TIMESINDONESIA, MALANG – Kita harus bersyukur kepada Allah Swt. Yang memberikan anugerah kepada kita berupa iman dan islam. Lebih dari itu, kita juga bersyukur karena Allah SWT. Memberikan anugerah kepada kita Islam Ahlussunnah Wal Jamaáh yang memang sesuai dengan ajaran Rasulullah saw, di antara macam-macam aliran Islam: Mu’tazilah, aliran kebatinan, kejawen, dan yang lain.
Kita bersyukur karena Allah Swt. Mempertemukan kita dengan Kiai-kiai yang bermadzab Ahlussunnah Wal Jama’ah. Dengan demikian, dari ajaran dan bimbingan kiai-kiai, habaib, dan guru-guru Ahlussunnah Wal Jama’ah, kita mewarisi Islam yang murni dari Rasulullah saw. Kita dipertemukan dengan lembaga-lembaga pendidikan, madrasah, diniyah, TPQ, dan seterusnya yang berhaluan Ahlussunnah Wal Jama’ah. Alhamdulillah kita juga ditakdirkan berada di organisasi Ahlussunnah Wal Jama’ah, Nahdlatul Ulama. Meskipun sekedar menjadi anggota.
Advertisement
Kaum muslimin rahimakumullah....
Hal ini merupakan kenikmatan yang luar biasa. Andai kita hanya mengaku Islam, tetapi tidak bermadzab Ahlussunnah Wal Jama’ah. Mungkin dzohirnya terlihat Islam, tapi ada sekian banyak poin yang bertentangan dengan ajaran Rasulullah saw. Padahal, prinsipnya, siapa yang sesuai dengan ajaran Rasulullah saw, maka dia akan selamat. Sebaliknya, seapa yang menyimpang dari ajaran Rasulullah saw, maka dia akan celaka.
Berbagai amaliah dilakukan oleh golongan Ahlussunnah wal Jama’ah an-Nahdliyah berdasarkan ajaran dari Rasulullah saw. Tapi tidak dilakukan oleh golongan yang lain. Misalnya, dalam kitab Shahih Bukhori juz 2 , hal. 324 sebagai berikut:
أَنَّ رَفْعَ الصّوْتِ بِالذِّكْرِ حِيْنَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنَ الْمَكْتُوْبَةِ كَانَ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ – رواه البخاري ومسلم
” Bahwa dzikir dengan suara keras setelah sholat fardhu seperti ini sudah ada sejak zaman Rasulullah saw.’’
Hadist ini sahih, dan kita sebagai kaum Ahlussunnah wal Jama’ah an-Nahdliyah di Indonesia telah melestarikannya sejak dulu, sesuai dengan praktik Rasulullah saw. Namun, coba lihat orang diluar Ahlussunnah wal Jama’ah, rata-rata justru mengingkarinya bahkan mereka menganggap itu bid’ah.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Selanjutnya, dalam HR. Imam Bukhori no. 2563, Rasulullah saw. Ditanya yang artinya:
“Wahai Rasulullah, ibu saya wafat, kalua saya ingin mengadakan sedekah, pahalannya kami niatkan untuk ibu yang wafat, boilehkah itu? Apakah ibu dapat pahala juga? Nabi menjawab: iya, boleh, ibumu dapat pahala”
Hadist ini ada dalam riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim. Nahdlatul Ulama (NU) melestarikan dan menjaganya sampai sekarang. Sedangkan golongan selain NU di luar Ahlussunnah wal Jama’ah rata-rata mengingkarinya.
Kaum muslimin rahimakumullah....
Membaca basmallah secara jahr (Keras) ketika sholat itu didasarkan atas HR. Imam Bukhori no 3451 yang artinya:
”Rasulullah saw, mengeraskan bacaan basmallah.”
Alhamdulillah, Ahlussunnah wal Jama’ah yang kita ikuti dengan mazhab Imam Syafi’i memberi fatwa bahwa ketika sholat maghrib, isya’, dan subuh, karena syaratnya membaca surat Al-Fatihah jahr, maka basmallah juga dibaca secara jahr. Beberapa golongan diluar kita barangkali membaca basmalah, tetapi anti jahr, bahkan sampai ada yang tidak mau membaca bismillah. Naudzubillah min dzalik.
Kaum muslimin rahimakumullah....
Andai kita tidak ikut golongan Ahlussunnah wal Jamaáh, ada sekian banyak amaliah yang mungkin terlihat seperti Islam, tetapi bertentangan dengan ajaran Rasulullah saw. Imam Bukhori dalam hadist no 1009 dan 1010 menerangkan doa tentang tawasul, ketika itu tawasul doanya sebagai berikut yang berarti:
”Ya Allah, kami bertawasul dengan Nabi-Mu, berilah hujan kepada kami.” Akhirnya Allah menurunkan hujan. Sekarang kami minta hujan lagi,” Ya Allah, bertawasul dengan pamannya Nabi, Sayyidina Abbas, mohon turunkan hujan,” akhirnya hujan. Hadist ini riwayat Imam Bukhori, tentu saja sah.
Ahlussunnah wal Jama’ah melestarikannya. Masih banyak yang lain-lain, kita bersyukur kepada Allah Swt dengan mengikuti Ahlussunnah wal Jamaáh,, mengaji kepada ulama’ dan kiai Ahlussunnah wal Jama’ah, mondok dan belajar di lembaga-lembaga Ahlussunnah wal Jama’ah an-Nahdliyah, kita dibimbing, dituntun, dan diberi ajaran yang sesuai denga hadist Bukhori Muslim, juga sesuai denga ajaran Nabi, tentu saja. Dalam kitab Shahih Bukhori, hadis no. 7280, Nabi Bersabda yang artinya:
“barang siapa menaatiku, maka dia akan masuk surga, dan barang siapa mendurhakaiku, maka dia akan masuk neraka.”
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
*) Penulis: Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |