Kopi TIMES

Kuansing Hiruk Pikuk Pilkada 2024

Kamis, 14 November 2024 - 09:02 | 43.38k
Dr. Apriyan D Rakhmat, M.Env, Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik, Universitas Islam Riau, Pekanbaru
Dr. Apriyan D Rakhmat, M.Env, Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik, Universitas Islam Riau, Pekanbaru

TIMESINDONESIA, PEKANBARU – Pilkada serentak 27 November 2024 untuk memilih calon gubernur, bupati/walikota di Tanah Air, tinggal menunggu hitungan hari. Gegap gempita dan gemuruh kampanye membahana dari pusat kota hingga ke sudut-sudut kampung dan desa. 

Kampanye gubernur dan bupati/walikota yang dilakukan secara serentak menjadikan pesta demokrasi tahun ini terasa meriah dan penuh dengan hiruk-pikuk. Begitu juga dengan kolaborasi antar partai pendukung pasangan calon (paslon) dengan warna-warni yang beragam dan bervariasi. 

Advertisement

Di tingkat propinsi, kolaborasi partai pendukung bisa sama dan juga bisa berbeda untuk tingkat kabupaten/kota, dan atau ada irisan antara paslon pendukung gubernur dengan paslon bupati/walikota di tingkat kabupaten/kota. Sungguh meriah. 

Aroma kemeriahan ditambah lagi dengan adanya dukung-mendukung dari tokoh masyarakat, pemuka agama, intelektual, dan organisasi kemasyarakatan untuk paslon yang ikut bertanding. Yang terkadang ini juga ikut memicu kebingungan masyarakat awam dan para jemaah mesjid/musola. 

Sebagai contoh menarik adalah kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Propinsi Riau  dengan tiga paslon yang bertanding memperebutkan kursi bupati dan wakil bupati untuk tahun 2024-2029, aroma kampanye begitu meriah dan memukau pemilih dan masyarakat. Klaim dukungan dan survei mewarnai perang urang syaraf di media sosial dan kampanye terbuka di lapangan, yang terkadang juga memicu ketegangan di antara para pendukung dan tim sukses paslon. 

Walaupun sudah ada aturan tidak diperkenankan untuk menebar fitnah, kebencian dan caci maki antara sesama paslon, namun dalam kenyataan hal tersebut juga sukar dihindari. Silahkan dukung dan sanjung junjungan kita, jangan jatuhkan junjungan orang lain. Terkadang sukar untuk ditaati dan dipatuhi di dalam kehidupan nyata. Mudah dan indah diucapkan, namun sukar untuk diterapkan.

Pilkada Kuansing kali ini cukup menarik dan mendebarkan, karena terdiri dari tiga paslon dengan warna dan corak yang cukup beragam, serta dukungan dari partai pengusung yang cukup menantang jika dilihat dari kursi keterwakilan parpol pengusung di DPDRD. Paslon SDM diwakili sebanyak 17 kursi (Gerindra, PKB dan Demokrat), AYO diwakili 13 kursi (Golkar, PKS, PAN dan Nasdem) dan HS dengan 5 (kursi PDIP dan PPP). 

Suatu komposisi yang asimetris, terutama koalisi HS yang jauh tertinggal berbanding koalisi SDM dan AYO. Namun, jumlah keterwakilan parpol pengusung di DPRD tidak selalu linear dengan jumlah suara yang akan memilih koalisi paslon bupati. 

Dalam pengertian, pemilih yang memilih partai A dalam pemilu legislatif, tetapi dalam memilih paslon kepala daerah (gubernur, bupati/walikota) memilih paslon B yang bukan berasal atau diusung oleh  partai A atau koalisi partai A, dan begitu seterusnya untuk pemilih yang lainnya.

Secara resmi terdapat tiga paslon yang ikut bertanding, yaitu pasangan Suhardiman Amby dan Mukhlisin (SDM) tagline Kuansing Hebat (hebat sumberdaya manusianya, hebat ekonominya, hebat kesehatannya dan hebat adat-istiadatnya). 

Adam dan Sutoyo (AYO) yang dengan slogan Kuansing Bercahaya (pembangunan infrastruktur jalan, pendidikan, layanan kesehatan, sosial-budaya dan keagamaan), serta pasangan Halim dan Sardiyono (HS) dengan dengan motto "Menuju Kuansing Hebat dan Sejahtera" (melalui penguatan ekonomi dan percepatan infrastruktur pembangunan).

Berkaitan dengan hal di atas, sebagian masyarakat sudah menjatuhkan pilihan pada pasangan tertentu dengan alasan ideologi atau kesetiaan kepada paslon dan partai, namun sebagian besar lagi ditengarai masih ragu-ragu dalam memilih paslon yang ada, yaitu yang masuk kategori masa mengambang atau istilah pemilih di atas pagar. 

Bahkan ada pengamat yang mengatakan bahwa di Kuansing lah yang sukar menentukan dan menebak arah dukungan dari masyarakat, sehingga dia berasumsi bahwa masa mengambang cukup signifikan dalam pilkada serentak 27 November 2024. Segelintir lagi dengan porsi yang lebih sedikit, jauh-jauh hari tidak berkeinginan untuk memilih alias golput. 

Klaim dukungan berdasarkan hasil survei juga mewarnai perang urat syaraf di antara paslon. Semuanya sah-sah saja, dan pilihan hati dari pemilih di kotak pencoblosan yang akan menentukan hasil akhir nantinya, setelah diputuskan secara resmi oleh KPU. 

Hasil survei memang tidak sepenuhnya benar, namun dapat dijadikan sebagai gambaran umum tingkat elektabilitas dari paslon. Bahkan tingkat elektabilitas juga kadang menipu dan tidak mencerminkan hasil akhir dalam penghitungan suara. 

Setiap paslon juga didukung oleh team media pendukung yang siap 24 jam untuk menayangkan dan melaporkan perkembangan paslon yang diusung. Team media ini juga disokong oleh berpuluh-puluh media online yang setia untuk mensosialisasikan paslonnya masing-masing. Termasuk menyebarkan berita melalui media sosial, WA group, instagram, Twitter dan facebook. Framing jurnalistik dan mengarahkan opini agar memilih paslon yang didukung tidak dapat dihindari, baik secara halus dan lembut maupun secara kasat mata dan vulgar. 

Bahkan serangan dan fitnah yang bersifat personal juga terkadang muncul ke permukaan, seperti paslon yang beristri dua. Tuduhan paslon yang bernada kasar dan tidak sopan. Sehingga substansi dari kampanye berupa visi dan misi serta terobosan yang diusung paslon menjadi kabur dan tidak mendapatkan perhatian sesungguhnya. 

Isu berubah ke ranah personal, remeh-temeh, pinggiran, luaran dan lipstic. Tebar pesona, pencitraan, visualisasi, hiburan dan hiruk-pikuk kampanye menjadi sentral kampanye menggantikan substansi dari kampanye itu sendiri untuk membawa perubahan pembangunan ke arah yang lebih baik-dari aspek kuantitas dan kualitas-dalam seluruh dimensi kehidupanan di masa yang akan datang. Seperti berkenaan dengan penciptaan lapangan pekerjaan, pemenuhan kebutuhan pokok dasar masyarakat (living cost), infrastruktur dasar dan pelayanan, lingkungan, keagamaan, serta pelayanan sosial dan budaya. 

Demokrasi Hiburan Vs Demokrasi Substansi

Hal menarik lainnya dari pilkada Kuansing  2024 adalah dengan semakin menggemanya tren demokrasi hiburan yang banyak disitir oleh para akademisi dan pengamat sosial-politik akhir akhir ini. Dimana, dalam hampir setiap kampanye akbar, para paslon menghadirkan pesohor dan artis untuk memikat dan menghibur para peserta kampanye. Baik artis nasional maupun lokal yang diyakini dapat menjadi daya tarik warga untuk datang ke tempat kampanye. Setiap paslon memiliki artis dan pesohor masing-masing yang telah mereka tetapkan. 

Sebagai dampaknya, setiap kampanye di lapangan terbuka selalu dibanjiri oleh masyarakat. Apalagi jika yang tampil adalah pesohor aau artis pujaan hati dari masyarakat, seperti Si Kumbang dari Sumatera Barat. Mereka rela datang, walaupun cuaca  panas terik atau hujan lebat sekalipun. Dengan harapan dapat berjumpa dan mendengarkan hiburan dari artis pujaan hati. 

Selain tentunya, mereka ingin mendapatkan informasi berkenaan visi dan misi, serta strategi dan terobosan program kerja dari paslon yang mereka dukung beserta dengan janji-janji manis dan tebar pesona lainnya. Selain dalam bentuk hiburan tarik suara dan nyanyi. Hiburan rakyat khas Kuansing, yaitu randai juga tidak lupa ditampilkan. 

Demokrasi hiburan juga didukung dengan tampilan baliho, spanduk, poster, kalender, jaket, bendera, baju dan cenderamata yang mendukung paslon. Kesemuanya dibuat dan didesain untuk memikat para pemilih untuk memilih paslon tertentu. Tampilan luar yang memikat adalah lebih diutamakan, dibandingkan substansi dan hakikat dari berbagai tampilan fisik tersebut. 

Dalam konteks ini, pesta demokrasi yang digaungkan belakangan ini semakin mendapat tempat dalam konteks demokrasi hiburan di Kuansing. Pilkada telah menjadi agenda dan wejangan baru dalam menghibur masyarakat melalui kampanye. 

Pesta demokrasi yang dilaksankan secara jujur dan adil dalam suasana yang damai, meriah, suka cita dan menyenangkan kian digaungkan. Sebaliknya, pilkada yang mendatangkan kebencian, permusuhan, fitnah dan makian semakin ditinggalkan dan diketepikan. 

Semoga terpilih pemimpin Kuansing yang dicintai rakyat untuk periode 2024-2029. Pemimpin yang sekaligus bisa untuk membawa perubahan ke arah yang lebih baik dalam segala sendi kehidupan masyarakat. Sehingga motto sejahtera masyarakat dan maju nagori dapat terwujud di dalam kehidupan nyata. Kuansing is the best. Aamiin.

***

*) Oleh : Dr. Apriyan D Rakhmat, M.Env, Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik, Universitas Islam Riau, Pekanbaru.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES