TIMESINDONESIA, MALANG – Pembangunan tidak dapat terlepas dari nilai-nilai dan organisasi. Nilai-nilai yang dimaksud mencakup nilai dasar, yaitu agama. Agama sebagaimana kita ketahui memiliki nilai-nilai universal di antaranya berkaitan dengan pembangunan sarana ibadah dan pendidikan. Organisasi Islam dalam lintasan sejarah Indonesia telah berperan sejak zaman penjajahan Belanda.
Misalnya organisasi yang didirikan dan digerakkan oleh Diponegoro (1825-1830). Ia dan para ahli ulama tampil ke muka memimpin masyarakat dalam memerangi penjajah. Mereka berhasil mengumpulkan dana dari zakat, infaq, dan sebagainya untuk membiayai pendidikan Islami. Namun kemudian, setelah mereka ditaklukkan penjajah maka sumber-sumber pendanaan pendidikan seperti zakat tersebut di atas dialihkan penjajah menjadi dana perbaikan kehidupan para penghulu.
Advertisement
Zakat sangat erat kaitannya dengan kehidupan sosial karena selalu berkaitan dengan fakir miskin dan sederet ashnaf lainnya. Dalam hal ini, Harun Nasution mengeluarkan gagasan dan pemikirannya. Ia mengatakan bahwa usaha mengingatkan pengamanan ibadah zakat yang diperlukan dalam rencana pembangunan nasional kita sekarang, perlulah rasanya diupayakan untuk mengubah mental masyarakat yang menomorduakan ibadah sosial seperti kewajiban membayar zakat.
Jadi, organisasi-organisasi pendidikan Islami zaman penjajah Belanda sudah berperan dalam pembangunan. Begitupun peran dan manfaat dan organisasi-organisasi pendidikan. Misalnya Jami'at Khair telah membangun sekolah-sekolah, NU dengan pelopornya KH. Hasyim Asy'ari telah membangun pesantren Tebuireng di Jawa Timur.253 Muhammadiyah juga telah mendirikan banyak rumah sakit.
Begitupun Persis telah berjuang mendirikan banyak pesantren dan sekolah. Secara kuantitatif, berdasarkan laporan statistik etnis tentang pembangunan pesantren yang dilakukan oleh organisasi-organisasi, pendidikan Islami jumlahnya mencapai 14.067 Pondok Pesantren Salafiah dan 878 (6,24%) termasuk tipe pesantren Ashiriyah. Di samping itu, ada pesantren yang merupakan kombinasi keduannya sejumlah 4.284 (30.45%) pesantren.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Data tersebut merupakan bukti peran organisasi-organisasi pendidikan Islami dan manfaatnya dalam pembangunan. Dapat disimpulkan bahwa organisasi-organisasi pendidikan Islami telah lahir sejak zaman penjajahan. Kelahirannya disebabkan oleh jiwa patriot untuk melawan penjajah.
Ada sejumlah organisasi Islam yang bergerak dalam pendidikan bahkan ia disebut sebagai pelopor organisasi pendidikan Islami di Indonesia misalnya: Jami'at Khair, Muhammadiyah, NU, Persis, Al-Washliyah, dan lain-lain. Kesemuanya sangat berperan dan bermanfaat bagi kemajuan bangsa.
Indonesia, dengan sejarah panjang perjuangannya, telah melahirkan berbagai organisasi Islam yang berkontribusi besar dalam kemajuan bangsa. Organisasi-organisasi ini tidak hanya berfokus pada aspek keagamaan, tetapi juga pendidikan, sosial, dan perjuangan kemerdekaan. Melalui dakwah, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat, mereka memperkuat persatuan bangsa dan mendorong perubahan sosial yang signifikan.
Berikut ini beberapa organisasi masyarakat islam yang ada di Indonesia:
a. Nahdlatul Ulama (NU): Nahdlatul Ulama (NU) didirikan pada 31 Januari 1926 oleh sekelompok ulama yang dipimpin oleh KH Hasyim Asy'ari. Sejak awal, NU berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, menjadi bagian yang tak terpisahkan dari usaha melawan penjajahan dan menyebarkan dakwah untuk menjaga persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Saat ini, NU menjadi organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, aktif di bidang pendidikan dengan mendirikan madrasah, pesantren, serta lembaga pendidikan tinggi.
b. Muhammadiyah: Muhammadiyah, yang kini merupakan salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, didirikan pada 18 November 1912 oleh KH Ahmad Dahlan. Perjuangan Muhammadiyah terlihat jelas melalui pendirian berbagai instansi seperti sekolah, rumah sakit, panti asuhan, dan lembaga sosial lainnya. Dengan struktur organisasi yang modern, Muhammadiyah berkembang menjadi gerakan Islam yang terorganisir dan terstruktur dengan baik. Sampai sekarang, Muhammadiyah tetap menjadi salah satu organisasi Islam terbesar dan paling berpengaruh di Indonesia.
c. Sarekat Islam (SI): Sarekat Islam (SI) didirikan pada tahun 1905 oleh Haji Samanhudi di Surakarta. Organisasi ini awalnya bernama Sarekat Dagang Islam, dengan tujuan untuk melindungi kepentingan pedagang Muslim dari persaingan dengan pedagang asing. Namun, di bawah kepemimpinan H.O.S. Tjokroaminoto, SI berkembang menjadi organisasi massa yang memperjuangkan hak-hak rakyat dan melawan penindasan kolonial. Pada tahun 1912, Tjokroaminoto mengganti nama Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam. Di bawah kepemimpinannya, SI memainkan peran penting dalam membangkitkan semangat nasionalisme di Indonesia.
d. Persatuan Islam (Persis): Organisasi ini didirikan pada 12 September 1923 di Bandung oleh sekelompok umat Islam yang tertarik pada pendidikan dan aktivitas keagamaan, yang dipimpin oleh Haji Zamzam dan Haji Muhammad Yunus. Tujuan ormas ini adalah untuk menyampaikan pemahaman Islam yang sesuai dengan ajaran asli yang dibawa oleh Rasulullah SAW, serta memberikan perspektif yang berbeda dari pemahaman Islam tradisional yang dianggap sudah tidak lagi original.
e. AL Irsyad AL- Islamiyah: Organisasi Al-Irsyad didirikan di Jakarta pada 6 September 1914 oleh Syekh Ahmad Surkati, seorang ulama besar asal Sudan. Al-Irsyad mendirikan berbagai sekolah dan lembaga pendidikan yang mengajarkan baik ilmu pengetahuan umum maupun agama. Selain itu, organisasi ini turut berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia melalui bidang pendidikan dan dakwah. ***
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
*) Penulis: Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA)
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |