robbani Sukmana, Pengamat Kebijakan Publik dan Pendidikan
Fathin Robbani Sukmana, Pengamat Kebijakan Publik dan Pendidikan
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Beberapa hari terakhir, video seorang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sorong yang merupakan mahasiswa baru, memperlihatkan video perkenalan yang memberikan alasan mengapa mengambil jurusan pendidikan dan ingin menjadi seorang guru di Papua.

Setelah ditelusuri, mahasiswa baru tersebut bernama Leonardo Madai atau biasa disapa Amoye, ia mendapatkan perhatian publik serta pujian karena niatnya untuk berkontribusi meningkatkan kualitas pendidikan di daerahnya.

Advertisement

“Saya ingin mengambil jurusan pendidikan dan menjadi guru karena di desa saya sudah tidak ada lagi guru,” kata Amoye dalam video perkenalannya. Netizen menganggap bahwa menjadi guru merupakan kontribusi sangat berati bagi pendidikan di Papua apalagi masih banyak daerah yang kekurangan fasilitas pendidikan dan tenaga pengajar.

Bukan hanya itu, netizen berharap pemerataan pendidikan serta pemenuhan kebutuhan untuk lebih banyak tenaga pengajar di daerah tertinggal, terdepan dan terluar, sehingga Amoye menjadi salah satu harapan pendidikan di masa depan.

Leonardo dalam proses belajar di Kampus sangat penuh perjuangan, ia harus menempuh perjalanan dari Paniai ke Nabire menggunakan transportasi darat selama 8 jam, lalu melanjutkan perjalanannya dengan kapal baru sampai Sorong selama dua hari dua malam, perjuangannya diapresiasi oleh Rektor Unimuda Sorong.

Kondisi Pendidikan di Papua

Tidak bisa dipungkiri, terkadang pendidikan di daerah 3T kurang menjadi perhatian pemerintah, tidak terkecuali pendidikan di Papua, bahkan pendidikan terkesan fokusnya pada “Jawa Sentris” sehingga daerah lain dianggap ditinggalkan oleh pemerintah.

Namun saya mencoba mencari informasi mengenai pendidikan di Papua. Misalnya Kemendikbudristek menjadikan Papua dan Papua Barat menjadi prioritas penerima Beasiswa Afirmasi Pendidikan Menengah atau ADEM.

Setidaknya menurut rilis Kemendikbudristek dan juga Indonesia.go.id ada sekitar 6.817 pelajar SMA dan SMK yang lulus melalui Program ADEM sampai 2023 untuk memaksimalkan perkembangan pendidikan anak-anak usia sekolah di Papua.

Beasiswa ADEM ini merupakan bagian dari rangkaian merdeka belajar, dan penerima beasiswa ADEM menempuh pendidikan di enam provinsi seperti Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur dan Bali.

Salah satu penerima beasiswa Everth Ayandiso Mirino asal Sorong bersyukur dapat menempuh pendidikan dengan Beasiswa ADEM sehingga memiliki berbagai pengalaman dan mendapatkan berbagai wawasan untuk diterapkan oleh Everth ketika ia kembali ke Papua.

Tidak hanya itu, di tahun 2024, 500 siswa Papua kembali mendapatkan beasiswa tersebut untuk mendapatkan berbagai pengalaman dan kembali ke Papua membawa berbagai gagasan hingga perubahan.

Lalu, selain program ADEM, ada juga program Afirmasi Pendidikan Tinggi atau ADIK, program ini memberikan peluang kepada pelajar untuk mendaftar di jenjang Sarjana atau Diploma IV dengan maksimal waktu belajar delapan semester, sedangkan untuk program D3 maksimal enam semester dan beberapa program profesi diberikan tambahan waktu empat dan dua semester.

Program ADIK ini harus mahasiswa asli Papua yang harus menempuh pendidikan tinggi di luar Papua, diharapkan dengan adanya program ini, banyak mahasiswa asal Papua yang dapat menimba ilmu maksimal dan kembali menjadi penggerak di masing-masing daerahnya.

Setidaknya pada tahun 2023, penerima beasiswa ADIK sebanyak 7.614 mahasiswa asal Papua, 937 di antaranya adalah mahasiswa difabel, tentu hal ini menjadi harapan untuk merajut masa depan pendidikan di Papua agar dalam 10-15 tahun ke depan, mereka dapat memajukan Papua melalui pendidikan.

Mendukung Anak Muda Papua

Melihat perkembangan pendidikan di Papua, saya menilai Merdeka Belajar berhasil membawa nilai perubahan, walaupun masih harus melakukan perbaikan yang tidak sedikit, misalnya program merdeka belajar yang harus membutuhkan internet.

Saya berharap di pemerintahan yang baru nanti, merdeka belajar tetap dilanjutkan dengan melakukan evaluasi dan perubahan program agar nilai yang diusung oleh program ini dapat berdampak banyak kepada siswa di seluruh Indonesia termasuk Papua.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh Kemendikbudristek agar program ini maksimal, pertama harus melakukan asesmen ulang mengenai kebutuhan pendidikan di Papua, jika memang kebutuhannya adalah tenaga pendidik, penerima beasiswa bisa diarahkan untuk mengambil jurusan pendidikan atau kuota untuk jurusan pendidikan diperbanyak.

Lalu, melakukan monitoring dan evaluasi selama menempuh pendidikan dan setelah kelulusan, setidaknya mereka dapat mengikuti pelatihan profesi guru dan ditempatkan di daerah yang dibutuhkan di Papua dan mereka mendapatkan penghasilan yang layak, atau bahkan bisa mengangkat mereka menjadi ASN pendidikan yang khusus di tempatkan di daerahnya.

Selanjutnya, Kemendikbudristek dapat memberikan bonus berlebih bagi ASN guru yang bersedia ditempatkan di Papua, bahkan memberikan fasilitas lebih agar mereka dapat mengabdi di Papua minimal lebih dari 10 tahun.

Terakhir, Kemendikbudristek harus memastikan pemerintah daerah untuk mendukung program ini, sehingga tidak ada kejadian tumpang tindih di dalam satu daerah. Hal ini sulit dilakukan, namun apabila dikerjakan perlahan saya yakin pendidikan di Papua akan berkembang maju, sesuai harapan kita yang besar kepada Amoye.

***

*) Oleh : Fathin Robbani Sukmana, Pengamat Kebijakan Publik dan Pendidikan.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES