Geliat PTN BLU dan PTN BH Pasca Perpres Tukin Dosen

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Akhirnya PTN BLU dan PTN BH bangkit dari tidur panjangnya. Setelah ada kejelasan pembayaran remunerasi dosen ASN Kemdiktisaintek melalui Perpres 19/2025 dan Permendiktisaintek 23/2025, geliat PTN BLU dan PTN BH mulai tampak.
Rupanya ada yang kegerahan dengan kebijakan pembayaran tunjangan kinerja bagi dosen ini. Hasil perjuangan panjang selama satu dekade. Perjuangan menuntut keadilan dan kesetaraan. Padahal sejak perjuangan ini bergulir, jelas apa yang diperjuangkan. Tunjangan kinerja untuk semua. Tanpa memandang bentuk PTN.
Advertisement
Tampaknya ada yang salah dalam menghadapi lahirnya kebijakan baru ini. Seharusnya PTN BLU yang sudah menerapkan remunerasi dan PTN BH perlu melalukan kopdar dengan agenda yang jelas dan terarah. Bukan kopdar merongrong implementasi Perpres 19/2025 dan Permendiktisaintek 23/2025. Berikut beberapa usulan agenda kopdar tersebut.
Pertama, susun strategi bersama bagaimana bisa membayarkan remunerasi setara tunjangan kinerja. Lakukan konsolidasi atas nama aliansi, asosiasi, kaukus, perhimpunan, atau apapun itu.
Saling belajar bagaimana mendapatkan pemasukan sebanyak-banyaknya, sehingga mampu membayar remunerasi yang layak. Tentu besaran tunjangan kinerja adalah batas minimal. Lalu apa gunanya bertransformasi tapi besar pasak daripada tiang?
Kedua, konsolidasi segera untuk mendesak peran dan tanggung jawab pemerintah. Ada banyak ruang bagi PTN BLU dan PTN BH memaksa masuknya APBN untuk menanggung sebagian komponen biaya pendidikan. Salah satunya adalah penghasilan dosen.
Kekuatan lobi PTN BH dan PTN BLU besar tak akan diragukan. Tentu beda dengan perjuangan sebagian dosen PTN kelas bawah yang harus sampai demonstrasi di jalanan. Jejaring politisi dan birokrasi dalam genggaman PTN BLU dan PTN BH ini.
Ketiga, jika memang dalam posisi terjepit. Bendera putih layak juga dikibarkan. Kembali ke PTN Satker juga tidak menjatuhkan martabat. Toh semua demi pendidikan bangsa.
Akhirnya, jadikanlah momentum Perpres 19/2025 sebagai tonggak sejarah pendidikan tinggi Indonesia. Dosen perlu mendapatkan kesejahteraan. Perjuangan bersama perlu dilakukan, bukan malah saling menjatuhkan. Buka mata, buka hati, buka pikiran. (*)
*) Oleh: S. Joko Utomo, anggota ADAKSI.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |