
TIMESINDONESIA, PADANG – Dalam beberapa dekade terakhir, sektor pertanian Indonesia menghadapi tantangan yang semakin kompleks: dari perubahan iklim hingga krisis pangan global. Namun, di balik tantangan tersebut, muncul potensi besar untuk memanfaatkan teknologi dan inovasi modern guna mengubah wajah pertanian kita. Tidak lagi hanya tentang cangkul dan sawah tradisional, petani Indonesia kini mulai memanfaatkan teknologi canggih untuk memastikan keberlanjutan dan efisiensi pertanian.
Apakah kita sudah siap memasuki era smart farming yang sebenarnya?
Advertisement
Di berbagai pelosok Indonesia, petani mulai beralih ke teknologi digital untuk meningkatkan hasil panen mereka. Dengan bantuan aplikasi berbasis smartphone, mereka bisa memantau cuaca, memprediksi waktu tanam terbaik, hingga mengakses harga pasar secara real-time.
Lebih dari sekadar alat bantu, aplikasi ini menjadi "asisten digital" bagi petani, membantu mereka dalam memutuskan kapan waktu terbaik untuk menanam, memupuk, atau memanen. Sensor tanah, yang mampu mendeteksi kelembapan dan kadar nutrisi, juga sudah mulai diterapkan di beberapa lahan sawah. Teknologi ini memungkinkan petani mengetahui kebutuhan spesifik tanaman mereka, sehingga penggunaan air dan pupuk bisa lebih efisien.
Dengan lahan yang semakin terbatas dan kebutuhan pangan yang terus meningkat, hidroponik menjadi salah satu solusi pertanian masa depan, khususnya di daerah perkotaan. Di Jakarta, Surabaya, dan kota-kota besar lainnya, banyak petani kota yang mulai menanam sayuran dan buah-buahan secara hidroponik di atap gedung atau lahan sempit.
Sistem ini tidak hanya menghemat ruang, tapi juga menggunakan air 90% lebih sedikit dibandingkan metode pertanian konvensional. Bagi mereka yang tinggal di kota-kota besar, hidroponik tidak hanya menjadi solusi pangan yang efisien, tetapi juga cara untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasokan dari luar kota, yang sering kali rentan terhadap gangguan rantai pasok.
Jika kamu masih berpikir drone hanya untuk fotografi, pikirkan lagi. Drone kini menjadi alat vital bagi banyak petani modern di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Drone sebagai Mata Langit memiliki kemampuan memantau lahan pertanian dari ketinggian, sehingga membantu petani melihat secara keseluruhan kondisi tanaman mereka dalam waktu singkat.
Data dari drone dapat digunakan untuk mendeteksi area yang membutuhkan perhatian khusus, seperti tanaman yang kekurangan air atau area yang terserang hama. Selain itu, beberapa drone sudah dilengkapi dengan sistem penyemprotan pupuk atau pestisida otomatis, yang membuat proses perawatan tanaman menjadi lebih cepat dan efisien.
Penggunaan pupuk kimia secara berlebihan telah menjadi salah satu masalah utama dalam pertanian modern. Tanah yang terlalu banyak diberi pupuk sintetis akan kehilangan kesuburan alaminya, dan pada akhirnya memengaruhi produktivitas jangka panjang. Inilah mengapa teknologi biofertilizer menjadi sangat penting.
Biofertilizer adalah pupuk yang terbuat dari mikroorganisme hidup yang berfungsi meningkatkan kesuburan tanah secara alami. Teknologi ini membantu mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia, sekaligus memperbaiki struktur tanah yang rusak akibat praktik pertanian yang tidak berkelanjutan. Di beberapa daerah di Indonesia, penggunaan biofertilizer sudah mulai dipromosikan sebagai solusi ramah lingkungan dan jangka panjang.
Untuk petani yang ingin meningkatkan kualitas hasil pertanian mereka, teknologi smart greenhouse atau rumah kaca pintar bisa menjadi jawabannya. Dengan sistem kontrol otomatis untuk suhu, kelembapan, dan pencahayaan, tanaman bisa tumbuh dalam kondisi optimal sepanjang tahun. Ini berarti petani tidak perlu lagi tergantung pada musim atau cuaca, yang sering kali tidak menentu akibat perubahan iklim.
Di Indonesia, meskipun smart greenhouse masih dalam tahap pengembangan di beberapa tempat, potensinya besar, terutama untuk produksi tanaman yang memerlukan kondisi tumbuh khusus, seperti sayuran organik dan tanaman obat.
Pertanian modern di Indonesia tengah mengalami transformasi yang luar biasa. Apa yang dulu dianggap sebagai teknologi masa depan, kini sudah ada di depan mata. Namun, adopsi teknologi ini masih memerlukan dukungan kuat dari pemerintah dan sektor swasta, serta pendidikan yang lebih mendalam bagi para petani.
Dalam menghadapi perubahan iklim, kelangkaan sumber daya, dan kebutuhan pangan yang terus meningkat, teknologi bisa menjadi jawaban. Tetapi di balik itu semua, petani Indonesia adalah kunci sebenarnya. Dengan semangat inovasi dan kerja keras, masa depan pertanian Indonesia bisa lebih cerah dan berkelanjutan.
***
*) Oleh : Roza Yunita, Dosen Fakultas Pertanian Universitas Andalas.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Rizal Dani |