Kopi TIMES

Konsolidasi Ditengah Krisis Global

Senin, 30 Juni 2025 - 23:28 | 12.60k
Haris Zaky Mubarak, MA., Analis dan Mahasiswa Doktoral Universitas Indonesia.
Haris Zaky Mubarak, MA., Analis dan Mahasiswa Doktoral Universitas Indonesia.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Terjadinya perang rudal antara Israel dan Iran memberi tekanan serius dalam instabilitas ekonomi global. Rasa kekhawatiran ini jelas sangat beralasan karena situasi ini bisa saja akan berujung hadirnya krisis ekonomi yang besar.

Karena berangkat dari alasan ini pula masing–masing negara dunia tengah berupaya semaksimal mungkin untuk dapat mengamankan kondisi perekonomian masing–masing negara. 

Advertisement

International Monetary Fund (IMF) baru-baru ini bahkan memberikan peringatan tegas agar dapat menjaga stabilitas ekonomi global supaya negara-negara dunia tidak masuk dalam blok sekutu perang mana pun karena situasi ini berpotensi akan merusak konstelasi stabilitas pertumbuhan ekonomi global.

Tingginya ketegangan hubungan diplomatik antara Iran-Israel dikhawatirkan memberi ancaman besar bagi kondisi ketidakpastian situasi ekonomi global yang selalu dinamis dan mudah berubah arah secara tak menentu.

Jika kondisi yang tidak pasti ini dibiarkan secara terus menerus maka tak dapat dipungkiri ketegangan geopolitik yang kuat antara Iran dengan Israel akan memancing lahirnya pusara konflik berkepanjangan di Timur Tengah.

Salahsatu tekanan yang paling dicemaskan dari konflik Iran–Israel adalah hkemungkinan ditutupnya Selat Hormuz oleh Iran yang dampaknya akan dapat mempengaruhi besaran harga minyak mentah dunia. Karena hampir 20% konsumsi minyak mentah global melewati rute ini atau sekitar 20 juta barel. (Badan Informasi Energi, 2024). 

Jika benar penutupan ini terjadi maka situasi ini akan memberi dampak multidimensi semakin tidak stabilnya harga bahan pangan pokok pada banyak negara di dunia termasuk juga kemungkinan masalah pemutusan hubungan kerja (PHK) yang akan terjadi secara massal sebagai bentuk konsekuensi logis atas tekanan krisis yang tidak terkendali.

Pengalaman Sejarah

Bila berkaca dari sejarah ekonomi global, realitas Perang Dunia pada dasarnya memang mempengaruhi dinamika pasar global secara luas baik melalui perubahan arah perdagangan Internasional dan juga karena dampak kerusakan infrastruktur dari lalu lintas perdagangan dan transportasi yang menjadi penunjang aktivitas perekonomian negara. 

Lahirnya perang kiranya juga mempercepat kemajuan teknologi dan inovasi. Faktanya, selama perang banyak negara dunia yang meningkatkan investasi melalui pengembangan riset dan pengembangan untuk senjata dan teknologi lainnya, seperti teknologi komunikasi dan transportasi. 

Selepas perang, ada banyak penemuan teknologi yang signifikan telah dilahirkan sebagai akibat dari permintaan yang muncul selama perang. Dampak jangka panjang dari perang pada ekonomi nyatanya juga dapat terlihat dalam kebijakan ekonomi setiap negara dan perdagangan internasional (Zhao et al., 2021). 

Setelah perang, seringkali banyak negara yang mengubah kebijakan ekonomi mereka untuk dapat memperbaiki kondisi ekonomi dan mempercepat pemulihan sehingga akan selalu ada perubahan ekonomi global.

Perang Dunia I faktanya telah menyebabkan banyak kematian dan kehancuran pada banyak wilayah di Eropa. Perang ini memaksa negara-negara dunia mengeluarkan banyak uang untuk persenjataan, logistik, dan pengobatan para prajurit. 

Akibatnya, banyak negara di dunia yang mengalami keruntuhan ekonomi, dan ini menjadi salah satu penyebab utama terjadinya dampak depresi secara besar. Selama Perang Dunia I, banyak negara mengalami kerugian besar karena biaya perang yang tinggi, baik dalam bentuk sumber daya manusia maupun material.  

Selama perang dunia I, banyak industri negara yang hancur, perkebunan, sawah dan ladang terlantar, yang membuat produksi dan distribusi barang terganggu. Pengeluaran besar-besaran pemerintah untuk membiayai perang memicu inflasi dan kenaikan harga barang dan jasa (Henry, 2020). 

Harga makanan dan bahan bakar meningkat signifikan, dan ini membuat masyarakat saat itu menjadi sulit. Karena situasi Perang Dunia I mempengaruhi kondisi perdamaian global dan menciptakan kondisi politik dan ekonomi yang berbeda di Eropa dan di seluruh dunia (Bove & Ruggeri, 2012). 

Realitas yang sama juga terjadi dalam fase Perang Dunia II dimana ini menjadi perang yang merusak sejarah hidup manusia. Perang ini menghancurkan banyak infrastruktur, pabrik, dan rumah di Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat. Namun, setelah perang, negara-negara ini membangun kembali infrastruktur dan pabrik vmereka, yang membawa pertumbuhan ekonomi signifikan (Sebastian, 2018). 

Selain itu, perang ini juga memperkenalkan teknologi baru seperti komputer, roket, dan pesawat terbang, yang mengubah cara kerja manusia dan mempercepat kemajuan teknologi. 

Setelah Perang Dunia II, banyak negara di dunia mendirikan organisasi internasional, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Bank Dunia, dan Dana Moneter Internasional (IMF), yang bertujuan mempromosikan perdamaian dan kerjasama internasional, serta membantu memperbaiki kondisi ekonomi dan perdagangan global. 

Perang Dunia II nyatanya telah mempengaruhi kondisi perdamaian global dan hasilnya menciptakan kondisi politik dan ekonomi yang berbeda di Eropa dan di dunia. Contohnya dalam hal pembentukan Uni Soviet dan perpecahan Eropa Timur dan Barat. 

Mitigasi Produktif 

Meningkatnya tensi geopolitik akan memberikan tantangan pada perekonomian dunia. IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi global di 2025 akan stagnan di 3,2 persen dengan tingkat inflasi yang cukup tinggi di 4,5 persen (IMF, 2025). 

Di tengah situasi penuh tantangan tersebut, Pemerintah Indonesia memang secara taktis segera mengambil langkah – langkah mitigasi produktif atas dampak perang Iran dan Israel terhadap kondisi perekonomian di tanah air. 

Dalam tolok ukur ini, pemerintah Indonesia harus dapat segera memitigasi perkembangan situasi global terlebih dalam menjaga kestabilan kurs rupiah, penggunaan subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan dampak ekonomi lainnya. 

Tentu langkah cermat pemerintah perlu segera dilaksanakan secara terukur dan efektif karena kebijakan ini sangat terkait dengan ketahanan Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (APBN) 2026 yang harus dapat mengisi kebutuhan taktis dari perkembangan realitas politik pemerintahan yang sedang terjadi.

Konflik Iran-Israel telah memberi teror kecemasan secara global dan ini sangat berpengaruh secara sistematis pada masalah ekonomi domestik negara seperti krisis energi, terjadinya lonjakan harga pangan dan inflasi yang sangat tinggi.

Langkah mitigasi yang sangat ketat boleh jadi akan menimbulkan stagflasi dan ini sangat mempengaruhi pemetaan ruang-ruang produktif antar lintas sektor ekonomi tiap negara. 

Dalam posisi inilah pemerintah Indonesia harus mampu terus akomodatif terhadap situasi taktis yang setiap saat dapat berubah sewaktu-waktu. Termasuk menjaga ketahanan fiskal negara agar dapat stabil dalam menjalankan setiap fungsi-fungsinya dalam menahan goncangan ekonomi global.

Disisi lain bentuk implementasi kerja efektif pemerintah dalam menciptakan kebijakan transformasi ekonomi guna mencapai target pertumbuhan ekonomi negara secara mandiri harus dapat dijaga terus menerus kesinambungannya. 

Dalam proporsi ini fungsi utama dari kebijakan fiskal negara yang memiliki tiga fungsi utama penting dalam membentuk struktur ekonomi negara harus dapat dioperasionalkan secara matang. 

Tiga fungsi utama ini antara lain menyangkut tentang penataan alokasi, distribusi dan stabilisasi ekonomi yang benar–benar dapat dioptimalisasikan secara terarah.

Dari sisi fungsi alokasi, peran anggaran untuk penerapan kebijakan efisiensi ekonomi dan mekanisme pasar secara baik membutuhkan sebuah skema alokasi yang tepat sasaran guna menunjang tercapainya target pertumbuhan ekonomi secara terkendali. 

Pada fungsi distribusi peran anggaran menjadi sangat penting dalam menciptakan segala macam pemerataan dan keadilan baik untuk proses maupun hasil pembangunan. 

Secara nyata fungsi stabilisasi ini harus terus diperkuat untuk meredam berbagai gejolak ekonomi politik yang tak menentu, khususnya dalam mengantisipasi berbagai gejolak eksternal seperti masalah konflik negara seperti yang terjadi sekarang ini sehingga dampak atau resiko terburuk dapat diminimalisir. 

***

*) Oleh : Haris Zaky Mubarak, MA., Analis dan Mahasiswa Doktoral Universitas Indonesia.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES