
TIMESINDONESIA, MALANG – Pembaharuan pendidikan Islami yang terjadi di belahan dunia memiliki banyak pola. Pola-pola tersebut dilakukan oleh kelompok-kelompok orang atau individual melalui gerakan atau pemikirannya. Ada beberapa kelompok dalam pembaharauan ini, yakni: (a) Golongan yang berorientasi pola pendidikan modern Barat; (b) Gerakan pembaharuan pendidikan Islami yang berorientasi kepada sumber Islam yang murni; dan (c) Pembaharuan pendidikan yang berorientasi pada nasionalisme.
a. Golongan yang berorientasi pada pola pendidikan Barat
Pada dasarnya mereka berpandangan bahwa sumber kekuatan dan kesejahteraan hidup yang dialami oleh Barat adalah sebagai hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang mereka capai. Mereka juga berpendapat bahwa yang dicapai oleh bangsa Barat sekarang, tidak lain merupakan pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang pernah berkembang di dunia Islam. Atas dasar pemikiran demikian, maka untuk mengembalikan kekuatan dan kejayaan umat Islam, sumber kekuatan dan kesejahteraan tersebut harus dikuasai kembali. Penguasaan tersebut harus dicapai melalui proses pendidikan.
Advertisement
Untuk itu, harus memiliki pola pendidikan yang dikembangkan di dunia Barat, sebagaimana dunia Barat dulu meniru yang dikembangkan di dunia islam. Pembaharuan dilakukan dengan mendirikan sekolah-sekolah dengan pola sekolah Barat. Di samping itu, pengiriman pelajar-pelajar ke dunia Barat terutama ke Prancis untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi modern tersebut banyak dilakukan oleh penguasa-penguasa di negeri Islam. Pembaharuan dengan pola Barat ini mulanya timbul di Turki pada akhir abad ke-11 H/abad 17 M, setelah mengalami kalah perang dengan negara Eropa Timur pada masa itu, yang merupakan benih bagi usaha sekularisasi Turki yang berkembang kemudian dan membentuk Turki modern. Salah satu pelopor pembaharuan di Turki adalah Sultan Mahmud II yang memerintah di Turki Utsmani pada tahun 1807 sampai 1839 M. Ia mengirimkan siswa-siswa ke Eropa untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan teknologi langsung dari sumber pengembangan. Setelah mereka pulang ke tanah air, mereka banyak berpengaruh terhadap usaha-usaha pembaharuan pendidikan. Mereka juga memengaruhi berkembangnya paham sekularisme di Turki.
Sementara di Mesir, pembaharu yang berorientasi Barat adalah Muhammad Ali Pasha, yang berkuasa pada tahun 1805-1848. Dalam rangka memperkuat kedudukannya dan sekaligus melaksanakan pembaharuan di Mesir, ia mengadakan pembaharuan dengan jalan mendirikan berbagai macam sekolah, yang meniru sistem pendidikan pengajaran Barat. Bahkan ia mendatangkan guru-guru dari Barat, terutama dari Prancis.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
b. Gerakan pembaharuan pendidikan Islami yang berorientasi kepada sumber Islam
Pola ini berpandangan bahwa sesungguhnya Islam sendiri merupakan sumber bagi kemajuan dan perkembangan peradaban, serta ilmu pengetahuan modern. Islam sendiri sudah penuh dengan ajaran-ajaran yang pada hakikatnya mengandung potensi untuk membawa kemajuan dan kesejahteraan, serta kekuatan bagi umat manusia. Dalam hal ini Islam telah membuktikannya pada masa kejayaannya. Menurut analisa mereka, di antara sebab-sebab kelemahan umat Islam adalah karena mereka tidak lagi melaksanakan ajaran Islam sebagaimana mestinya. Ajaran-ajaran Islam yang menjadi sumber kemajuan dan kekuatan ditinggalkan, dan menerima ajaran Islam yang sudah tidak murni lagi. Hal itu terjadi setelah mandegnya perkembangan filsafat Islam, ditinggalkannya pola pemikiran rasional, dan kehidupan umat Islam telah diwarnai oleh pola hidup yang bersifat positif. Di samping itu, dengan mandegnya perkembangan fiqih yang ditandai dengan penutupan pintu ijtihad, umat Islam talah kekurangan daya mampunya untuk mengatasi problematika hidup yang menantangnya pembaharuan ini dirintis oleh Mohammad bin Abd Wthab, Jamaluddin al-Afghani, dan Muhamad Abduh akhir abad 19 M.
Menurut Jamaluddin al-Afghani, pemurnian ajaran Islam dengan kembali kepada al-Quran dan al-Hadits dalam arti yang sebenamya tidaklah mungkin. Ia berkeyakinan bahwa Islam sesuai dengan semua zaman dan bangsa dan semua keadaan.
c. Pembaharuan pendidikan yang berorientasi pada nasionalisme
Rasa nasionalisme timbul bersamaan dengan berkembangnya pola kehidupan modern, dan mulai dari Barat. Bangsa-bangsa Barat mengalami kemajuan rasa nasionalisme yang kemudian menimbulkan kekuatan-kekuatan politik yang berdiri sendiri. Keadaan tersebut mendorong bangsa-bangsa Timur dan bangsa terjajah lainnya untuk mengembangkan nasionalisme masing-masing. 170
Kaum muslimin menghadapi kenyataan bahwa mereka terdiri dari berbagai bangsa yang berbeda latar belakang dan sejarah perkembangan kebudayaan. Mereka pun hidup bersama dengan orang-orang yang beragama lain tapi sebangsa. Inilah yang mendorong berkembangnya rasa nasionalisme di dunia Islam. Di samping itu, adanya keyakinan di kalangan pemikir-pemikir pembaharuan Islam bahwa hakikatnya ajaran Islam dapat diterapkan sesuai dengan segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, ide pembaharuan yang berorientasi pada nasionalisme, inipun sesuai dengan ajaran Islam. ***
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
*) Penulis: Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |