Kopi TIMES

Motif Bantuan Said Abdullah: Murni Pengabdian atau Strategi Kampanye?

Jumat, 15 November 2024 - 12:00 | 25.84k
Muhammad Dzunnurain, Student Faculty of Teacher Training and Education, English Education Department Unisma
Muhammad Dzunnurain, Student Faculty of Teacher Training and Education, English Education Department Unisma

TIMESINDONESIA, MALANG – Ketua Badan Anggaran DPR RI, MH Said Abdullah, baru-baru ini menyalurkan bantuan kepada kelompok tani dan pondok pesantren di Ambunten, Sumenep, dalam suatu acara silaturahmi. Bantuan ini, yang bertepatan dengan momentum politik menjelang pilkada, menimbulkan diskusi seputar tujuan bantuan politik.

Sebagai wakil rakyat yang telah menjabat sejak 2004, Said Abdullah menyatakan bahwa bantuan tersebut adalah pengabdian pribadi, bukan terkait jabatannya. Ia menggarisbawahi bahwa bantuan ini bertujuan untuk memotivasi petani meningkatkan produktivitas dan mendukung pendidikan pesantren, dengan harapan meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar.

Advertisement

Di sisi lain, pernyataan dari Prabowo Subianto mengenai money politics turut mempengaruhi cara pandang publik terhadap bantuan politik. Prabowo Subianto dulu pernah menyatakan bahwa masyarakat sebaiknya menerima uang yang diberikan oleh politisi karena uang tersebut dianggap sebagai hasil korupsi dan bagian dari hak rakyat.

Meski demikian, ia menegaskan pentingnya bagi masyarakat untuk tetap memilih berdasarkan hati nurani tanpa tekanan dari politisi yang memberi uang. Pernyataan ini menyoroti perspektif bahwa uang yang disalurkan oleh politisi bukanlah sekadar hadiah, tetapi bagian dari apa yang disebut Prabowo Subianto sebagai “hak rakyat”.

Membaca terhadap bantuan Said Abdullah di tengah momentum politik memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang perbedaan antara bantuan sebagai bentuk pengabdian sosial dan bantuan yang dapat dianggap sebagai money politics. 

Bantuan Said rentan diasosiasikan dengan upaya politik, terutama momentum pilkada yang sudah dekat, namun ia menegaskan bahwa bantuannya tidak dimaksudkan untuk membeli suara.

Menariknya, pandangan Bapak Prabowo tentang menerima uang namun tetap memilih dengan nurani menyoroti pemahaman bahwa bantuan atau uang tidak harus menentukan pilihan politik seseorang. Ini mengarahkan pada pertanyaan penting: Apakah bantuan yang diberikan oleh politisi seperti Said Abdullah seharusnya dianggap sebagai pengabdian sosial atau sebagai bagian dari strategi politik praktis? Melihat atribut (kaos) yang dipakai saat menyalurkan bantuan bertanda nomer dari paslon tertentu.

Persepsi terhadap bantuan politik semacam ini cenderung dipengaruhi oleh latar belakang momentum politik dan publik figur yang terlibat. Pada satu sisi, bantuan Said Abdullah bisa dilihat sebagai bentuk dukungan yang tulus, mengingat rekam jejaknya sebagai wakil rakyat sejak lama.

Namun, pernyataan kontroversial terkait money politics menambah kompleksitas dalam memaknai tindakan politisi di tengah pilkada. Masyarakat mungkin lebih skeptis terhadap bantuan politik, terlepas dari motif sebenarnya di baliknya, dan semakin mempertimbangkan niat tulus atau politis dari bantuan yang diterima.

***

*) Oleh : Muhammad Dzunnurain, Student Faculty of Teacher Training and Education, English Education Department Unisma.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES