
TIMESINDONESIA, TASIKMALAYA – Kota Tasikmalaya dikenal sebagai "Kota Santri" karena memiliki ribuan pesantren. Namun, kota ini juga memiliki keunikan lain yang tak kalah menarik, yakni kulinernya. Salah satu kuliner khas Kota Tasikmalaya yang sangat unik dan mencuri perhatian adalah kue cocorot.
Cocorot, kudapan tradisional yang bentuknya menyerupai corong atau kerucut, dibungkus dengan daun kelapa yang memberikan penampilan unik.
Advertisement
Dina Rosyana (34), seorang pelaku UMKM kuliner Cocorot yang tinggal di Jalan Bojong Tengah, Cipedes, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat berbagi cerita dengan TIMES Indonesia tentang makanan tradisional ini.
“Cocorot terbuat dari bahan yang sedehana, terdiri tepung beras yang dicampur dengan gula merah atau gula kelapa. Adonan kedua bahan itu kemudian dibungkus dalam lilitan daun kelapa atau janur dan dikukus sampai matang,” jelas Dina.
Proses pembuatan cocorot tergolong sederhana, namun hasilnya sangat istimewa. Rasanya manis, legit dengan tekstur lembut yang sedikit kenyal.
Cara memakannya pun unik, yaitu dengan mengupas gulungan daun kelapanya secara diputar. Cocorot biasanya dinikmati dengan secangkir teh atau kopi hangat, menjadikannya teman yang sempurna untuk mengganjal perut yang lapar.
Sejumlah penikmat cocorot saat mengunjungi stand Dina dan Edwin di Mambo Kuliner Tasikmalaya, Sabtu (18/5/2024) malam. (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)
Meski terbuat dari bahan yang sederhana dan termasuk jajanan zaman dulu, animo masyarakat terhadap cocorot cukup bagus.
Dina mengungkapkan dalam memproduksi Cocorot didampingi oleh suaminya yang bernama Edwin Aditya (38). Di rumah produksinya, dirinya bersama suaminya dapat memproduksi sekitar 500 buah cocorot setiap hari.
“Alhamdulilah, penggemarnya dari semua usia, mulai dari anak-anak hingga orang tua. Kalau orang tua suka karena nostalgia semasa kecul, sedangkan kalau anak-anak kebanyakan yang penasaran dengan bentuknya yang unik kaya terimpet,” tambah Dina.
Dina juga menyebutkan bahwa cocorot memiliki daya tahan yang cukup baik. Di suhu ruang, kue ini bisa bertahan hingga dua hari tanpa basi. Sementara itu, jika disimpan di lemari pendingin, cocorot bisa tetap enak dinlmati hingga tiga hari.
Cocorot yang diproduksi oleh Dina mulai dikenal sejak tahun 2014, ia bersama suaminya selain menjadi mata pencaharian, produksi Cocorot ini pun memiliki tujuan untuk menghidupkan kembali makanan tradisional yang mulai tergeser oleh zaman.
"Saya berharap melalui produksi cocorot ini, anak-anak bisa mengenal kembali makanan tradisional yang sudah mulai jarang ditemui. Usaha ini juga diharapkan dapat melestarikan warisan kuliner Tasikmalaya agar tidak hilang ditelan modernitas," harap Dina.
Dina menambahkan bahwa Kota Tasikmalaya tidak hanya menawarkan kekayaan budaya melalui pesantrennya, tetapi juga melalui keanekaragaman kuliner tradisionalnya. Cocorot, dengan keunikan rasa dan bentuknya, menjadi salah satu simbol kuliner yang patut dibanggakan dan dilestarikan.
"Bagi siapa saja yang melancong dan berkunjung ke Tasikmalaya, silakan untuk mencicipi cocorot, ini pasti bisa menjadi pengalaman kuliner yang tak terlupakan," pungkas Dina. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Rizal Dani |