Kenalkan Langsung Dudi, SMK Kesehatan Terpadu Surabaya Kunjungi Sidomuncul

TIMESINDONESIA, SURABAYA –
SMK Kesehatan Terpadu Surabaya usai berkunjung ke PT Sidomuncul di Semarang. Kunjungan industri ini merupakan salah satu implementasi dari kurikulum 2013 yakni memperkenalkan siswa dengan dunia kerja dan dunia industri (Dudi).
Advertisement
Kunjungan Dudi yang dilakukan pada 10 Januari 2020 diikuti sebanyak 55 siswa dan guru pendamping program studi Farmasi dan Keperawatan. Rombongan berangkat dari sekolah pada malam hari menggunakan armada bus.
“Menjelang subuh, rombongan sampai di Masjid Agung Semarang untuk menjalankan salat subuh terlebih dahulu. Paginya, menuju lokasi PT Sidomuncul dan tiba pukul 09.00 langsung disambut hangat oleh petugas humas perusahaan jamu tradisonal ini,” terang Abu Yasin SPd SE MM, Kepala Sekolah SMK Kesehatan Terpadu Surabaya.
Pada acara kunjungan industri ini rombongan SMK Kesehatan Terpadu menuju pabrik PT Sidomuncul yang beralamat di Jalan Soekarno Hatta Km28, Klepu, Kecamatan Bregas, Ungaran, Kabupaten Semarang.
“Saat tiba di pabrik rombongan SMK Kesehatan Terpadu disambut oleh Maria, staf PT Sidomuncul. Staf inilah yang mendampingi rombongan mengelilingi pabrik jamu herbal ini,” kata Yasin.
Menurut Yasin, staf Sidomuncul menerangkan kepada rombongan mengenai proses produksi, distribusi, maupun pengelolaan SDM di pabrik herbal ini. Dijelaskan juga, bahan baku pembuatan produk jamu di Sidomuncul ini 80 persen masih dieksplorasi dari alam (hutan) dan 20 persen dari hasil budidaya.
Yasin mengatakan, rombongan SMK Kesehatan Terpadu mendapatkan penjelasan dari staf Sidomuncul tentang bahan baku yang diterima pabrik adalah dalam bentuk kering (siklisia). Kecuali untuk produk minuman seperti jahe.
Pasalnya, lanjut Yasin, 80 persen bahan baku masih dieksplorasi dari alam. Selain itu, standarisasinya kurang sehingga setiap bahan baku yang masuk ke Sidomuncul harus dicek kualitasnya (quality control) terlebih dahulu.
Dia menambahkan, bahan baku yang akan dipakai Sidomuncul diambil dari gudang penyimpanan kemudian disortasi. Setelah disortasi kemudian bahan baku dicuci, dikeringkan, digiling, baru kemudian dicampur (mixing).
“Dalam proses pencampuran bahan ini rombongan tidak diperkenankan untuk melihatnya karena merupakan rahasia perusahaan,” kata Yasin.
Sesudah proses pencampuran selesai, rombongan mendapatkan penjelasan hasil mixing yang dialirkan melalui pipa-pipa untuk dilakukan proses pengemasan primer (packaging primer) menggunakan mesin dua line dan delapan line. Kemudian masuk ke proses pengemasan sekunder (packaging sekunder).
“Dari sini produk yang sudah jadi dicek kembali dengan cara uji sampel. Setelah selesai proses pengemasan sekunder kemudian produk siap untuk didistribusikan,” jelas dia.
Hingga kini market share Tolak Angin Sidomuncul di kelas obat cair mendominasi hingga 70 persen. Penjualan produk ini mencapai 3 juta sachet per bulan, lebih tinggi dibanding rata-rata penjualan pada 2008 sekitar 2,5 juta sachet per bualan.
Variasi Produk dari Tolak Angin sendiri antara lain adalah Tolak Angin Flu dan Permen Tolak Angin. Produk paling unggulan dari Sido Muncul saat ini adalah Kuku Bima Ener-G.
Penjualan Kuku Bima Ener-G mencapai 25 juta sachet per bulan, naik hingga 50 persen dibanding rata-rata per bulan per tahun di segmen minuman berenergi. Kuku Bima Ener-G sudah menjadi market leader secara nasional. Bahkan produk ini telah meraih gelar Top Brand 2008 minuman energi sebagai wujud kepuasan pelanggan.
Sidomuncul saat ini sudah memproduksi produk lebih dari 200 jenis. Perusahaan ini terkenal dengan salah satu jargon “Orang Pintar Minum Tolak Angin”.
“Di akhir kunjungan rombongan SMK Kesehatan Terpadu Surabaya mulai pagi hingga sore di area agrowisata semua dapat bingkisan dari Sidomuncul,” kata Yasin. (*)
Hubungi News Commerce Room TIMES Indonesia di 08-822-2850-8611 KLIK (WA Only)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |
Publisher | : Rochmat Shobirin |