FINA Melarang Atlet Transgender Bersaing dalam Lomba Elit Wanita

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Kongres Luar Biasa Federasi Renang Internasional (FINA) menyetujui melarang perenang transgender untuk bersaing dalam kompetisi wanita jika mereka telah melalui bagian mana pun dari proses pubertas pria.
Kebijakan baru, yang disahkan dengan 71% suara dari 152 anggota FINA itu digambarkan sebagai langkah pertama menuju inklusi penuh untuk atlet transgender.
Advertisement
Dokumen kebijakan setebal 34 halaman itu menyebutkan, bahwa atlet transgender pria-ke-wanita masih memenuhi syarat untuk bersaing dalam kategori wanita, asalkan mereka tidak mengalami bagian dari pubertas pria di luar Tanner Tahap 2 (yang menandai dimulainya perkembangan fisik), atau sebelum usia 12 tahun, mana yang lebih tua.
Keputusan itu dibuat saat kongres umum luar biasa di Kejuaraan Dunia yang saat ini sedang berlangsung di Budapest yang menerima 196 suara setuju dari 274 suara yang diberikan.
Presiden FINA Husain Al-Musallam.
Perubahan aturan secara efektif melarang perenang transgender untuk bersaing dalam kompetisi wanita jika mereka telah melalui bagian mana pun dari proses pubertas pria.
Ini berarti perenang perguruan tinggi transgender Amerika, Lia Thomas, yang telah menyatakan keinginannya untuk bersaing memperebutkan tempat di Olimpiade, akan diblokir untuk berpartisipasi dalam kategori wanita.
Keputusan itu dibuat setelah anggota FINA mempertimbanhkan dengan mendengar laporan dari satgas transgender yang terdiri dari tokoh-tokoh terkemuka dari dunia kedokteran, hukum dan olahraga.
"Pendekatan FINA dalam menyusun kebijakan ini komprehensif, berbasis sains dan inklusif, dan yang terpenting, pendekatan FINA menekankan keadilan kompetitif," kata Direktur Eksekutif Badan Pengatur, Brent Nowicki.
Presiden FINA, Husain Al-Musallam juga mengatakan organisasi ini berusaha untuk melindungi hak-hak para atlet untuk bersaing tetapi juga untuk melindungi keadilan yang kompetitif.
"FINA akan selalu menyambut setiap atlet. Penciptaan kategori terbuka akan berarti bahwa setiap orang memiliki kesempatan untuk bersaing di tingkat elit. Ini belum pernah dilakukan sebelumnya, jadi FINA perlu memimpin. Saya ingin semua atlet merasa diikutsertakan dalam mengembangkan ide-ide selama proses ini," katanya.
Mantan perenang Inggris Sharron Davies, yang menentang partisipasi transgender dalam renang elit wanita itu mengatakan kepada BBC Sport bahwa dia "sangat bangga dengan FINA".
"Empat tahun lalu, bersama dengan 60 peraih medali Olimpiade lainnya, saya menulis kepada IOC dan berkata 'Tolong lakukan sains dulu' dan tidak ada badan pengatur yang melakukan sains sampai sekarang," katanya.
"Itulah yang telah dilakukan FINA. Mereka telah melakukan sains, mereka memiliki orang yang tepat, mereka telah berbicara dengan para atlet, dan pelatih. Berenang adalah olahraga yang sangat inklusif, kami senang semua orang datang dan berenang dan terlibat. Tetapi landasan olahraga adalah bahwa itu harus adil dan harus adil untuk kedua jenis kelamin," katanya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |