Kopi TIMES

Menguak Praktik Guru Besar dalam Penerbitan Jurnal Predator

Sabtu, 26 Oktober 2024 - 14:14 | 32.91k
Muhammad Dzunnurain, Student Faculty of Teacher Training and Education, English Education Department Unisma
Muhammad Dzunnurain, Student Faculty of Teacher Training and Education, English Education Department Unisma
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Fenomena penerbitan artikel ilmiah di jurnal predator di Indonesia telah menjadi perhatian serius, terutama di kalangan guru besar. Berdasarkan riset terbaru, sebagian besar guru besar di Indonesia terindikasi menerbitkan artikel di jurnal yang dianggap tidak kredibel, yang dikenal sebagai jurnal predator. Penerbitan di jurnal-jurnal ini tidak hanya merusak reputasi pribadi akademisi, tetapi juga mencederai integritas akademik nasional.

Menurut riset terbaru dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), 8 dari 10 guru besar di Indonesia terindikasi menerbitkan artikel di jurnal predator. Fakta ini menunjukkan bahwa fenomena tersebut bukanlah masalah kecil dan memerlukan perhatian serius. 

Advertisement

Lebih parahnya lagi, peningkatan penerbitan di jurnal predator terjadi seiring dengan peningkatan pengukuhan guru besar, terutama pada periode 2021-2023. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai integritas dan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia.

Salah satu dampak utama dari penerbitan di jurnal predator adalah tercorengnya reputasi akademisi Indonesia di mata dunia. Guru besar, yang seharusnya menjadi pemimpin intelektual dan contoh teladan dalam dunia akademik, justru terjerumus dalam praktik-praktik yang tidak etis. Hal ini menciptakan keraguan tentang kepakaran mereka dan membuat kualitas akademisi Indonesia dipertanyakan secara global.

Tindakan publikasi di jurnal predator tidak hanya merusak nama baik individu akademisi, tetapi juga mengganggu kepercayaan terhadap seluruh sistem pendidikan tinggi Indonesia. Ketika guru besar tidak lagi diakui berdasarkan kualitas risetnya, tetapi hanya karena mengejar publikasi tanpa mempertimbangkan etika ilmiah, maka integritas akademik nasional turut dipertaruhkan.

Keterpaksaan dalam Publikasi Ilmiah

Fenomena ini sering kali didorong oleh sistem administrasi yang terlalu menuntut jumlah publikasi sebagai syarat kenaikan jabatan akademik. Banyak dosen dan guru besar merasa terpaksa menerbitkan artikel di jurnal predator demi memenuhi syarat administratif, bukan karena dorongan keilmuan yang murni.

Sistem ini tidak hanya menghasilkan publikasi ilmiah yang tidak berkualitas, tetapi juga melahirkan akademisi yang lebih mementingkan kuantitas daripada kualitas. Pada akhirnya, hal ini menciptakan budaya akademik yang tidak bertanggung jawab secara ilmiah, di mana akademisi lebih fokus pada memenuhi target administratif daripada menghasilkan riset yang benar-benar bermanfaat bagi masyarakat.

Tidak hanya merusak integritas akademik, fenomena ini juga menimbulkan kerugian finansial bagi negara. Guru besar yang terlibat dalam penerbitan di jurnal predator mendapatkan gaji dan tunjangan besar dari negara. Namun, jika kualitas mereka dipertanyakan, hal ini menjadi pemborosan anggaran Pendidikan.

Selain itu, ketimpangan pendapatan antara guru besar dan dosen yang tidak terlibat dalam penerbitan di jurnal predator semakin memperparah kesenjangan di lingkungan akademik. Pemerintah perlu melakukan audit menyeluruh terhadap guru besar yang terindikasi terlibat dalam penerbitan di jurnal predator untuk memastikan bahwa dana yang dialokasikan untuk pendidikan benar-benar digunakan secara efektif.

Kesengajaan atau Ketidaksengajaan?

Beberapa pihak mungkin berpendapat bahwa penerbitan di jurnal predator adalah kesalahan yang tidak disengaja akibat kurangnya informasi. Namun, riset menunjukkan bahwa banyak akademisi secara sadar memilih menerbitkan di jurnal predator demi mendapatkan gelar dan jabatan akademik dengan cepat.

Akademisi yang memilih jalan pintas ini bukanlah korban, melainkan pelaku yang secara sengaja mengabaikan etika akademik. Oleh karena itu, perlu ada tanggapan tegas terhadap praktik ini agar integritas akademik dapat dipulihkan.

Pemerintah dan institusi pendidikan harus memperketat aturan mengenai penerbitan ilmiah. Audit berkala terhadap publikasi dosen dan guru besar perlu dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada lagi artikel yang diterbitkan di jurnal predator.

***

*) Oleh : Muhammad Dzunnurain, Student Faculty of Teacher Training and Education, English Education Department Unisma.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES