Kopi TIMES

Mudik dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Selasa, 08 April 2025 - 10:44 | 56.82k
Sugiyarto, S.E., M.M., Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pamulang
Sugiyarto, S.E., M.M., Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pamulang
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, TANG –  Mudik adalah budaya masyarakat Indonesia yang secara rutin dilakukan setiap tahun. Bagi sebagian masyarakat perantau, kurang sempurna jika lebaran tidak mudik serta tidak bisa bertemu orang tua dan keluarga besar. 

Walaupun fakta di lapangan ada sebagian masyarakat yang nekat mudik walaupun tidak memiliki bekal yang cukup, mereka tetap bisa mudik dengan mengikuti program mudik gratis yang diadakan oleh pemerintah atau perusahaan swasta.

Advertisement

Inilah potret kehidupan masyarakat Indonesia dalam menghadapi rutinitas mudik setiap tahun, khususnya pada saat menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Mudik bisa membuat pertumbuhan ekonomi daerah mengalami peningkatan secara signifikan. Seperti yang disampaikan oleh pemerintah melalui Kementerian Perhubungan bahwa pemudik pada tahun 2025 mencapai 146,48 juta orang. 

Angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 193 juta pemudik. Penurunan ini tidak terlepas dari kondisi perekonomian global yang sedang tidak baik-baik saja, termasuk Indonesia. Sehingga sebagian masyarakat lebih memilih untuk tidak melakukan perjalanan mudik.

Ditinjau dari sisi ekonomi, dengan asumsi setiap pemudik menghabiskan uang 5 juta rupiah untuk sepuluh hari selama tinggal di kampung halaman, maka perputaran ekonomi di daerah selama lebaran bisa mencapai 732,4 triliun rupiah. Jumlah yang besar ini tentu berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. 

Sudah waktunya pemerintah daerah menangkap potensi ini sebagai peluang bahwa mudik menjadi tempat bertemunya antara penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi. Kita bisa belajar bagaimana daerah memanfaatkan peluang, seperti Desa Wunut yang ada di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. 

Sebuah desa yang memiliki kemampuan mengelola objek wisata alam menjadi lebih produktif setelah dikelola warga melalui BUMDES dan memberikan manfaat kepada seluruh warga desa serta masyarakat umum yang bisa menikmati keindahan alam tersebut.

Keberhasilan Desa Wunut ini bisa menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk melakukan hal yang sama sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah masing-masing. Karena lebaran menjadi momen untuk mempromosikan daerah dengan memperkenalkan potensi yang dimiliki agar lebih dikenal oleh masyarakat luas.

Majunya suatu daerah tidak terlepas dari peran pemimpin daerah yang paham dengan kondisi geografis dan masyarakat di daerah masing-masing. Desa Wunut adalah salah satu contoh bagaimana seorang pemimpin memahami potensi desa mereka, menjadikannya desa yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan mampu meningkatkan pendapatan asli daerah serta menghasilkan cuan.

Pengetahuan dan pemahaman masyarakat dalam memperlakukan wisatawan secara profesional layaknya industri besar juga perlu dibangun seperti industri modern. Karena kualitas layanan yang baik akan menjadi media promosi bagi industri itu sendiri tanpa harus mengeluarkan biaya. 

Ini terbukti dengan banyaknya konten media sosial yang dimiliki masyarakat seperti TikTok, Instagram, dan Facebook yang berisi postingan kegiatan wisata alam dan kuliner mereka, sehingga akhirnya banyak dikenal masyarakat luas melalui media sosial tersebut.

Strategi promosi seperti ini harus dipahami oleh stakeholder dan pemangku kepentingan lainnya agar cita-cita dan tujuan daerah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah bisa terwujud.

Banyak daerah memiliki potensi alam dengan nilai ekonomi tinggi, namun tidak bisa dimaksimalkan karena pemimpinnya tidak memiliki perencanaan dan pemahaman yang baik dalam mengembangkan ekonomi daerah. Mereka lebih memilih mengalokasikan anggaran untuk sesuatu yang tidak produktif. 

Jangan heran pada akhirnya banyak pemimpin yang terjaring operasi tangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (OTT), yang seharusnya bisa dihindari oleh seorang pemimpin.

Kita bisa belajar dari Presiden ke-7 (Jokowi) yang selalu blusukan untuk mengetahui akar permasalahan di bawah secara langsung sebagai dasar dalam membuat rencana dan pengambilan keputusan. 

Sekarang ada Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi, yang sering terjun ke bawah melihat permasalahan. Gaya kepemimpinan seperti inilah yang dirindukan oleh masyarakat. 

Jika tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemimpin tinggi, maka dukungan rakyat kepada pemimpin akan berbanding lurus dengan kepercayaan tersebut, termasuk kepercayaan investor untuk berinvestasi, membangun pabrik, dan membuka pasar tenaga kerja di Indonesia. (*)

***

*) Oleh : Sugiyarto, S.E., M.M., Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pamulang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

 

 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES