Kopi TIMES

Lamongan Butuh Langkah Strategis Hadapi Kekeringan dan Banjir Mewabah 

Minggu, 10 November 2024 - 15:11 | 35.07k
Syihabuddin Ahmad, Sekretaris MDS Rijalul Ansor PAC Sugio.
Syihabuddin Ahmad, Sekretaris MDS Rijalul Ansor PAC Sugio.

TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Kabupaten Lamongan, dengan kekayaan sumber daya alam dan potensi ekonominya, seharusnya menjadi kawasan yang mampu memitigasi dan mengelola bencana alam yang menjadi ancaman tahunan. Namun, kenyataan yang dihadapi masyarakat Lamongan setiap tahunnya adalah terjadinya dua bencana alam yang hampir selalu terjadi secara bersamaan: kekeringan dan banjir. 

Bencana langganan ini tidak hanya mengganggu kehidupan sosial dan ekonomi, tetapi juga mencerminkan ketidakmampuan pemerintahan dalam merancang solusi yang efektif dan berkelanjutan. Oleh karena itu, persoalan ini seharusnya menjadi perhatian utama dalam kontestasi politik menjelang Pilkada 2024.

Advertisement

Bencana Langganan dan Kurangnya Solusi Long-term

Kabupaten Lamongan sudah berganti beberapa kali bupati dan wakil bupati, namun masalah kekeringan dan banjir tidak kunjung terselesaikan. Setiap tahunnya, bencana kekeringan meluas di 57 Desa yang tersebar di 13 kecamatan. Sementara banjir merendam 15 Desa di 5 Kecamatan, terutama di sepanjang bantaran Sungai Bengawan Solo. 

Kondisi ini, yang semakin diperburuk oleh banjir yang lebih lama dan tergenang di kawasan Bengawan Jero, jelas menunjukkan bahwa pendekatan yang selama ini diterapkan dalam menangani bencana tersebut belum efektif.

Dalam konteks ini, penting untuk mempertanyakan mengapa bencana-bencana tersebut masih terjadi meski sudah ada pergantian kepemimpinan. Salah satu jawabannya mungkin terletak pada pendekatan yang bersifat sementara dan kurang memperhatikan faktor penyebab yang lebih struktural. Seperti yang terjadi saat bencana kekeringan, paslon calon kepala daerah memanfaatkan momen ini untuk menyalurkan air bersih menggunakan mobil tangki. 

Namun, langkah ini hanya menawarkan solusi jangka pendek, yang tidak menyentuh akar permasalahan kekeringan yang sesungguhnya, yakni pengelolaan sumber daya air, tata kelola hutan, dan keberlanjutan kebijakan terkait infrastruktur penampungan air.

Minimnya Gagasan Konkret dalam Kampanye Pilkada 2024

Menghadapi Pilkada 2024, para pasangan calon (paslon) seharusnya memiliki gagasan yang jelas dan konkret untuk mengatasi masalah ini. Namun, sejauh ini, penulis belum menemukan ide atau rencana strategis dari paslon yang menunjukkan upaya nyata untuk mengatasi persoalan bencana yang sudah menjadi langganan. 

Kampanye yang ada lebih banyak difokuskan pada isu-isu jangka pendek dan popularitas. Sementara persoalan lingkungan yang berkelanjutan seperti bencana kekeringan dan banjir justru terabaikan.

Gagasan yang kurang berkembang ini tentu perlu menjadi perhatian. Pemimpin daerah di masa depan harus mampu merancang kebijakan yang tidak hanya bersifat responsif terhadap bencana, tetapi juga preventif, agar bencana langganan ini tidak lagi menjadi momok bagi masyarakat Lamongan. 

Para paslon seharusnya merancang dan memaparkan rencana-rencana yang lebih visioner, seperti pembangunan infrastruktur pengelolaan air bersih yang berkelanjutan, perbaikan sistem drainase yang lebih baik, serta pengelolaan daerah tangkapan air dan konservasi lahan agar banjir dan kekeringan dapat dikendalikan dengan lebih baik.

Urgensi Kepemimpinan Visioner

Penting untuk diingat bahwa bencana langganan ini bukan hanya masalah teknis atau administratif semata. Ini adalah isu sosial-ekonomi yang mempengaruhi jutaan warga, merusak mata pencaharian, serta menciptakan ketidakpastian bagi masa depan mereka. 

Oleh karena itu, dibutuhkan pemimpin yang tidak hanya memahami persoalan ini secara teknis, tetapi juga memiliki visi yang jelas untuk pembangunan berkelanjutan, pengelolaan sumber daya alam yang bijak, serta penciptaan kebijakan yang menyentuh langsung kebutuhan rakyat.

Solusi yang diperlukan harus mencakup investasi dalam riset dan pengembangan untuk pemetaan daerah rawan bencana, serta kerja sama dengan berbagai lembaga terkait, baik pemerintah pusat maupun pihak swasta. 

Selain itu, keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan sangat penting agar solusi yang ditawarkan benar-benar dapat diterima dan diterapkan secara efektif.

Bencana langganan di Lamongan bukan hanya masalah tahunan yang dapat diatasi dengan solusi temporer seperti distribusi air bersih menggunakan mobil tangki. Diperlukan sebuah pendekatan strategis dan jangka panjang yang melibatkan kebijakan pengelolaan sumber daya alam yang baik, penguatan infrastruktur, serta mitigasi bencana yang berbasis pada partisipasi masyarakat. 

Di sinilah pentingnya pemimpin visioner yang tidak hanya mampu berbicara tentang janji-janji, tetapi juga merancang tindakan nyata yang dapat mengubah kondisi ini untuk kesejahteraan jangka panjang masyarakat Lamongan. 

Saat kampanye Pilkada 2024 berlangsung, para paslon harus mampu memberikan solusi konkret yang mengatasi bencana langganan, bukan sekadar solusi jangka pendek yang tampak populis.

***

*) Oleh : Syihabuddin Ahmad, Sekretaris MDS Rijalul Ansor PAC Sugio.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES