Kopi TIMES

Santri dan Moderasi Beragama

Selasa, 22 Oktober 2024 - 15:41 | 35.48k
Ali Mustofa, Wakil Ketua I STIT Al-Urwatul Wutsqo Jombang.
Ali Mustofa, Wakil Ketua I STIT Al-Urwatul Wutsqo Jombang.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JOMBANG – Keppres RI Nomor 22 Tahun 2015, yang menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional, istilah "santri" menjadi lebih populer di kalangan masyarakat sejak 15 Oktober 2015. Seseorang yang menerima pendidikan Islam di pondok pesantren disebut santri. 

Mereka disebut santri setelah mereka tinggal di sana sampai pendidikannya selesai. Pada saat ini, santri memiliki pemikiran yang beragam, baik santri tradisionalis maupun santri modernis.

Advertisement

Peran Santri dalam Kebangsaan

Keanekaragaman adalah kekayaan dan berkah bagi bangsa Indonesia. Peran santri sangat penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Santri memainkan peran penting dalam kekayaan bangsa. 

Sejarah resolusi jihad yang dibuat oleh KH. Hasyim Asy'ari pada 22 Oktober 1945 menjadi inspirasi bagi rakyat untuk melawan penjajah Belanda. Selain itu, peristiwa ini menunjukkan peran penting santri dalam menjaga kesatuan dan persatuan bangsa dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

Peran santri dalam Moderasi Beragama

Santri tradisionalis adalah santri yang belajar agama di pesantren dan menetap di pesantren dengan segala kajian keagamaan yang nilai-nilai moral yang bernuansa kearifan lokal. Sedangkan santri modernis, adalah mereka yang belajar agama Islam bukan hanya di pesantren, mereka belajar disekolah formal, bahkan otodidak. 

Santri tradisionalis maupun santri modernis memiliki semangat yang luar biasa, yaitu semangat beragama (spiritualisme), dan semangat mencari ilmu (intelektualisme). Di Indonesia, santri memimpin perdamaian dan moderasi beragama. Untuk membangun harmoni antar umat beragama dan antar umat.

Ajaran Islam yang moderat harus menjadi dasar dan filosofi untuk mengelola keragaman masyarakat Indonesia. Kaum santri yang terdidik harus menampilkan diri sebagai pendukung konsep Islam moderat, yaitu Islam yang ramah terhadap orang lain dan seimbang dalam bersikap. 

Mereka dapat menjadi pelopor perdamaian dan agen dakwah Islam yang santun, damai, dan dapat merayakan keragaman bangsa. Islam moderat tidak akan membaca dan menginterpretasikan doktrin agama dengan kaku. Mereka juga tidak akan menampilkan teks agama secara serampangan.

Bangsa dan negara berharap kaum santri dapat terus mendukung Islam moderasi untuk persatuan bangsa karena Islam moderasi adalah bentuk yang ideal, walaupun beberapa pihak menolak konsep moderasi Bergama, akan tetapi sikap moderat menjadikan kesatuan bangsa yang luar biasa. 

Oleh karena itu, setidaknya ada empat indikator utama moderat dalam beragama yang harus dimiliki santri. yaitu, komitmen terhadap bangsa dan negara, menentang segala bentuk kekerasan, menolak sikap intoleran, dan menghargai kearifan local. Santri harus menjadi ujung tombak semangat moderasi beragama.

***

*) Oleh : Ali Mustofa, Wakil Ketua I STIT Al-Urwatul Wutsqo Jombang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES