Jalan-jalan ke Ponorogo? Jangan Lupa Nikmati Dawet Campur Pecel

TIMESINDONESIA, PONOROGO – Dawet dikenal sebagai salah satu minuman yang menyegarkan. Saking segarnya, minuman ini sering jadi pilihan utama untuk menghilangkan dahaga atau hidangan buka puasa. Namun, apa jadinya jika dawet dicampur dengan pecel, dan bagaimana rasanya? Itulah yang dijual Jarmi, warga Desa Bedoho, Kecamatan Sooko Ponorogo. Dawet pecel atau Capar namanya.
Mendengar nama minuman tersebut, pasti membuat penasaran kita semua. Ya Jarmi membuat minuman itu dengan komposisi juruh (air gula merah), kecambah dan sambel pecel yang sudah dikasih air.
Advertisement
Tidak lupa ditambah cendol dan santan. Komposisi tersebut dituangkan di gelas, jadilah es dawet pecel atau capar. ‘’Asal mulanya saya tidak tahu. Tapi minuman ini sudah ada sejak nenek saya dahulu. Jadi ini turun temurun,’’ katanya.
Jarmi menceritakan sudah berjualan es dawet pecel sejak 16 tahun yang lalu. Sebenarnya dia tidak menjual khusus dawet pecel. Kebetulan dagangannya hanya es dawet dan pecel.
Mungkin sudah jadi kebiasaan warga desa setempat yang mencampur es dawet dengan pecel. Akhirnya Jarmi mengaku hanya melayani sesuai keinginan pembeli. Dari beberapa pembeli memang ada yang pesan dawet biasa dan ada yang minta dawet pecel. ‘
’Harga satu gelasnya Rp 2500 saja. Jika tidak dicampur pecel berbeda Rp 500," ungkapnya.
Jarmi biasa berjualan es dawet jika hari pasaran pon dan legi saja. Setiap hari bukaan, Jarmi bisa menghabiskan hingga 200 porsi es dawet. Untuk bahannya, Jarmi mengungkapkan sama dengan dawet biasanya. Yakni menggunakan tepung sagu untuk produksi cendol.
Saat ditanya keistimewaan dawet pecel, Jarmi hanya bisa menjawab berdasarkan komentar para pembeli. Menurutnya, dawet pecel dapat mengobati sakit pegal linu. Selain itu juga dapat menyembuhkan sakit kepala.
"Ini tidak bisa menjadi acuan, karena hanya sebatas komentar dari para pembeli," katanya.
Sementara itu Winarti, salah seorang pembeli dawet pecel mengungkapkan, meminum dawet pecel ini rasanya seperti meminum kuah rujak. Rasanya manis bercampur pedas jadi satu.
Selain itu juga, ada rasa renyahnya dari kecambahnya. "Rasanya campur-campur. Jadi harus mencoba sendiri untuk memastikan sebenarnya rasanya seperti apa. terasa rugi jika jalan-jalan ke Ponorogo tak menikmati Dawet Campur Pecel, khas Ponorogo,’’ pungkasnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |
Sumber | : TIMES Ponorogo |