Kue Serabi Masih Eksis Hingga Kini, Cukup Dua Ribu Dapat Satu Porsi

TIMESINDONESIA, GRESIK – Meski kuliner tradisional, serabi masih menjadi pilihan. Bahkan jajanan lawas ini masih eksis. Penikmatnya pun tak memandang usia, mulai orang tua, muda-mudi hingga anak-anak.
Kuliner berbahan dasar tepung beras dicampur santan parutan kelapa ini mudah ditemui di Desa Serah Kecamatan Panceng. Di desa yang berada 45 KM dari pusat Kota Gresik, Jawa Timur ini banyak dijumpai penjual serabi.
Advertisement
Dalam penyajiannya penjual masih menggunakan resep tradisional warisan nenek moyang. Tidak ada bahan penyedap rasa tambahan. Semua peralatan dapur juga masih tempo dulu.
Meski zaman sudah modern, cara memasak serabi tidak pernah berubah. Serabi dimasak dengan menggunakan tungku yang terbuat dari tanah liat. Juga masih menggunakan kayu yang dibakar untuk memasak.
"Memang penjual disini semua pakai alat dapur dan resep tradisional. Tidak ada bahan tambahan, hanya parutan santan kelapa dan sedikit garam biar gurih. Kita juga masih pakai kayi bakar biar (Sangit) sedap," kata Khanifah salah satu penjual serabih, Selasa (21/7/2020).
Khanifah mengatakan, ia sudah lama menjual jajanan jadul ini. Menurutnya makanan yang hampir punah ini masih eksis di desa. "Kudapan ini cocok dinikmati pada siang hari menjelang sore atau pagi," ucapnya.
Tak hanya di desa, para penikmatnya pun tak jarang berasal dari wilayah perkotaan. Ada yang dari Kota Surabaya maupun dari Gresik kota. Perempuan 47 tahun ini mengaku, menjajakan serabi sejak tiga tahun lalu.
"Meneruskan jualan ibu saya. Di sini serabi-nya gurih enak dimakan saat hangat. Selain orang desa, banyak juga penikmat dari kota. Ingin menikmati serabi," ungkapnya.
Berbeda di daerah lain, serabi Desa Serah memiliki tekstur lembut dan gurih. Selain itu, ada tekstur renyah dibagian bawah. Penikmat biasanya lebih suka yang agak 'gosong'. Selain itu, taburan parutan kelapa menambah nikmat serabi.
Khanifah mengatakan, satu porsi berisi dua serabi ini dihargai Rp 2000. Harga terjangkau membuat serabi buatannya laris maris. Sehari bisa menghabiskan lima kilogram tepung beras dengan estimasi jadi 60 porsi.
"Yang suka ditaburi parutan kelapa. Biasanya para penikmat suka yang agak gosong. Katanya renyah dan nikmat. Enaknya dimakan waktu hangat dengan memakai takir atau wadah dari daun pisang," imbuhnya.
Salah satu penikmat serabi M Soleh mengaku kudapan ini sangat enak dan lezat. Selain terjangkau, serabi yang merupakan jajanan tempo dulu ini masih tetap dicari oleh penikmat kuliner.
Apalagi cara penyajiannya kata Soleh masih menggunakan alat dapur tradisional serta memakai daun pisang sebagai takir. Rasa serta penyajiannya juga masih seperti zaman dahulu.
"Rasanya sama seperti dulu. Enak dimakan selagi hangat. kuliner tradisional kue serabi di Desa Serah ini dikenal dan legendaris," imbuhnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |
Sumber | : TIMES Gresik |