Kopi TIMES

Bukan Sekedar Balik Tetapi Bangkit

Selasa, 08 April 2025 - 11:55 | 58.74k
Heri Cahyo Bagus Setiawan, Dosen Pengajar MSDM di FEB Universitas Negeri Surabaya, dan Direktur Utama PT Riset Manajemen Indonesia (RMI)
Heri Cahyo Bagus Setiawan, Dosen Pengajar MSDM di FEB Universitas Negeri Surabaya, dan Direktur Utama PT Riset Manajemen Indonesia (RMI)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Arus balik pasca Lebaran bukan sekadar perjalanan fisik dari kampung halaman menuju kota tempat beraktivitas, melainkan sebuah momen kontemplatif yang menyentuh ranah mental dan emosional setiap individu. 

Mudik, dalam segala kehangatan dan kesederhanaannya, menyuguhkan ruang untuk meresapi arti kebersamaan, menyusun ulang ritme kehidupan, dan menghimpun kembali energi yang sempat terkikis oleh rutinitas. 

Advertisement

Begitu kaki melangkah kembali ke peradaban pekerjaan, tak jarang muncul rasa berat, enggan, bahkan malas, seolah tubuh dan jiwa belum sepenuhnya pulih dari kehangatan silaturahmi yang baru saja berlalu.

Namun, justru di titik arus balik inilah kita dapat menemukan kesempatan emas: sebuah titik mula untuk menyalakan kembali bara semangat yang sempat meredup. Dunia kerja, yang kerap dipersepsi sebagai arena tuntutan dan tekanan, sebenarnya bisa dilihat dari lensa yang lebih humanistik. 

Dalam perspektif manajemen Sumber Daya Manusia (SDM), pekerjaan bukan hanya instrumen pemenuhan kebutuhan ekonomi, melainkan wahana aktualisasi diri, sarana kontribusi terhadap organisasi, dan bagian integral dari pembangunan sosial yang lebih luas.

Teori hierarki kebutuhan yang digagas Abraham Maslow menjadi fondasi penting dalam memahami kedalaman makna kerja. Maslow memetakan kebutuhan manusia ke dalam lima jenjang, dari yang paling dasar (kebutuhan fisiologi) hingga puncaknya, yakni aktualisasi diri. 

Dalam konteks ini, pekerjaan tidak hanya berfungsi untuk memenuhi kebutuhan jasmani, melainkan juga menjadi panggung di mana manusia merealisasikan potensi terbaiknya.

Ketika seseorang memaknai pekerjaannya sebagai sesuatu yang bernilai dan berdampak bagi sesama, maka lahirlah dorongan intrinsik yang kuat untuk kembali melanjutkan peran tersebut, bahkan setelah jeda panjang libur Lebaran.

Lebih lanjut, teori dua faktor dari Frederick Herzberg juga turut memperkaya cara pandang kita dalam membingkai semangat kerja. Herzberg mengklasifikasikan faktor-faktor yang memengaruhi kepuasan kerja menjadi dua kategori utama: faktor motivator, seperti pencapaian, pengakuan, dan kesempatan untuk berkembang; serta faktor higienis, seperti upah, kondisi kerja, dan keamanan. 

Keseimbangan keduanya menjadi penting, terlebih di fase arus balik ini. Ketika lingkungan kerja mampu menawarkan ruang tumbuh dan memberi penghargaan atas kontribusi individu, maka gairah untuk kembali berkarya pun akan tumbuh, meski tubuh masih diliputi lelah perjalanan.

Dengan merujuk pada kedua teori tersebut, kita diajak untuk menjadikan arus balik bukan sebagai beban, melainkan sebagai momentum untuk meninjau ulang niat, motivasi, serta arah tujuan dalam bekerja. 

Pekerjaan, bila dilihat sebagai bagian dari perjalanan hidup yang sarat makna, tidak lagi terasa menjemukan. Sebaliknya, ia menjadi jembatan menuju pencapaian yang lebih tinggi, baik secara personal maupun sosial.

Langkah pertama yang dapat kita tempuh adalah menyusun ulang niat dan menyegarkan kembali tujuan kerja. Maslow mengingatkan kita untuk tidak terjebak pada pemenuhan kebutuhan dasar semata, melainkan juga terus bergerak menuju pengakuan dan pertumbuhan pribadi.

Bila kita menemukan makna dan penghargaan dalam apa yang kita kerjakan, maka energi untuk kembali melangkah akan muncul dengan sendirinya.

Pada akhirnya, arus balik bukan hanya sebuah kembalinya fisik ke ruang kerja, tetapi juga sebuah perjalanan batin (mental dan spiritual) untuk menyelami kembali makna dari setiap aktivitas profesional. 

Dalam menghadapi rutinitas yang kembali memadat, kita diajak untuk menyadari bahwa pekerjaan, jika dilakukan dengan dedikasi dan ketulusan, adalah jembatan menuju pencapaian yang lebih agung.

Maka, biarlah arus balik ini menjadi titik tolak lahirnya semangat baru yang lebih murni, lebih dalam, dan lebih bermakna. (*)

***

*) Oleh : Heri Cahyo Bagus Setiawan, Dosen Pengajar MSDM di FEB Universitas Negeri Surabaya, dan Direktur Utama PT Riset Manajemen Indonesia (RMI).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES