Kopi TIMES

Kisah Menaklukkan Bromo Tengger Semeru Ultra 100: Perjalanan Penuh Tantangan dan Keindahan

Selasa, 05 November 2024 - 06:12 | 35.51k
Penulis berlari melintasi lautan pasir Gunung Bromo saat mengikuti lomba ultra run, Bromo Tengger Semeru 100 Ultra, 3 November 2024.
Penulis berlari melintasi lautan pasir Gunung Bromo saat mengikuti lomba ultra run, Bromo Tengger Semeru 100 Ultra, 3 November 2024.

TIMESINDONESIA, MALANGTIMES Indonesia berkesempatan mengikuti lomba ultra run Bromo Tengger Semeru 100 Ultra (BTS100 Ultra) yang digelar di kawasan Gunung Bromo, Jawa Timur 2-3 November lalu. Ajang tahunan ini digelar oleh F-One Sport yang didukung Eiger Adventure.

Berikut cacatan Kurniawan Saputro, jurnalis sekaligus Event Manager TIMES Indonesia saat mengikuti lomba lari lintas alam ini.

Advertisement

***

Mengikuti perlombaan Ultra Run Bromo Tengger Semeru 100 adalah salah satu pengalaman mendebarkan dan paling mengesankan dalam hidup saya. Acara ini benar-benar menguji ketahanan fisik dan mental.

Bromo, gunung cantik yang ikonik di Jawa Timur. Keindahannya sudah termasyur hingga manca negara. Orang yang belum pernah kesanapun hampir pasti tahu dengan Gunung Bromo karena gambarnya yang indah kerap hadir di kalender, poster wisata dan postingan medsos netizen.

Kali ini, saya adalah orang yang beruntung bisa menyaksikan langsung keindahan spektakuler Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dari sisi yang berbeda dengan wisatawan biasa.

Keberuntungan ini hadir saat Eiger Adventure mengajak saya menjadi bagian peserta BTS100 Ultra, ajang ultra run tahunan skala internasional.

Tak banyak waktu bagi saya untuk menyiapkan diri mengikuti lomba kategori 30 kilometer. Tapi saya tetap membulatkan hati untuk bisa hadir di BTS100 Ultra, lomba ultra run klasik di Indonesia karena sudah digelar sejak 2013 silam.

ultra-run-Bromo-2.jpg

Trek yang harus dilalui menawarkan pemandangan lain dari si jelita Gunung Bromo. Pemandangan yang luar biasa dan berbeda, yang hanya bisa disaksikan melalui trek BTS100 Ultra.

Perjalanan dimulai saat pelari kategori 30 kilometer di lepas dari Artotel Cabin pada pukul 06.00 WIB. Jalan datar hanya sekejap dirasa. Saya dan ratusan pelari lain harus mulai menghadapi tantangan lautan pasir yang luas dan angin dingin yang menggigit, di ketinggian sekitar 2.200 mdpl. 

Langkah-langkah awal ini menjadi pengingat bahwa perlombaan ini bukan hanya tentang berlari, tetapi juga tentang menghadapi alam liar yang kadang tak terduga. Memasuki jalan pedesaan dan jalur hutan, pemandangan Gunung Semeru yang megah mulai terlihat.

Meski target finish ditentukan pukul 13.00 WIB, saya akhirnya sampai di garis finish pada pukul 13.51, terlambat sekitar 51 menit dari cut-off time selama 7 jam.

Meskipun tidak berhasil membawa pulang medali, kebanggaan tetap ada di hati saya. Dengan persiapan fisik yang saya lakukan, sempat terbayang bahwa saya mungkin terlambat 2-3 jam. Namun, saya merasa bersyukur karena keterlambatan hanya kurang dari satu jam. 

Perjalanan ini adalah kemenangan pribadi yang memberi saya pelajaran berharga tentang ketekunan dan tekad.

Salah satu momen tak terlupakan adalah di B29, water station pertama yang terletak di puncak bukit. Dari sini, pemandangan menakjubkan tebing-tebing Bromo terlihat jelas.

Medan selanjutnya adalah hutan dengan vegetasi yang sangat padat, menuju etape kedua di Jemplang. Tantangan berlanjut dengan lari sejauh 20 km lagi, melintasi Pasir Berbisik yang terkenal dengan pasirnya yang tebal. Berlari di pasir sangat berat karena menelan setengah sepatu lari saya.

ultra-run-Bromo-3.jpgKurniawan Saputro, jurnalis sekaligus Event Manager TIMES Indonesia saat mengikuti lomba lari lintas alam BTS100 Ultra

Melewati Gunung Bromo, sebuah gunung berapi aktif, menjadi salah satu titik paling mendebarkan. Setelah melintasi lautan pasir dan tebing, saya harus mendaki sekitar 400-500 meter untuk mencapai bibir kawah, sebuah tanjakan yang membuat kaki terasa cenut-cenut. 

Di tahap ini, banyak pelari mulai berbicara sendiri, beberapa bahkan melontarkan komentar lucu seperti, "Kenapa kita ada di sini? Apa yang kita pikirkan? Sudah bayar mahal disuruh lari-lari..."

Meski begitu, semua bertekad untuk mencapai garis finish.

Setelah water station terakhir di Pasir Berbisik, tersisa sekitar 2-3 km menuju finish dengan jalur yang masih menanjak. Meski lelah, semangat untuk menyelesaikan perlombaan terus membara. Ketika akhirnya mencapai garis finish, rasa lega, puas, dan syukur melingkupi diri saya.

Pengalaman ini tidak akan lengkap tanpa apresiasi untuk F-One Sport yang telah menyelenggarakan BTS100 Ultra dengan ciamik.

Jalur yang dipilih, dengan variasi medan yang beragam, mulai dari lautan pasir vulkanik hingga jalur hutan yang lebat dan padang rumput yang memanjakan mata akan menjadi memori indah.

Adhitya-Hendra-BTS100-Ultra-Trail-8.jpg

Selain itu regulasi, dan keseluruhan acara sangat memuaskan, membuat pengalaman ini begitu istimewa.

Terima kasih juga untuk Eiger Adventure yang mengajak saya mewakili Times Indonesia dalam event tahunan ini.

Selama perlombaan, saya mengenakan jersey dry fit lengan panjang dari Eiger Adventure. Baju ini menjadi andalan saya dari start hingga finish, menghadapi cuaca panas, hujan, debu, dan angin. Jersey ini bukan hanya nyaman, tetapi juga memberikan perlindungan yang memadai, memungkinkan saya untuk tetap berakselerasi dengan nyaman. Terima kasih, Eiger, atas outfit yang kece dan fungsional! (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES