Peran Pemuda dalam Mewujudkan Cita-Cita Ketahanan Pangan

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Politik internasional yang terus berubah setiap saat dengan berbagai kepentingan negara masing-masing menuntut Indonesia untuk memiliki ketahanan di berbagai sektor.
Langkah Presiden Indonesia untuk memfokuskan perhatian pada sektor energi dan pangan patut diapresiasi, mengingat Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah. Oleh karena itu, kita perlu mengelola sumber daya tersebut dengan bijak dan maksimal.
Advertisement
Program ketahanan pangan yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto pada saat pelantikannya adalah langkah yang sangat strategis. Hal ini karena, jika kita dapat menguasai sektor pangan, kita akan memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan manusia di seluruh dunia.
Program ini juga merupakan bentuk kepercayaan terhadap masyarakat Indonesia, yang menunjukkan bahwa kita mampu mewujudkan ketahanan pangan, dengan pemuda sebagai pilar utama dalam mencapai tujuan tersebut.
Mengapa Pemuda?
Seperti yang pernah dikatakan oleh Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno, "Berikan saya 10 pemuda, maka akan kuguncangkan dunia." Sejarah mencatat bahwa pada masa perjuangan kemerdekaan, para pemuda memiliki peran penting dalam menggerakkan bangsa menuju kemerdekaan.
Meskipun banyak pihak meragukan kemungkinan tercapainya kemerdekaan, semangat dan gagasan segar dari pemuda mampu menghapus keraguan dan membuktikan bahwa cita-cita kemerdekaan bisa terwujud.
Cita-cita ketahanan pangan bukanlah sebuah utopia, melainkan sesuatu yang bisa tercapai jika kita menanamkan mentalitas perjuangan yang sama seperti yang ditunjukkan oleh pemuda pada masa kemerdekaan. Dengan semangat, kreativitas, dan fisik yang bugar, saya percaya ketahanan pangan bisa terwujud lebih cepat dari yang kita bayangkan.
Tantangan yang Dihadapi Pemuda Saat Ini
Saat ini, sebagian besar pemuda lebih tertarik pada gaya hidup modern dan kurang memperhatikan sektor pertanian. Banyak di antara mereka yang memandang pertanian sebagai sektor yang tidak menarik dan harus dihindari. Jika kebiasaan ini terus dibiarkan, maka Indonesia akan menghadapi permasalahan besar di masa depan, terutama dalam menjaga ketahanan pangan.
Selain itu, kecanggihan teknologi yang dimiliki oleh generasi muda dapat dimanfaatkan untuk mempercepat proses pertanian. Pemuda kini bisa menggunakan teknologi seperti drone untuk pemupukan atau aplikasi android untuk mengontrol penyiraman tanaman. Penggunaan teknologi ini dapat membuat proses bertani menjadi lebih efisien dan hasilnya lebih maksimal.
Dua Faktor Penting dalam Melibatkan Pemuda
Ada dua faktor utama yang perlu diperhatikan untuk melibatkan pemuda dalam ketahanan pangan: Pertama, Edukasi dan Pembentukan Karakter. Edukasi bukan hanya soal pengajaran teknis di lapangan, tetapi juga mengenai penanaman moral dan semangat perjuangan yang harus dimiliki oleh pemuda.
Pemuda hari ini perlu dibekali dengan mental yang kuat dan semangat juang, agar tidak menjadi generasi yang mudah menyerah. Pembelajaran teknis pertanian harus disertai dengan praktik yang memadai, sehingga mereka dapat dengan cepat memahami dan mengaplikasikan ilmu pertanian.
Tanpa mental yang tangguh, usaha pertanian akan menemui banyak kendala. Namun, jika semangat dan kegigihan pemuda hari ini sama seperti pemuda di masa lalu, saya yakin ketahanan pangan akan terwujud lebih cepat dan melebihi ekspektasi.
Kedua, Permasalahan Modal. Modal menjadi kendala utama bagi pemuda yang ingin terjun ke dunia pertanian. Meskipun program ketahanan pangan sudah diluncurkan, akses terhadap modal bagi petani muda masih terbatas.
Untuk mengatasi masalah ini, kita perlu belajar dari sejarah perjuangan bangsa, di mana koperasi menjadi salah satu solusi dalam mengatasi masalah modal.
Koperasi pertanian di tingkat kota maupun kabupaten dapat menjadi wadah yang efektif untuk membantu para pemuda yang ingin bertani. Saat ini, koperasi yang berfokus pada sektor pertanian masih belum merata, dan ini harus menjadi perhatian serius.
Mewujudkan Ketahanan Pangan
Dua faktor tersebut-edukasi yang mengedepankan pembentukan karakter dan akses modal yang lebih baik-merupakan kunci dalam melibatkan pemuda dalam sektor pertanian.
Jika program ketahanan pangan terhalang oleh regulasi yang ada, kita harus menemukan jalan alternatif, seperti yang dilakukan oleh pemuda pada masa perjuangan kemerdekaan.
Cita-cita ketahanan pangan adalah tujuan yang harus kita raih bersama. Siapa pun yang menghalangi usaha kita untuk mencapainya, berarti tidak mencintai negara ini.
Seperti yang pernah dikatakan, “Jika Anda mengontrol minyak, Anda mengontrol negara, tetapi jika Anda mengontrol pangan, Anda mengontrol manusia.” Ketahanan pangan adalah kunci bagi kedaulatan dan kemakmuran bangsa.
***
*) Oleh : M. Nadhim Ardiansyah, Sp., Pengamat Pertanian Indonesia dan Badan Pengawas Organisasi IBEMPI.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Rizal Dani |