Lahan Pertanian Abadi: Langkah Penting Menuju Swasembada Pangan yang Berkelanjutan

TIMESINDONESIA, MALANG – Swasembada pangan merupakan konsep strategis yang merujuk pada kemampuan suatu negara untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya tanpa ketergantungan dari impor. Dengan swasembada pangan, suatu negara diharapkan mampu menghasilkan kebutuhan pangan pokok secara mandiri, termasuk beras, jagung, kedelai, gula, hingga daging dan telur. Mengapa hal ini penting? Swasembada pangan tidak hanya berdampak pada ketahanan pangan, tetapi juga terkait erat dengan kemandirian ekonomi, ketahanan nasional, serta kesejahteraan petani lokal. Dalam jangka panjang, swasembada pangan bisa menjadi tameng untuk menghadapi fluktuasi harga pangan global yang tidak stabil dan melindungi masyarakat dari krisis pangan.
Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo, program swasembada pangan menjadi salah satu prioritas utama untuk lima tahun ke depan. Kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi pangan dalam negeri secara signifikan, terutama pada sektor-sektor yang selama ini sangat bergantung pada impor, seperti kedelai dan daging sapi. Prabowo menyatakan bahwa untuk mewujudkan swasembada pangan, perlu ada reformasi menyeluruh dalam sistem pertanian nasional, mulai dari penyediaan bibit unggul, perbaikan infrastruktur irigasi, hingga subsidi bagi petani. Di samping itu, kebijakan ini juga akan didukung oleh pengembangan teknologi pertanian yang modern dan berkelanjutan agar Indonesia bisa bersaing secara global dalam produksi pangan.
Advertisement
Namun, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam mencapai target swasembada pangan ini. Tantangan tersebut mencakup keterbatasan lahan pertanian, perubahan iklim, hingga distribusi pangan yang belum merata. Oleh karena itu, program ini harus dijalankan dengan penuh komitmen dan sinergi antara pemerintah, petani, dan sektor swasta. Dukungan kebijakan yang berpihak pada petani lokal dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan akan menjadi kunci keberhasilan swasembada pangan. Dengan program swasembada pangan yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo ini, Indonesia diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada impor pangan dan meningkatkan ketahanan pangan secara nasional, yang pada akhirnya akan menciptakan ketahanan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat luas.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Urgensi Swasembada Pangan di Indonesia
Indonesia saat ini sangat perlu melakukan swasembada pangan, dan ada beberapa alasan penting yang mendasarinya. Swasembada pangan bukan hanya soal memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri, tetapi juga langkah strategis untuk memastikan ketahanan nasional dalam jangka panjang. Salah satu alasan utama adalah ketergantungan yang masih tinggi terhadap impor pangan, terutama untuk komoditas seperti beras, gula, daging, dan kedelai. Ketergantungan ini membuat Indonesia rentan terhadap perubahan harga pangan global, yang sering kali tidak stabil. Ketika harga impor melonjak, dampaknya akan dirasakan langsung oleh masyarakat, terutama kelompok ekonomi lemah. Dengan swasembada pangan, Indonesia dapat mengurangi risiko inflasi yang dipicu oleh fluktuasi harga pangan impor dan memperkuat kedaulatan pangan.
Selain itu, swasembada pangan juga penting untuk mendukung kesejahteraan petani lokal. Saat ini, sebagian besar petani Indonesia menghadapi berbagai tantangan, mulai dari rendahnya harga jual hasil panen, sulitnya akses ke teknologi modern, hingga minimnya dukungan infrastruktur. Ketika negara masih bergantung pada pangan impor, produk petani lokal seringkali kalah bersaing dari segi harga dan kualitas. Swasembada pangan bisa menjadi solusi untuk menciptakan pasar yang lebih stabil bagi petani, memberikan kepastian bahwa hasil panen mereka akan terserap di dalam negeri dengan harga yang layak. Melalui swasembada, pemerintah bisa mendorong kebijakan yang berpihak pada petani, seperti subsidi benih, pupuk, dan perbaikan infrastruktur pertanian, sehingga petani bisa lebih produktif dan sejahtera.
Di sisi lain, perubahan iklim yang semakin tak terduga memperkuat urgensi swasembada pangan. Anomali cuaca, seperti kekeringan dan banjir, bisa mengganggu pasokan pangan global dan memicu kelangkaan di pasar internasional. Dengan mengandalkan pangan dalam negeri, Indonesia bisa mengurangi dampak perubahan iklim global terhadap ketahanan pangan dalam negeri. Selain itu, pengembangan sistem pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan melalui swasembada juga bisa membantu mitigasi perubahan iklim, misalnya dengan mengurangi emisi karbon dari transportasi pangan impor dan menjaga kelestarian sumber daya alam.
Swasembada pangan juga merupakan langkah strategis untuk memperkuat ketahanan nasional. Sejarah menunjukkan bahwa krisis pangan bisa berdampak pada stabilitas sosial dan politik suatu negara. Ketika harga pangan tinggi atau terjadi kelangkaan pangan, masyarakat yang paling terdampak adalah kelompok rentan, seperti masyarakat berpenghasilan rendah. Ini bisa memicu keresahan sosial yang mengancam stabilitas nasional. Dengan swasembada pangan, Indonesia bisa lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan pokok warganya, sehingga bisa menjaga kestabilan sosial dan ekonomi negara.
Namun, mencapai swasembada pangan bukan tanpa tantangan. Diperlukan investasi besar dalam infrastruktur pertanian, pengembangan teknologi pertanian yang efisien, dan kebijakan yang mendukung petani lokal secara berkelanjutan. Kerja sama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat sangat diperlukan untuk mewujudkan kemandirian pangan. Jika ini tercapai, Indonesia bukan hanya akan menjadi negara yang mandiri dalam kebutuhan pangan, tetapi juga bisa menjadi eksportir pangan yang tangguh di masa depan. Dengan begitu, swasembada pangan bukan hanya mimpi, tetapi sebuah kebutuhan nyata yang perlu segera diwujudkan demi masa depan yang lebih sejahtera.
Peningkatan dan Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan
Faktor penting dalam mewujudkan swasembada pangan yang sering kali terabaikan adalah peningkatan dan perlindungan lahan pertanian berkelanjutan. Meskipun faktor ini sangat krusial, ketersediaan dan keberlanjutan lahan pertanian sering kali kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan aspek seperti teknologi atau subsidi pupuk.
Di Indonesia, konversi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian, terutama untuk perumahan, industri, dan infrastruktur, terjadi dalam skala yang cukup mengkhawatirkan. Akibatnya, luas lahan produktif terus berkurang, sementara kebutuhan pangan justru meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Selain itu, kualitas tanah di lahan-lahan pertanian yang tersisa juga sering kali menurun karena praktik pertanian yang tidak berkelanjutan, seperti penggunaan pestisida berlebihan dan kurangnya rotasi tanaman.
Lahan pertanian yang stabil dan produktif merupakan fondasi bagi swasembada pangan, karena tanpa lahan yang cukup, kemampuan untuk memproduksi pangan dalam skala besar dan berkelanjutan akan sangat sulit dicapai. Oleh karena itu, strategi swasembada pangan perlu mencakup kebijakan perlindungan lahan pertanian, misalnya dengan mencegah alih fungsi lahan, meningkatkan kualitas tanah melalui program organik, dan mendorong teknik pertanian berkelanjutan. Pemerintah juga perlu mempertimbangkan kebijakan zonasi atau lahan abadi pertanian untuk menjaga luas lahan pertanian jangka panjang.
Selain itu, edukasi bagi petani tentang praktik pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan sangat diperlukan agar mereka dapat mengelola tanah dengan cara yang memperpanjang usia produktif lahan tersebut. Dengan menjaga dan meningkatkan ketersediaan lahan pertanian secara berkelanjutan, Indonesia akan memiliki landasan yang kuat untuk mewujudkan swasembada pangan dalam jangka panjang. ***
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
*) Penulis: Muhammad Nafis S.H., M.H, Dosen Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA).
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Sholihin Nur |