TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Musim hujan seringkali membawa kekhawatiran akan meningkatnya kasus demam berdarah dengue (DBD). Penyakit yang disebabkan oleh virus dengue ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
Mengingat tingginya potensi wabah pada musim hujan akibat meningkatnya populasi nyamuk di genangan air, kewaspadaan masyarakat terhadap gejala awal DBD dan pentingnya pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi yang lebih serius.
Advertisement
Tinjauan Kasus DBD Selama Tiga Tahun Terakhir
Pada tahun 2021 Indonesia melaporkan lebih dari 73.000 kasus DBD, dengan angka kematian mencapai sekitar 705 jiwa. Peningkatan kasus ini sebagian besar terjadi pada musim hujan, ketika genangan air menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti. Beberapa provinsi dengan kasus tertinggi adalah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Timur.
Tahun 2022 kasus DBD menunjukkan peningkatan yang lebih tajam dengan lebih dari 120.000 kasus dilaporkan secara nasional. Meskipun angka kematian menurun menjadi sekitar 800 kasus, jumlah kasus positif terus meningkat di berbagai wilayah, terutama di daerah perkotaan dengan kepadatan penduduk tinggi. Fenomena ini menunjukkan bahwa musim hujan tetap menjadi periode paling rentan bagi masyarakat terhadap infeksi DBD.
Sedangkan pada tahun 2023: Hingga akhir tahun 2023, angka kasus DBD mencapai lebih dari 90.000 kasus, dengan laporan menunjukkan lonjakan selama Januari hingga Maret, periode puncak musim hujan. Lonjakan ini kembali mengingatkan pentingnya strategi pencegahan yang efektif dan deteksi dini untuk mengurangi risiko kematian akibat komplikasi.
Mengapa Kasus DBD Terus Meningkat di Musim Hujan?
Pertama, Kondisi Lingkungan pada musim hujan menciptakan banyak genangan air yang menjadi tempat ideal bagi nyamuk Aedes aegypti untuk berkembang biak. Kedua, kurangnya kesadaran Masyarakat yaitu banyak orang yang belum menyadari pentingnya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui 3M Plus.
Ketiga, Adanya penundaan diagnosis yang mana tidak semua pasien dengan gejala demam melakukan pemeriksaan laboratorium, sehingga diagnosis sering terlambat dilakukan. Hal ini meningkatkan risiko komplikasi yang berakibat fatal.
Gejala Awal yang Harus Diwaspadai
DBD sering kali dimulai dengan gejala demam tinggi mendadak yang berlangsung selama 2-7 hari. Gejala lain meliputi Nyeri otot dan sendi, yang sering disebut "breakbone fever" karena intensitas nyerinya. Sakit kepala berat, terutama di belakang mata. Ruam/ bintik-bintik merah di kulit (rash). Mual dan muntah dan kelelahan ekstrem.
Pada kasus yang lebih parah, DBD dapat berkembang menjadi Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Dengue Shock Syndrome (DSS), yang ditandai dengan perdarahan spontan, tekanan darah rendah, dan syok. Komplikasi ini memerlukan penanganan medis segera, karena berpotensi mengancam jiwa.
Peran Laboratorium dan Pentingnya Diagnosis Awal
Diagnosis dini DBD merupakan langkah kunci dalam mencegah perburukan kondisi pasien. Seringkali, gejala DBD menyerupai gejala infeksi virus lain seperti flu, chikungunya, atau leptospirosis, sehingga pemeriksaan laboratorium menjadi penentu diagnosis yang akurat. Dua jenis pemeriksaan utama yang direkomendasikan untuk mendeteksi infeksi dengue adalah NS1 Antigen dan Anti-Dengue IgG/IgM.
Diagnosis dini sangat penting untuk mencegah komplikasi parah seperti Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Dengue Shock Syndrome (DSS). Pemeriksaan laboratorium seperti NS1 Antigen dan Anti-Dengue IgG/IgM menjadi kunci dalam memastikan infeksi dengue pada tahap awal.
Apa itu NS1 Antigen dan Anti Dengue IgG/ IgM?
Pertama, NS1 Antigen. NS1 (Non-structural protein 1) adalah protein virus dengue yang dapat dideteksi pada darah pasien dalam 1-5 hari pertama setelah munculnya gejala. Keunggulan: Cepat dan akurat untuk mendeteksi infeksi dini; Mampu mendeteksi virus bahkan sebelum tubuh memproduksi antibodi. Kelemahan: Sensitivitasnya menurun setelah hari kelima demam, karena konsentrasi NS1 dalam darah menurun seiring waktu.
Kedua, Anti-Dengue IgG dan IgM. Pemeriksaan ini mendeteksi antibodi yang diproduksi tubuh sebagai respons terhadap infeksi virus dengue. Berguna untuk pasien yang terlambat melakukan pemeriksaan, karena antibodi muncul pada hari ke-5 hingga ke-7 setelah gejala pertama. IgM muncul lebih awal (3-5 hari setelah gejala) dan menunjukkan infeksi akut.
IgG muncul lebih lambat dan biasanya menunjukkan infeksi sekunder atau infeksi sebelumnya. Keunggulan: Membantu membedakan antara infeksi pertama (primer) dan infeksi ulang (sekunder), di mana infeksi sekunder memiliki risiko lebih tinggi untuk menjadi parah. Kelemahan: Tidak ideal untuk deteksi dini karena antibodi membutuhkan waktu untuk terbentuk.
Dampak Keterlambatan Diagnosis pada Data Kasus DBD
Dalam tiga tahun terakhir, sebagian besar pasien yang meninggal akibat DBD mengalami keterlambatan diagnosis atau penanganan. Banyak pasien yang menganggap demam biasa sebagai flu sehingga tidak segera melakukan pemeriksaan laboratorium.
Selain itu, infeksi sekunder pada pasien yang pernah terinfeksi sebelumnya sering kali lebih parah, namun luput dari perhatian. Hal ini menegaskan perlunya edukasi tentang pentingnya deteksi dini melalui pemeriksaan NS1 Antigen atau Anti-Dengue IgG/IgM.
Mengapa Pemeriksaan Laboratorium Penting?
Pemeriksaan Laboratorium dapat mencegah diagnosis yang salah, dengan gejala yang serupa dengan penyakit lain, pemeriksaan laboratorium membantu dokter memastikan bahwa demam yang dialami pasien benar-benar disebabkan oleh virus dengue.
Pemantauan perjalanan penyakit, dengan adanya hasil laboratorium membantu dokter menilai tingkat keparahan penyakit dan menentukan strategi penanganan, seperti kebutuhan rawat inap atau hanya pengobatan rawat jalan. Digunakan sebagai deteksi dini untuk mencegah komplikasi pada pasie, jika terdeteksi lebih awal dapat segera diberikan penanganan yang sesuai, seperti rehidrasi yang adekuat dan pemantauan tanda vital untuk mencegah syok.
Jangan Tunda, Lakukan Pemeriksaan jika Bergejala
Jika Anda atau anggota keluarga mengalami demam tinggi mendadak disertai gejala khas DBD, segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat. Ingat, diagnosis dan pengobatan dini adalah kunci untuk mencegah komplikasi berbahaya.
Langkah Pencegahan dan Penanganan DBD
Selain pemeriksaan laboratorium, masyarakat juga perlu proaktif dalam mencegah penularan DBD, terutama di musim hujan. Beberapa langkah pencegahan utama meliputi:
Melakukan 3M Plus, antara lain: Menguras tempat penampungan air secara rutin; Menutup rapat tempat penyimpanan air; Mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk; Plus: Menggunakan obat nyamuk, kelambu, dan menanam tanaman pengusir nyamuk seperti lavender atau serai. Hindari menggantung pakaian terlalu lama karena dapat menjadi tempat persembunyian nyamuk.
Memantau Lingkungan Sekitar: Pastikan tidak ada genangan air di wadah kecil seperti pot tanaman, ban bekas, atau kaleng.
Meningkatkan Edukasi Masyarakat: Kampanye tentang bahaya DBD dan pentingnya pemeriksaan laboratorium dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk segera berkonsultasi ke dokter jika mengalami gejala. Pencegahan Komunitas: Fogging di daerah dengan kasus DBD tinggi. Menggalakkan kerja bakti lingkungan untuk membersihkan genangan air.
Pemantauan Gejala dan Deteksi Dini, yaitu Jika muncul gejala demam tinggi, nyeri otot, atau ruam kulit, segera konsultasikan ke dokter. Lakukan pemeriksaan NS1 Antigen atau Anti-Dengue IgG/IgM jika gejala berlangsung lebih dari 1-2 hari.
Peran Pemerintah dan Fasilitas Kesehatan
Pemerintah dan fasilitas kesehatan memiliki peran penting dalam menangani kasus DBD, terutama pada musim hujan. Hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah diantaranya yaitu mengintensifkan fogging untuk membasmi nyamuk dewasa di daerah yang dilaporkan memiliki kasus DBD.
Memperluas akses pemeriksaan laboratorium, yaitu puskesmas dan rumah sakit perlu dilengkapi dengan fasilitas pemeriksaan NS1 Antigen dan Anti-Dengue IgG/IgM, sehingga masyarakat dapat dengan mudah mengakses layanan ini; Menggalakkan sistem kewaspadaan dini dengan cara pengumpulan data dan pelaporan kasus DBD secara real-time, pemerintah dapat merespons lebih cepat dalam menangani daerah endemik.
Musim hujan membawa risiko tinggi terhadap peningkatan kasus DBD, seperti yang tercatat dalam tiga tahun terakhir. Menghadapi ancaman ini, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap gejala demam berdarah dan segera melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi infeksi dengue secara dini. Pemeriksaan NS1 Antigen dan Anti-Dengue IgG/IgM sangat penting untuk memastikan diagnosis yang akurat dan mencegah komplikasi yang lebih serius.
Dengan pencegahan berbasis komunitas dan kesadaran individu, serta peran aktif pemerintah dalam menyediakan akses layanan kesehatan, kita dapat menekan angka kasus DBD dan melindungi masyarakat dari ancaman penyakit yang berulang setiap musim hujan. Jangan tunggu hingga terlambat-lakukan deteksi dini jika ada gejala mencurigakan!
***
*) Oleh : Yoki Setyaji, Dosen, Ahli Teknologi Lab Medik, dan Mahasiswa Program Studi Doktor Biologi, Fakultas Biologi UGM.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |