Kopi TIMES

Idulfitri: Langit Membentang Luas Seperti Sajadah

Senin, 31 Maret 2025 - 13:03 | 24.15k
Mohamad Sinal, Corporate Legal Consultant, ahli bahasa hukum, founder Pena Hukum Nusantara (PHN), dan dosen Polinema.
Mohamad Sinal, Corporate Legal Consultant, ahli bahasa hukum, founder Pena Hukum Nusantara (PHN), dan dosen Polinema.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Idulfitri bukan hanya baju baru, tetapi hati yang kembali bersih. Langit membentang luas seperti sajadah, tempat kita bersujud dalam rindu. Dosa-dosa berjatuhan seperti daun kering, dan angin maaf berhembus menyejukkan kalbu.

Idulfitri bukan sekadar takbir berkumandang, tetapi suara nurani yang menyeru pulang. Memeluk maaf dan meluruhkan dendam, seperti ombak yang mencium pasir di tengah malam.

Advertisement

Oleh sebab itu, di hari kemenangan ini, basuhlah hati dengan kasih dan biarkan cahaya-Nya memancar kembali di sepanjang hidup ini.

Seperti pagi yang perlahan merekah di ufuk timur, Idulfitri hadir membawa cahaya kemenangan. Ia menyapu kelam malam Ramadan dengan sinarnya yang lembut. Serupa rona keemasan yang menari di atas selat Bosporus ketika mentari menyentuh riak airnya.

Hari yang dinanti kini telah tiba, membingkai hati yang bersih, jiwa yang lapang, dan cinta yang kembali menyala dalam kehangatan maaf. Ia adalah simfoni keindahan yang dimainkan oleh rasa syukur, keikhlasan, dan kebersamaan. Laksana kapal-kapal kecil yang melintasi Bosporus, membawa harapan dari satu dermaga ke dermaga lainnya.

Idulfitri membawa hati yang sempat tertambat dalam luka menuju pelabuhan kelegaan. Inilah saat di mana dendam melebur. Kesalahan dimaafkan dan kasih sayang mengalir seperti arus sungai yang menemukan samudranya.

Di hari kemenangan ini, udara seakan dipenuhi wangi damai, seperti semilir angin yang membelai perairan Istanbul. Senyum merekah di wajah-wajah yang lama tak bersua. Tangan-tangan saling menggenggam dalam kehangatan silaturahmi.

Ada yang pulang dari perantauan, ada yang kembali dari perjalanan panjang mencari makna. Ada pula yang menundukkan kepala. Mereka menyadari bahwa Idulfitri bukan hanya tentang kembali ke rumah, melainkan kembali ke hati yang fitrah.

Seperti jembatan Galata yang menghubungkan dua daratan. Idulfitri menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan. Dosa-dosa yang berguguran selama Ramadan menjadi kenangan yang mengajarkan kebijaksanaan.

Puasa yang telah dijalani menjadi pengingat bahwa manusia bukan sekadar raga, tetapi juga ruh yang harus disucikan. Kini, dengan hati yang bersih, kita melangkah ke hari yang baru. Dengan jiwa yang lebih lapang, kita pupuk cinta kasih yang lebih mendalam.

Keindahan Idulfitri begitu menawan, seperti panorama Labuan Bajo yang menampilkan gugusan pulau eksotis dengan air laut sejernih kristal. Seperti pantai Slopeng, yang garis pantainya membentang luas dengan pasir putih lembut. Semua menghadirkan ketenangan bagi setiap insan yang datang.

Begitu pula Idulfitri, ia membawa kesejukan dan ketenteraman bagi jiwa yang haus akan kedamaian. Menghadirkan perayaan kemenangan yang sejati. Ia bukan sekadar pesta, bukan pula pakaian baru yang membalut tubuh, melainkan tentang ruh yang kembali putih, seperti seorang bayi yang baru lahir.

Idufitri juga mengajarkan bahwa setiap manusia berhak atas lembaran baru. Tak ada hati yang terlalu kelam untuk menemukan cahaya. Tak ada kesalahan yang tak bisa diampuni.

Sebagaimana Bosporus yang tak henti mengalir, Idulfitri mengajarkan bahwa kehidupan pun akan terus berjalan. Akan ada Ramadan berikutnya. Akan ada perjalanan yang harus ditempuh, dan gelombang kehidupan yang kembali datang.

Namun, selama hati tetap terjaga dalam kesucian dan ketulusan, kemenangan itu akan selalu ada. Oleh sebab itu, kita hanya perlu merawatnya. Seperti merawat air telaga yang terkena sinar mentari, agar ia tetap berkilau dalam setiap helaan nafas kehidupan.

Selamat Idulfitri, selamat kembali ke hati yang fitrah. (*)

 

Oleh: Mohamad Sinal

*Penulis adalah Corporate Legal Consultant, ahli bahasa hukum, founder Pena Hukum Nusantara (PHN), dan dosen Polinema.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES