Kopi TIMES

Refleksi Harlah PMII ke-65: Menjadi Kader Teladan

Jumat, 18 April 2025 - 13:31 | 13.05k
Abdur Rahmad, Sekretaris Bidang Kaderisasi PC PMII Probolinggo
Abdur Rahmad, Sekretaris Bidang Kaderisasi PC PMII Probolinggo
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Peringatan Hari Lahir Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang ke-65 adalah momen reflektif untuk melihat kembali arah dan tujuan dari organisasi ini. Sebagai salah satu organisasi kemahasiswaan terbesar di Indonesia, PMII memegang peran penting dalam membentuk karakter pemuda Islam yang intelek, bermental kuat, serta memiliki spiritualitas yang terjaga. 

Menjadi kader PMII sejatinya bukan hanya soal ikut forum dan diskusi, tapi bagaimana mampu menjadi teladan bagi sesama, khususnya kader-kader di bawahnya.

Advertisement

Menjadi teladan berarti siap menjadi cermin bagi orang lain. Seorang kader PMII harus tampil dengan sikap yang konsisten, berintegritas, dan mampu menginspirasi. Dalam konteks organisasi, kader yang menjadi teladan akan menciptakan ekosistem pembelajaran yang sehat dan produktif. Ia tidak hanya pintar berbicara, tetapi juga cakap dalam tindakan, menyelaraskan antara ucapan dan perbuatan.

Sosok teladan itu bisa kita temukan dalam figur Mahbub Djunaidi, Ketua Umum PB PMII pertama. Mahbub bukan hanya seorang organisatoris, tetapi juga seorang pemikir dan penulis ulung. Ia menunjukkan bahwa perjuangan tidak hanya di medan aksi, tetapi juga melalui tulisan yang membentuk kesadaran. Karya-karyanya menjadi rujukan yang memperkaya khazanah intelektual kader PMII lintas generasi.

Mahbub Djunaidi memberi contoh bahwa kaderisasi tidak boleh berhenti pada tradisi lisan semata. Tradisi menulis yang ia wariskan menjadi fondasi kuat untuk keberlanjutan intelektual PMII. Dengan karya, kader bisa mendokumentasikan gagasan, merekam jejak, dan menginspirasi generasi berikutnya. Maka dari itu, kader PMII hari ini harus meneladani semangat literasi Mahbub dalam konteks zaman yang terus berubah.

PMII membutuhkan kader yang utuh: memiliki intelektual tajam, mental tangguh, dan spiritual yang kokoh. Ketiganya harus berjalan beriringan. Tanpa intelektual, kader akan miskin gagasan. Tanpa mental yang kuat, kader akan rapuh dalam tantangan. Dan tanpa spiritualitas, perjuangan menjadi hampa nilai. Ketiganya adalah pilar yang membentuk kualitas kader secara menyeluruh.

Namun, saat ini PMII sedang mengalami krisis literasi yang nyata. Banyak kader yang aktif di forum-forum, tetapi minim kontribusi dalam bentuk tulisan. Tradisi membaca dan menulis mulai ditinggalkan, tergantikan oleh dinamika pragmatisme organisasi. Padahal, literasi adalah nafas panjang gerakan. Tanpa literasi, PMII kehilangan arah dan basis argumen yang kuat dalam setiap langkahnya.

Defisit literasi ini harus menjadi perhatian serius. Jika dibiarkan, kaderisasi akan berjalan tanpa substansi. PMII akan terus berputar dalam lingkaran kosong, tanpa jejak intelektual yang bisa diwariskan. Kader harus mulai membiasakan diri menulis, membaca, berdiskusi dengan referensi, serta menghasilkan karya sebagai bentuk pertanggungjawaban intelektual.

Lebih dari itu, musuh terbesar PMII saat ini bukanlah kekuatan eksternal, melainkan dirinya sendiri. Konflik internal yang berkepanjangan, perebutan jabatan yang tidak sehat, serta kegagapan dalam menghadapi perubahan zaman menjadi penghambat terbesar kemajuan organisasi. Kader sibuk dengan dinamika politik internal, namun lupa untuk menciptakan karya yang berarti bagi masyarakat.

PMII tidak akan maju jika kadernya terus terjebak dalam glorifikasi masa lalu. Masa lalu memang penting untuk dikenang, namun bukan untuk disembah. Setiap generasi harus menciptakan sejarahnya sendiri dengan karya dan kontribusi nyata. Jangan sampai sejarah besar PMII hanya menjadi mitos yang terus diceritakan tanpa aktualisasi dalam gerakan hari ini.

Gerakan PMII akan menjadi stagnan jika kadernya hanya sibuk dengan narasi nostalgia. Sudah saatnya kader PMII bergerak dengan solusi, bukan hanya wacana. Setiap keputusan dan rumusan dalam forum harus dieksekusi dengan cepat dan tepat. Jangan terjebak dalam euforia forum tanpa implementasi yang konkret.

Proses kaderisasi harus dimaknai sebagai sarana belajar yang terus-menerus. Tidak ada kata selesai dalam belajar. Kader PMII harus terus mengasah diri, memperluas wawasan, memperdalam nilai-nilai, dan memperkaya pengalaman. Setiap tantangan harus dijadikan bahan refleksi dan evaluasi, bukan alasan untuk menyerah atau saling menyalahkan.

Harlah ke-65 ini seharusnya menjadi momentum untuk memperbaiki diri. Bukan hanya sekadar seremonial tahunan, tetapi ruang evaluasi bersama. Kader harus kembali ke akar perjuangan PMII sebagai ruang pembelajaran, pembentukan karakter, dan pencipta gagasan.

Refleksi ini menjadi pengingat bahwa menjadi kader PMII bukan hanya tentang menjadi bagian dari sejarah, tapi juga menciptakan sejarah. Menjadi kader PMII adalah menjadi pejuang nilai, penggerak perubahan, dan pelopor literasi. Menjadi kader PMII adalah menjadi teladan, bagi hari ini dan masa depan.

Dengan semangat harlah ini, mari kita warisi keteladanan Mahbub Djunaidi. Mari kita hidupkan kembali semangat menulis, semangat berpikir kritis, dan semangat spiritual yang membumi. Jadilah kader yang berpijak pada nilai, melangkah dengan intelektual, dan bergerak dengan hati yang bersih.

Karena pada akhirnya, menjadi Kader PMII bukan tentang siapa yang paling lama di forum, tapi siapa yang paling tulus dalam mengabdi dan serius pada kaderisasi. Selamat Harlah PMII ke-65. Teruslah menjadi cahaya perubahan, dan jadilah teladan.

***

*) Oleh : Abdur Rahmad, Sekretaris Bidang Kaderisasi PC PMII Probolinggo. 

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES