Kopi TIMES

Puasa dalam Perspektif Budaya Jawa

Jumat, 21 Maret 2025 - 18:31 | 46.34k
Dr. Misbah Priagung Nursalim, M.Pd., Dosen Sastra Universitas Pamulang
Dr. Misbah Priagung Nursalim, M.Pd., Dosen Sastra Universitas Pamulang
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, TANGERANG – Puasa Ramadan menjadi kewajiban umat muslim. Puasa Ramadan bukan satu-satunya puasa yang diperintahkan. Masih ada beberapa puasa sunah yang dijalankan oleh umat Muslim.

Puasa Ramadan sudah mendekati akhir bulan. Sebentar lagi umat muslim merayakan Idul Fitri. Hari besar yang menjadi tradisi tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Selain mudik juga merupakan momen silaturrahmi dengan sanak saudara. Sudahkah kita siap menyambut Idul Fitri?

Advertisement

Puasa Ramadan sejatinya untuk membersihkan jiwa dari penyakit hati. Melalui puasa, umat Islam diharuskan mengendalikan hawa nafsu. Ada 4 nafsu yang menyelimuti manusia. Nafsu tersebut yaitu nafsu amarah, nafsu aluamah, nafsu sufiyah, dan nafsu muthmainah. 

Nafsu amarah berhubungan dengan emosional. Orang yang berpuasa harus bisa mengendalikan emosi agar bisa dikontrol. Nafsu amarah dilambangkan dengan angin. Angin kecil yang bertiup sepoi-sepoi memberikan rasa nyaman, namun angin kencang akan menghasilkan badai yang mampu memporak-porandakan apa saja. 

Nafsu amarah dapat dikontrol dengan sabar agar tidak melahirkan amarah meledak-ledak yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. Untuk itu, orang yang sedang puasa harus mengendalikan emosinya.

Nafsu aluamah merupakan nafsu yang berhubungan dengan biologis, seperti makan, minum, dan kebutuhan seksual. Nafsu ini dilambangkan dengan air. Orang yang berpuasa harus bisa mengendalikan nafsu ini dengan menahan tidak makan, minum, dan menyalurkan hasrat seksual dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. 

Meskipun demikian, bukan berarti setelah matahari terbenam orang yang berpuasa bisa menyalurkan nafsu aluamah sepuasnya. Ia harus tetap menjaga diri dari serakah. Berbukalah dengan sederhana agar tidak diperbudak nafsu aluamah. 

Mengendalikan nafsu aluamah juga harus dilakukan dari sejak terbenamnya matahari hingga terbitnya fajar. Setidaknya selama Ramadan harus bisa mengontrol agar tidak lepas kontrol.

Nafsu sufiyah berhubungan dengan kesenangan. Ia menyukai hal yang membuatnya senang. Sifat ini seringkali melahirkan ketidaksukaan dengan hal-hal yang membuatnya sedih. 

Sebagai pemimpin, manusia harus bisa mengendalikan sifat ini agar tidak menjadi pemimpin yang seperti es krim. Pemimpin es krim akan banyak didekati oleh para penjilat dan bawahan yang memiliki karakter asal bapak senang (ABS). Hal itu membuat pemimpin tipe es krim tidak bisa menjalankan roda organisasi dengan baik. 

Hidup ini harus seimbang; ada baik pasti ada buruk. Manusia harus bisa menerima sisi baik dan juga sisi buruk. Sisi baik harus ditingkatkan dan sisi buruk harus diperbaiki. Puasa mengajarkan manusia untuk berbuat seimbang agar tidak dikendalikan oleh nafsu sufiyah.

Nafsu muthmainah berhubungan dengan ketenangan. Ia memburu segala sesuatu yang akan membuatnya tenang. Misalnya harta dan tahta. Orang yang dikuasai nafsu ini akan melakukan segala cara demi nafsu kekuasaan dan kekayaan. Puasa mengajarkan umat muslim untuk ikhlas menerima dan bersyukur agar dapat mengendalikan nafsu muthmainah.

Keempat nafsu tersebut dikendalikan untuk membersihkan jiwa dari ketamakan. Jiwa yang bersih diciptakan untuk menerima ampunan pada malam Lailatul Qadar. Malam Lailatul Qadar diturunkan Allah Swt kepada hambanya yang terpilih. Hamba yang terpilih tersebut adalah hamba yang memiliki hati bersih dari kungkungan 4 nafsu di atas.

Puasa ditutup dengan Zakat fitrah dan Idul Fitri. Zakat fitrah berfungsi untuk menyucikan jiwa manusia. Hati dibersihkan melalui puasa dan disucikan melalui zakat fitrah. 

Idul fitri sebagai hari kemenangan bagi umat muslim yang mampu membersihkan diri dari kungkungan 4 nafsu. Umat muslim yang dapat mengendalikan 4 nafsu berhak merayakan hari kemenangan yang berarti menang melawan hawa nafsu.

Banyak muslim yang merayakan hari kemenangan namun tidak bisa menang melawan nafsunya. Itu artinya kemenangan semu. Menang melawan rasa haus dan lapar, bukan menang mengekang 4 nafsu. Jika semua muslim dapat mengekang 4 nafsu tentunya akan melahirkan keharmonisan antar umat.

Permasalahan yang terjadi adalah banyak muslim di Indonesia yang menjadikan puasa hanya sebagai euforia. Euforia tahunan yang harus dijalani. Esensi puasa yang harusnya sebagai alat untuk membersihkan hati dari 4 nafsu tidak dimunculkan. Banyak orang yang dikendalikan oleh hawa nafsu. 

Kesederhanaan tidak muncul pada diri muslim yang berpuasa. Berbuka harus mewah. Sahur juga harus mewah. Hal itu yang menyebabkan harga kebutuhan pokok menjelang puasa, selama Ramadan, dan menjelang lebaran meroket.

Naiknya harga kebutuhan pokok terjadi karena permintaan pasar yang tinggi. Seharusnya, melalui kesederhanaan yang diajarkan melalui esensi puasa dapat menyetablkan bahkan menurunkan harga kebutuhan pokok.

Momen buka puasa bersama banyak terjadi di beberapa tempat seperti rumah makan, lembaga pemerintahan, perkantoran, rumah tinggal, dan masjid. Sangat sedikit sekali yang mengadakan buka puasa dengan kesederhanaan seperti yang dicontohkan Rasulullah Saw.

Puasa Ramadan masih tersisa beberapa hari. Masih ada kesempatan untuk memperbaiki diri. Mari jadikan puasa sebagai alat untuk menyucikan diri seperti perintah Allah SWT bukan sebagai euforia dalam bentuk ibadah.

***

*) Oleh : Dr. Misbah Priagung Nursalim, M.Pd., Dosen Sastra Universitas Pamulang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES