Kopi TIMES

Menyikapi Perang AI: Bagaimana Teknologi Membentuk Cara Kita Belajar dan Bekerja

Selasa, 21 Januari 2025 - 17:00 | 29.06k
Muhammad Nafis S.H., M.H, Dosen Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA).
Muhammad Nafis S.H., M.H, Dosen Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA).
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Beberapa dekade terakhir, teknologi kecerdasan buatan (AI) telah berkembang pesat dan memainkan peran yang semakin signifikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Namun, kemajuan ini tidak terlepas dari kontroversi dan perdebatan yang intensif.

Perang AI, yang sering kali dipahami sebagai persaingan global dalam pengembangan teknologi AI, telah menciptakan tantangan baru sekaligus peluang bagi masyarakat global. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana perang AI memengaruhi berbagai sektor, serta konsekuensi dan solusi yang dapat diambil untuk menghadapinya.

Advertisement

Salah satu dimensi utama dari perang AI adalah persaingan antarnegara dalam menguasai teknologi ini. Negara-negara seperti Amerika Serikat, China, dan Uni Eropa berada di garis depan dalam penelitian dan pengembangan AI. Mereka berinvestasi besar-besaran dalam infrastruktur, pendidikan, dan penelitian untuk memastikan dominasi mereka di bidang ini.

Amerika Serikat, misalnya, memiliki perusahaan teknologi raksasa seperti Google, Microsoft, dan OpenAI yang memimpin inovasi AI. Sementara itu, China, dengan dukungan kuat dari pemerintahnya, telah mengembangkan teknologi pengenalan wajah dan sistem kredit sosial yang kontroversial. Uni Eropa, meskipun tertinggal dalam aspek komersial, berfokus pada regulasi dan etika AI. Persaingan ini menciptakan tekanan global yang intens untuk tetap relevan dalam teknologi AI.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Perang AI tidak hanya berdampak pada persaingan antarnegara, tetapi juga membawa konsekuensi sosial dan ekonomi yang signifikan. Di satu sisi, AI menawarkan peluang besar untuk meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan menciptakan solusi inovatif di berbagai sektor seperti kesehatan, transportasi, dan pendidikan. Misalnya, algoritma AI telah digunakan untuk mendeteksi penyakit secara dini, mengoptimalkan rute logistik, dan menyediakan materi pembelajaran yang dipersonalisasi.

Namun, di sisi lain, AI juga menimbulkan tantangan besar. Otomatisasi pekerjaan telah menggantikan banyak pekerjaan manusia, khususnya di sektor manufaktur dan layanan. Hal ini memicu kekhawatiran tentang pengangguran massal dan ketimpangan sosial yang semakin melebar. Selain itu, penyalahgunaan AI untuk tujuan yang tidak etis, seperti berita palsu dan serangan siber, semakin meningkatkan ketidakstabilan sosial.

Salah satu dampak paling mencolok dari perang AI adalah bagaimana teknologi ini mengubah cara manusia belajar. Dalam dunia pendidikan, AI telah membuka peluang besar untuk pembelajaran yang lebih efektif dan personal.

Misalnya, sistem pembelajaran berbasis AI memungkinkan setiap individu mendapatkan materi yang disesuaikan dengan gaya belajar, kecepatan, dan kebutuhan mereka. Platform seperti Duolingo adalah contoh nyata bagaimana AI menyesuaikan tingkat kesulitan pelajaran berdasarkan kemajuan pengguna. Selain itu, ada aplikasi lain seperti Khan Academy, yang menggunakan AI untuk memberikan umpan balik real-time kepada siswa, serta simulasi berbasis AI dalam pelatihan keterampilan teknis seperti coding atau kedokteran.

Namun, perubahan ini membawa tantangan signifikan. Ketergantungan pada teknologi dalam pembelajaran dapat menurunkan kualitas interaksi manusia dengan guru dan teman sebaya, yang penting untuk pengembangan keterampilan sosial dan pemikiran kritis. Pembelajaran berbasis AI, jika tidak dirancang dengan baik, dapat membuat proses belajar menjadi mekanis dan kehilangan elemen empati serta kreativitas.

Selain itu, adanya kesenjangan akses teknologi di berbagai wilayah membuat manfaat AI dalam pembelajaran belum dirasakan secara merata. Di negara berkembang, misalnya, keterbatasan infrastruktur digital dan biaya perangkat keras dapat menjadi hambatan besar. Solusi untuk tantangan ini mencakup inisiatif global untuk menyediakan perangkat murah, pelatihan digital, dan konektivitas internet di daerah yang kurang berkembang.

Dalam menghadapi perang AI, kolaborasi global adalah kunci untuk menciptakan masa depan yang berkelanjutan. Negara-negara harus bekerja sama untuk mengembangkan standar internasional yang dapat memastikan penggunaan AI yang bertanggung jawab dan adil. Hal ini termasuk investasi dalam pendidikan dan pelatihan ulang tenaga kerja untuk menghadapi perubahan akibat otomatisasi.

Selain itu, perusahaan teknologi harus mengambil peran aktif dalam memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam pengembangan produk AI mereka. Ini termasuk melakukan audit independen untuk mengidentifikasi dan mengatasi bias dalam algoritma, serta memastikan bahwa teknologi yang mereka kembangkan mematuhi prinsip-prinsip etika.

Perang AI adalah fenomena kompleks yang mencerminkan ambisi dan tantangan global dalam menguasai teknologi masa depan. Meskipun menawarkan peluang besar untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, AI juga membawa risiko yang signifikan jika tidak dikelola dengan baik.

Salah satu sektor yang paling terpengaruh adalah cara manusia belajar, di mana AI memberikan peluang untuk personalisasi dan efisiensi, tetapi juga membutuhkan perhatian untuk memastikan dampak positifnya bersifat inklusif. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengadopsi pendekatan yang seimbang dan kolaboratif dalam menghadapi perang AI. Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa teknologi ini digunakan untuk kebaikan bersama, bukan sebagai alat untuk memperdalam ketidaksetaraan atau konflik. ***

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*) Penulis: Muhammad Nafis S.H., M.H, Dosen Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES