Kopi TIMES

Kepemimpinan Plus Kepala Sekolah

Minggu, 01 Desember 2024 - 12:02 | 24.05k
Mohammad Hairul, Kepala SMPN 1 Curahdami, Bondowoso. Dewan Pakar Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Bondowoso.
Mohammad Hairul, Kepala SMPN 1 Curahdami, Bondowoso. Dewan Pakar Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Bondowoso.

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Mendengar sebutan ‘kepala sekolah’, apa yang terlintas? Apakah sosok yang sibuk memeriksa laporan, menghadiri rapat dinas, atau sekadar mengurus dokumen administratif? Atau, figur yang menginspirasi, memimpin dengan visi besar, dan memiliki keberanian menghadapi tantangan? 

Di tengah kompleksitas dunia pendidikan, peran kepala sekolah tidak cukup hanya sebagai administrator. Kepala sekolah adalah pemimpin dengan nyali-keberanian untuk membuat keputusan sulit demi masa depan generasi penerus.

Advertisement

Kepala sekolah tidak takut untuk keluar dari zona nyaman. Kepemimpinan yang bernyali berarti kepala sekolah berani mengambil langkah yang mungkin tidak populer, tetapi diperlukan untuk membawa perubahan. Mereka memiliki visi yang jelas tentang sekolah ideal dan bekerja keras untuk mencapainya, meski seringkali dihadapkan pada berbagai kendala.

Apa itu nyali dalam kepemimpinan kepala sekolah? Ada tiga aspek utama yang menggambarkannya. Kepala sekolah yang bernyali tidak hanya menjalankan kebijakan yang sudah ada, tetapi juga mampu menciptakan inovasi. 

Misalnya, di era digital saat ini, mereka tidak ragu untuk mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran meskipun menghadapi tantangan keterbatasan fasilitas atau penolakan awal dari guru. Dengan tekad kuat, mereka menunjukkan bahwa inovasi bisa membawa hasil positif bagi siswa dan guru.

Banyak kepala sekolah, terutama di daerah terpencil, menghadapi tantangan besar seperti keterbatasan anggaran, rendahnya partisipasi orang tua, hingga budaya lokal yang kurang mendukung pendidikan. 

Kepala sekolah dengan nyali tidak hanya berdiam diri, tetapi aktif mencari solusi. Baik melalui negosiasi dengan pihak pemerintah, kolaborasi dengan komunitas, hingga menggalang dana dari pihak luar untuk mendukung kebutuhan sekolah.

Kepala sekolah inspiratif tidak puas dengan keadaan yang biasa-biasa saja. Mereka menantang guru dan siswa untuk keluar dari pola pikir stagnan dan mendorong mereka mencapai potensi maksimal. Ini berarti berani menetapkan target tinggi untuk sekolahnya. Bahkan jika hal tersebut awalnya diragukan oleh banyak pihak.

Masih ada sebagian kecil kepala sekolah terjebak dalam tugas administratif. Kondisi sementara ini, beban birokrasi sering kali membuat mereka lebih fokus pada laporan, pengelolaan anggaran, atau dokumen akreditasi daripada memikirkan visi jangka panjang sekolah. Hal ini terjadi karena tuntutan sistem pendidikan yang terlalu menitikberatkan pada formalitas dan hasil dokumen, bukan pada dampak nyata yang dihasilkan oleh kepemimpinan kepala sekolah.

Kepala sekolah yang memiliki nyali tidak membiarkan tugas administratif menghalangi peran strategis mereka. Mereka pandai mendelegasikan tugas teknis kepada staf administratif atau guru senior, sehingga dapat lebih fokus pada hal-hal yang berdampak langsung terhadap kualitas pendidikan, seperti inovasi pembelajaran dan pengembangan budaya sekolah.

Kepemimpinan kepala sekolah yang bernyali juga ditunjukkan dengan keberanian untuk mengambil langkah-langkah yang berbeda. Contohnya, ada seorang kepala sekolah di sebuah desa terpencil yang memutuskan untuk mengubah sistem pembelajaran di sekolahnya menjadi berbasis proyek. 

Langkah ini awalnya menuai kritik karena dianggap "melenceng" dari metode konvensional. Namun, hasilnya luar biasa: siswa menjadi lebih kreatif, percaya diri, dan memiliki kemampuan praktis yang relevan dengan kebutuhan masa depan.

Tentu saja, keberanian seperti ini tidak selalu diterima dengan baik pada awalnya. Tetapi kepala sekolah dengan visi yang kuat tidak takut menghadapi kritik. Mereka yakin bahwa perubahan yang mereka dorong akan membawa manfaat besar bagi komunitas sekolah dalam jangka panjang.

Sistem penilaian kinerja kepala sekolah sering kali menjadi tantangan tersendiri. Banyak yang merasa bahwa sistem penilaian terlalu birokratis, berfokus pada dokumen, dan kurang menghargai inovasi. Dalam kondisi ini, kepala sekolah yang bernyali tidak hanya menerima kritik dengan terbuka tetapi juga berani mengadvokasi perubahan sistem penilaian agar lebih relevan dan adil.

Misalnya, mereka mengusulkan agar indikator penilaian tidak hanya mencakup laporan administratif, tetapi juga melibatkan hasil survei kepuasan dari siswa, guru, dan orang tua. Hal ini bertujuan agar evaluasi benar-benar mencerminkan dampak positif kepemimpinan mereka terhadap kualitas pembelajaran.

Untuk memungkinkan kepala sekolah fokus pada peran mereka sebagai pemimpin, diperlukan dukungan dari berbagai pihak. Pemerintah perlu mengurangi beban administratif dengan menyediakan staf khusus untuk tugas-tugas teknis.

Komunitas sekolah juga harus aktif memberikan dukungan moral dan materi, misalnya dengan berpartisipasi dalam program-program sekolah atau menyediakan sumbangan untuk pengembangan fasilitas.

Lebih penting lagi, sistem pendidikan perlu memberikan ruang bagi kepala sekolah untuk berinovasi tanpa takut dihukum jika mencoba hal baru. Ini termasuk reformasi dalam sistem penilaian, pemberian pelatihan kepemimpinan, dan pengakuan atas pencapaian kepala sekolah yang berhasil membawa perubahan signifikan.

Kepala sekolah dengan nyali adalah kunci untuk menciptakan sekolah yang tidak hanya menjalankan tugas rutinitas, tetapi juga menjadi tempat tumbuhnya inovasi dan inspirasi. Mereka adalah pemimpin sejati yang tidak takut menghadapi tantangan, membawa perubahan, dan menantang status quo.

Sudah saatnya memandang kepala sekolah sebagai pemimpin strategis, bukan sekadar administrator. Dengan memberikan ruang dan dukungan yang cukup, kita bantu mereka menjadi penggerak utama dalam mencetak generasi unggul. Visi misi menjadi peta, nyali menjadi kompas yang memandu mereka menghadapi badai tantangan dan memastikan setiap siswa tiba di pelabuhan yang diimpikan.

***

*) Oleh : Mohammad Hairul, Kepala SMPN 1 Curahdami, Bondowoso. Dewan Pakar Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Bondowoso.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES