Kopi TIMES

Urgensi Membangun Kesehatan Mental Gen Z

Selasa, 05 November 2024 - 08:15 | 28.59k
Dony Purnomo, Guru Geografi SMAN 1 Purwantoro
Dony Purnomo, Guru Geografi SMAN 1 Purwantoro

TIMESINDONESIA, WONOGIRI – Kesehatan mental Gen Z menjadi bahasan yang hangat diperbincangkan akhir-akhir ini. Hal ini karena Gen Z tumbuh di zaman perkembang teknologi yang kian pesat. Menurut seorang psikolog Jean Twenge pertumbuhan teknologi yang pesat dan media sosial yang kian masif memberikan dampak besar terhadap kesehatan mental Gen Z. Hal ini diperkuat oleh penelitian American Psychological Association (APA) yang menyatakan bahwa 91% Gen Z pernah mengalami gejala fisik dan emosional akibat stres.

Kesehatan mental merujuk kondisi ketika batin kita berada dalam kondisi yang tenang dan tentram sehingga mampu menghadapi tantangan kehidupan dan menjalin hubungan yang positif. Beberapa hal yang menyebabkan rentannya kesehatan mental Gen Z diantaranya:

Advertisement

Pertama, Adanya aktivitas media sosial yang berlebihan. Gen Z menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berselancar di media sosial. Dengan semakin tingginya aktivitas di media sosial membuat Gen Z semakin rentan terhadap konten negatif di media sosial. Melalui aktivitas media sosial juga memungkinkan adanya perundungan, imitasi konten negatif, terpapar pada perilaku influencer media sosial yang kurang baik.

Kedua, Kekhawatiran dan sikap pesimis. Gen Z cenderung memandang masa depan secara pesimis. Menurut studi dari Montclair State University, Gen Z cenderung melihat dunia sebagai tempat yang berbahaya jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya. 

Adanya peristiwa peperangan, perubahan iklim dan berbagai bencana yang sering mereka akses di media sosial membuat Gen Z lebih mudah resah sehingga mereka merasa pesimis terhadap masa depan.

Ketiga, Mengisolasi diri dari lingkungan. Gen Z memiliki kecenderungan asyik dengan dunia maya sehingga mereka cenderung mengisolasi dirinya dari lingkungan. Mereka cenderung tertarik pada dunia internet jika dibanding dengan dunia sosial di sekitarnya. Adanya isolasi diri ini menimbulkan perasaan kesepian Gen Z yang berlarut-larut.

Keempat, Masa depan yang tak pasti. Perkembangan teknologi yang kian pesat menimbulkan ketidakpastian masa depan. Kemajuan teknologi menuntut Gen Z untuk dapat menguasai teknologi yang terus berkembang. Ketidakpastian ini membuat Gen Z mudah stres dan memicu gangguan mental karena kekhawatiran tak mampu mengikuti perkembangan zaman.

Adanya kenyataan Gen Z yang rentan terhadap kesehatan mentalnya maka diperlukan berbagai upaya untuk membentengi Gen Z dari penyakit kesehatan mental yang membahayakan diri. Maka diperlukan upaya untuk membangun kesehatan mental Gen Z diantaranya:

Pertama, Mengelola Kecemasan. Keterampilan dalam mengelola kecemasan perlu dilatihkan kepada Gen Z. Dengan keterampilan mengelola kecemasan yang baik maka akan mengurangi beban mental yang akan menurunkan kesehatan mental. 

Kedua, Membangun kecakapan literasi digital. Salah satau penyebab besar yang menimbulkan gangguan kesehatan mental Gen Z adalah paparan negatif media sosial. Para Gen Z perlu diberikan pemahaman mengenai pemanfaatan media digital secara sehat dan mengkonsumsi konten digital yang positif sehingga akan memberikan pengaruh yang positif pada mental Gen Z.

Ketiga, Menerampilkan praktik mindfulness. Praktik mindfulness merupakan salah satu cara untuk dapat menenangkan diri dari berbagai kekacauan pikiran. Praktik mindfulness yang baik dapat meningkatkan fokus dan memberikan efek tenang, memberikan kejernihan pikiran, meringankan stres, dan meningkatkan kesejahteraan.

Keempat, Hindari ilusi kesempurnaan media sosial. Pada media sosial kerap menyuguhkan berbagai tampilan dan gaya hidup yang hedon. Dengan adanya tampilan media sosial yang serba bagus akan memberikan tekanan kepada Gen Z untuk menyesuaikan diri dengan tampilan di media sosial. Untuk menghindari ilusi ini para Gen Z perlu menyaring konten media sosial yang mendorong ilusi tersebut. Pilih konten yang positif dan baik untuk mental.

Kelima, Hindari validasi eksternal. Salah satu hal yang sering dilakukan Gen Z untuk menunjukkan eksistensi diri adalah melakukan validari eksternal dengan menganggap like, share, dan subscribe media sosial akan meningkatan pengakuan dan harga diri mereka. 

Ketergantungan validasi eksternal ini membuat mereka harus menyesuaikan algoritma media sosial dengan berbagai tindakan negatif. Hal ini perlu disadari oleh para Gen Z agar tidak terjerumus pada ketergantungan validasi eksternal.

Untuk dapat membangun kesehatan mental yang diperlukan lingkungan yang aman dan mendukung. Keluarga, sekolah, dan lingkungan perlu memberikan dukungan emosional dan komunikasi yang terbuka sehingga akan tercipta iklim lingkungan yang aman dan mendukung kesejahteraan mental Gen Z.

***

*) Oleh : Dony Purnomo, Guru Geografi SMAN 1 Purwantoro.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES