Olahraga

Dari Doa Ibu ke Podium Emas, Kisah Athallah Ahza di PON XXI 2024

Selasa, 17 September 2024 - 14:35 | 22.05k
Athallah Ahza atlet menembak Provinsi Riau peraih medali emas di nomor nomor 10m air rifle men cabang olahraga menembak Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024 dipeluk ibunya di Lapangan Tembak Rindam, Mata Ie, Aceh Besar. (ANTARA/M Ifdhal)
Athallah Ahza atlet menembak Provinsi Riau peraih medali emas di nomor nomor 10m air rifle men cabang olahraga menembak Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024 dipeluk ibunya di Lapangan Tembak Rindam, Mata Ie, Aceh Besar. (ANTARA/M Ifdhal)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Di balik sorotan dan gegap gempita Lapangan Tembak Indoor Rindam, Mata Ie, Aceh Besar, ada sosok yang tak kalah penting dalam kesuksesan Athallah Ahza. Patrisiatau, seorang ibu berhijab hitam, duduk khusyuk di barisan penonton, bibirnya bergerak lirih mengucap doa. Doa yang terus mengalir sepanjang pertandingan, memohon pada Sang Maha Kuasa agar anaknya, Athallah Ahza, berhasil menorehkan prestasi di ajang bergengsi Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024.

Athallah, atlet menembak PON XXI 2024 asal Riau yang turun di nomor 10m air rifle men, bukan sekadar berlaga atas namanya sendiri, melainkan juga membawa harapan dan doa keluarganya, terutama ibunya. Patrisiatau selalu setia dengan ritual doa di setiap sesi pertandingan. Malam itu, di saat-saat kritis, dukungan moril dari sang ibu tampaknya memberi kekuatan tersendiri bagi Athallah untuk mengunci target demi target dengan tenang.

Advertisement

Kemenangan Bersejarah  Athallah Ahza

Pertandingan final yang menegangkan itu akhirnya mencapai titik klimaks. Dengan penuh presisi dan ketenangan, Athallah menembak sasaran terakhirnya dan mengakhiri pertandingan dengan skor 247,9 poin, hanya unggul tipis dari Anang Febrian asal Kalimantan Tengah yang mencatatkan 247,7 poin. Kemenangan tersebut memastikan Athallah meraih medali emas pertamanya dalam debut di PON XXI.

Air mata Patrisiatau membuncah ketika nama putranya disebut sebagai juara. Dia segera memeluk Athallah, tangis haru pecah di antara ibu dan anak yang merayakan keberhasilan setelah satu tahun lebih berlatih keras dan mempersiapkan diri.

Patrisiatau tidak hanya mendukung Athallah dari segi doa, tetapi juga memastikan putranya siap secara mental dan emosional. Sejak awal persiapan, ia dan suaminya, Donny Aprizal, mendampingi Athallah dalam berbagai aspek, termasuk memberikan konselor untuk membantu mengelola emosi dan tekanan selama pertandingan. Bagi Patrisiatau, doa adalah senjata terakhir setelah segala usaha yang dilakukan untuk melihat Athallah meraih emas.

Perjalanan Menuju Emas  Athallah Ahza

Athallah, yang masih berusia 16 tahun dan bersekolah di SMAN 8 Pekanbaru, memulai perjalanannya di dunia menembak sejak kelas 5 SD. Walaupun tidak berasal dari keluarga militer, kecintaan terhadap olahraga ini datang dari ayahnya yang aktif di Perbakin Riau. Dukungan penuh dari orang tua menjadi pondasi kuat bagi Athallah untuk terus berkembang dan mencapai puncak prestasinya.

Kesuksesan Athallah di PON XXI bukan hanya pencapaian individu, tetapi juga wujud dari kolaborasi keluarga yang saling mendukung. Patrisiatau selalu mengingatkan putranya untuk tetap rendah hati, tekun berlatih, dan yang paling penting, tidak melupakan shalat di manapun ia berada.

Masa Depan Cerah  Athallah Ahza

Medali emas di nomor 10m air rifle men menjadi awal yang gemilang bagi Athallah. Dengan tekad yang kuat, ia berjanji akan terus memperbaiki diri, belajar dari setiap pertandingan, dan mempersiapkan diri untuk kompetisi berikutnya. Dukungan tak henti dari ibu dan ayahnya menjadi sumber kekuatan yang tak ternilai, membuat Athallah semakin mantap melangkah dalam karier olahraganya.

Ketekunan, ketenangan, dan doa sang ibu menjadi kunci utama keberhasilan Athallah di Bumi Serambi Mekkah. Ini bukan sekadar kemenangan di arena menembak, tetapi juga kemenangan hati dan semangat keluarga yang tak pernah padam.

Kesuksesan Athallah Ahza di PON XXI Aceh-Sumut 2024 tak hanya akan dikenang sebagai pencapaian pribadi, tetapi juga menjadi inspirasi bagi para atlet muda lainnya. Kisahnya adalah bukti bahwa di balik setiap prestasi besar, ada perjuangan yang tak kenal lelah, baik dari atlet itu sendiri maupun dari keluarga yang mendukungnya tanpa henti.

Athallah mengakui bahwa setiap langkah menuju kemenangan tidaklah mudah. Selain menghadapi persaingan ketat dari para atlet terbaik di Indonesia, ia juga harus terus mengasah kemampuan dalam menjaga fokus dan ketenangan. Dukungan mental yang diberikan oleh konselor menjadi salah satu kunci dalam menjaga keseimbangan emosinya, terutama saat menghadapi tekanan besar di ajang seperti PON.

Namun, tak ada yang lebih menenangkannya selain keberadaan ibunya di tribun penonton. Sosok Patrisiatau, yang dengan penuh ketulusan dan keikhlasan memanjatkan doa untuk anaknya, memberikan ketenangan tersendiri bagi Athallah di tengah ketegangan kompetisi. Setiap kali ia menarik pelatuk senapan, bayangan ibunya yang berdoa di kejauhan memberinya keyakinan bahwa ia tidak sendirian.

Harapan dan Impian yang Masih Panjang

Setelah sukses di PON, Athallah tidak ingin berpuas diri. Dengan medali emas pertama yang tergantung di lehernya, ia tahu bahwa perjalanan kariernya sebagai atlet menembak masih sangat panjang. Ke depan, ia berharap dapat mewakili Indonesia di kompetisi internasional, seperti SEA Games atau bahkan Olimpiade.

Keinginan ini bukanlah mimpi yang tak berdasar. Dengan tekad baja, latihan yang disiplin, serta dukungan dari keluarga dan pembinaan yang tepat, Athallah siap menorehkan prestasi di panggung yang lebih besar. "Ini baru langkah awal. Saya ingin terus berjuang, memperbaiki teknik dan mental agar bisa membawa nama Indonesia di tingkat internasional," ujarnya dengan penuh semangat.

Doa yang Tak Pernah Putus

Patrisiatau dan Donny Aprizal, sebagai orang tua, tidak pernah berhenti memberikan yang terbaik bagi anaknya. Mereka menyadari bahwa di balik segala latihan fisik dan teknik yang dijalani Athallah, doa tetap menjadi senjata paling ampuh. "Kami hanya bisa berusaha semaksimal mungkin, tetapi pada akhirnya, semua tergantung pada kehendak Allah. Itulah yang selalu kami tanamkan pada Athallah," ujar Patrisiatau dengan haru.

Sukses Athallah tidak hanya mencerminkan kerja kerasnya sendiri, tetapi juga keteguhan hati orang tua yang selalu berada di belakang layar. Keberhasilan di lapangan tembak Aceh-Sumut itu adalah buah dari ikhtiar panjang yang tidak mengenal kata menyerah, dan doa yang tak pernah putus di setiap langkah.

Kisah Athallah Ahza dan keluarganya di PON XXI Aceh-Sumut 2024 adalah potret nyata dari perjuangan, keteguhan, dan cinta. Sebuah perjalanan yang penuh dengan tantangan, tetapi juga dipenuhi dengan harapan dan keyakinan. Dari doa seorang ibu hingga keringat yang mengalir di medan pertandingan, semua berpadu menjadi kekuatan tak terlihat yang membawa Athallah menuju podium kemenangan.

Kemenangan ini bukanlah akhir dari segalanya, melainkan sebuah awal dari perjalanan panjang yang lebih besar. Dengan semangat yang terus berkobar, serta dukungan penuh dari keluarga dan masyarakat, Athallah siap menorehkan sejarah baru dalam dunia olahraga menembak Indonesia. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES