Deep Learning sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Pendidikan

TIMESINDONESIA, ACEH – Pendidikan adalah suatu hal yang disepakati menjadi hal yang pokok dalam suatu bangsa manapun. Kualitas pendidikan dalam suatu bangsa menjadi salah satu penentu kemajuan bangsa tersebut. Dengan kata lain, kemajuan suatu bangsa atau negara dapat dilihat dari bagaimana kualitas pendidikan di bangsa dan negara tersebut.
Buruknya kualitas pendidikan yang ada akan membuat bangsa atau negara tersebut mengalami ketertinggalan. Seperti yang kita lihat kualitas pendidikan Indonesia dibandingkan dengan negara lain saat ini sangat mengkhawatirkan dilihat dari kasus pendidikan pada beragam tingkatan pendidikan (Kurniawati, 2022; Wahyudi dkk, 2022).
Advertisement
Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) tentu bergerak cepat guna mengatasi masalah pendidikan di Indonesia. Sebagai terobosan dan upaya untuk mengatasi kualitas dan mutu pendidikan Indonesia, Kemdikdasmen menghadirkan penerapan Deep Learning sebagai konsep dalam pendidikan Indonesia.
Deep learning diharapkan dapat mendorong pemahaman mendalam bagi siswa, integrasi pengetahuan, dan aplikasi dalam situasi nyata, menanamkan pola pikir pembelajaran sepanjang hayat.
“Deep Learning bukan hanya soal penguasaan materi, tetapi juga tentang menemukan makna dalam pembelajaran itu sendiri. Proses ini membuat seseorang merasa gembira ketika belajar dan meraih pencerahan. Deep Learning mendorong bagaimana belajar bisa memuliakan manusia dengan segala perbedaan kemampuan dan keahliannya," ungkap Mendikdasmen Abdul Mu’ti.
Tiga Prinsip Utama Deep Learning
Dalam konteks pendidikan, Deep Learning menekankan pemahaman konsep secara mendalam, penguasaan kompetensi, serta keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran.
Pendekatan Deep Learning dalam pendidikan yang diusulkan oleh Mendikdasmen terdiri dari tiga prinsop utama, yaitu Meaningful Learning, Mindful Learning, dan Joyful Learning.
Masing-masing elemen ini memiliki peran penting dalam membangun pengalaman belajar yang lebih mendalam dan bermakna bagi siswa.
Pertama, prinsip meaningful learning. Meaningful Learning menekankan bahwa proses belajar harus memiliki makna dan keterkaitan dengan kehidupan nyata siswa. Dalam pendekatan ini, siswa tidak hanya menghafal informasi, tetapi juga memahami konsep yang dipelajari dan dapat menghubungkannya dengan situasi sehari-hari.
Meaningful learning merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan pemikiran kritis dan pengembangan melalui aktivitas interaktif, dengan tujuan membangun makna melalui pengenalan pola dan konsep.
Ciri-ciri meaningful learning diantaranya ialah materi yang diajarkan memiliki relevansi dengan pengalaman dan lingkungan siswa, siswa mampu mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki.
Pembelajaran berbasis proyek dan studi kasus sering digunakan untuk memperdalam pemahaman konsep, mendorong siswa untuk berpikir kritis dan menerapkan pengetahuan dalam kehidupan nyata.
Sebagai contoh ialah saat belajar tentang ekosistem, siswa tidak hanya menghafal jenis-jenis rantai makanan, tetapi juga menganalisis dampak deforestasi terhadap keseimbangan ekosistem dan mencari solusi untuk menjaga lingkungan.
Penelitian Mystakidis (2021) menyoroti peran meaningful learning untuk pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi, seperti berpikir kritis dan pemecahan masalah, yang krusial dalam konteks pendidikan dasar dan menengah, khususnya dalam menghadapi tuntutan materi pembelajaran abad ke-21.
Kedua, Prinsip mindful learning. Mindful learning menekankan kesadaran penuh dalam proses belajar. Siswa didorong untuk secara aktif terlibat dalam pembelajaran, berpikir reflektif, serta memiliki niat dan motivasi internal untuk mengembangkan pemahaman serta keterampilan mereka.
Prinsip ini tentu juga membangun keterlibatan emosional, intelektual, dan sosial yang mendalam dalam pembelajaran. Konsep ini menempatkan siswa sebagai peserta aktif yang memaknai informasi secara kritis dan reflektif, bukan hanya menerimanya.
Ciri-ciri mindful learning diantaranya ialah siswa menjadi agen aktif dalam proses belajar sehingga bukan sekadar penerima informasi pasif; mendorong siswa untuk berpikir kritis, bertanya, dan mencari jawaban sendiri; menggunakan pendekatan reflektif agar siswa lebih memahami cara mereka belajar dan bagaimana menerapkan strategi yang efektif; menumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga siswa tidak hanya belajar untuk ujian, tetapi juga untuk pengembangan diri.
Sebagai contoh dalam pembelajaran sejarah, siswa tidak hanya membaca buku teks, tetapi juga melakukan riset, berdiskusi, dan membuat presentasi tentang peristiwa sejarah dari berbagai sudut pandang.
Ketiga yakni prinsip joyful learning. Joyful Learning menekankan bahwa pembelajaran harus menjadi pengalaman yang menyenangkan dan menggugah minat siswa. Dengan suasana belajar yang positif, siswa lebih termotivasi untuk terus mengeksplorasi pengetahuan dan meningkatkan pemahaman mereka.
Ciri-ciri joyful learning diantaranya adalah pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning), permainan (gamifikasi), dan pendekatan kreatif. Suasana kelas yang interaktif dan kolaboratif; siswa merasa nyaman untuk bereksplorasi, mengajukan pertanyaan, dan mencoba hal baru tanpa takut salah; guru berperan sebagai fasilitator yang mendukung dan membimbing siswa sesuai dengan minat dan bakat mereka.
Sebagai contoh dalam pelajaran matematika, guru menggunakan permainan dan simulasi interaktif untuk membantu siswa memahami konsep aljabar dengan cara yang menyenangkan.
Menteri Mu’ti mengungkapkan bahwa Deep Learning akan berjalan sukses jika materi yang diajarkan tidak terlalu banyak. Menurutnya, materi yang didapat oleh peserta didik harus sesuai dengan ukuran kemampuan, menekankan pentingnya nilai pembelajaran, dan dapat transformasikan ke dalam banyak konteks.
“Nilai harus melekat pada semua mata pembelajaran, dan nilai menjadi makna utama dari proses pembelajaran. Oleh karena itu, selain aspek pengetahuan dan kemampuan, deep learning juga harus mengedepankan pentingnya nilai,” jelas Menteri Mu’ti.
Kita tentu berharap semoga deep learning bukan hanya sekadar konsep saja namun dapat diimplementasikan dengan maksimal dan meningkatkan kualitas pendidikan.
***
*) Oleh : Ikrima Maulida, Akademisi Universitas Samudra.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
_______
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Sholihin Nur |