Pertumbuhan Pendidikan Islami di Mekah

TIMESINDONESIA, MALANG – Sebelum Nabi Muhammad SAW memulai tugasnya sebagai rasul yang melaksanakan pendidikan Islami terhadap umatnya, Allah telah mendidik dan mempersiapkannya untuk melaksanakan tugas tersebut secara sempurna melalui pengalaman, pengenalan dan peran sertanya dalam kehidupan masyarakat dan lingkungan budayanya.
Dengan potensi fitrahnya yang luar biasa, ia mampu secara sadar mengadakan penyesuaian diri dengan masyarakat dan lingkungannya, beliau tidak larut sama sekali ke dalamnya. Ia mampu menyelami kehidupan masyarakatnya, dan dengan potensi fitrahnya yang luar biasa mampu mempertahankan keseimbangan dirinya untuk tidak hanyut terbawa arus budaya masyarakatnya.
Advertisement
Nabi Muhammad SAW mulai menerima wahyu dari Allah sebagai petunjuk dan instruksi untuk melaksanakan tugasnya, sewaktu beliau telah mencapai umur 40 tahun, yaitu pada tanggal 17 Ramadan tahun 13 sebelum Hijrah (6 Agustus 610 M). Petunjuk dan instruksi tersebut berbunyi:
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ, خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ, اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ, الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ, عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpul darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Kemudian disusul dengan wahyu berikutnya, yang berbunyi:
يَأَيُّهَا الْمُدَّثَرُ, قُرْ فَأَنذِرْ, وَرَبَّكَ فَكَبَرْ, وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْوَالرُّجْزَ فَاهْجُرُ, وَلَا تَمْكُن تَسْتَكْبِرُ,
Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangillah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah al-Quran itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tapat (untuk khusyuk) bacaan di waktu itu lebih berkesan.
Perintah dan petunjuk tersebut pertama-tama tertuju kepada Muhammad SAW tentang apa yang harus ia lakukan, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap umatnya. Itulah petunjuk awal kepada Nabi Muhammad SAW agar beliau memberikan peringatan kepada umatnya. Kemudian materi pendidikan tersebut diturunkan secara berangsur-angsur, sedikit demi sedikit. Setiap kali menerima wahyu, segera ia sampaikan kepada umatnya diiringi penjelasan-penjelasan dan contoh-contoh bagaimana pelaksanaannya.
Di samping itu, Nabi Muhammad SAW telah mendidik umatnya secara bertahap. Ia memulai dengan keluarga dekatnya, yang pada mulanya secara sembunyi-sembunyi. Mula-mula diajaknya istrinya, Khadijah, untuk beriman dan menerima petunjuk-petunjuk Allah, kemudian diikuti oleh Ali bin Abi Thalib (anak pamannya) dan Zaid bin Harisah (seorang pembantu rumah tangganya, kemudian diangkat menjadi anak angkatnya). Kemudian ia memulai dengan seruannya kepada sahabat karib yang telah lama bergaul dengannya seperti Abu Bakar Siddiq, yang segera menerima ajakannya. Secara berangsur-angsur ajakannya tersebut disampaikan secara lebih meluas, masih terbatas di kalangan keluarga dekat dari suku Quraisy saja, seperti Utsman bin Affan, Zubai bin Awwam, Sa'ad bin Abi Waqas, Abdurrahman bin Auf, Talhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidillah bin Jarrah, Arqam bin Abil Arqam, Fatimah binti Khattab bersama suaminya Said bin Zaid dan beberapa orang lainnya. Mereka itulah orang-orang yang mula-mula masuk Islam (assabiquna al-awwaluna) dan merek secara langsung diajar dan dididik oleh nabi menjadi muslim dan siap menerima dan melaksanakan petunjuk dan perintah Allah yang akan turun kemudian. Pada tahap ini, pusat kegiatan pendidikan Islami tersebut diselenggarakan secara tersembuny di rumah Arqam bin Abi Arqam.
Keadaan tersebut berlangsung lebih dari 3 tahun sampai akhirnya turun petunjuk dan perintah dari Allah agar Nabi memberikan pendidikan dan seruannya secara terbuka.
فَأَصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala ayat yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik
Dengan turunnya perintah tersebut, mulailah Muhammad memberikan pengajaran kepada umatnya secara terbuka dan lebih meluas, bukan hanya di lingkungan keluarga dan kalangan penduduk Mekah, tetapi juga kepada penduduk di luar Mekah. Terutama mereka yang datang ke Mekah, baik dalam rangka ibadah haji maupun perdagangan. Dengan demikian, tantangan yang dihadapi oleh Nabi Muhammad SAW pun semakin terbuka pula. Semua dihadapinya dengan penuh kesabaran dan penuh keyakinan bahwa Allah akan selalu memberikan petunjuk dan pertolongan dengan menghadapi tantangan tersebut.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
*) Penulis: Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |