Marak Kendaraan Listrik, Begini Cerita Plus-Minus Penggunaan Motor Listrik di Probolinggo
TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Penggunaan kendaraan listrik belakangan booming di Probolinggo, Jawa Timur. Penggunanya menjamur, kemudian membentuk komunitas. Ada komunitas Nyang Manyang dan komunitas Asparagus yang ke mana-mana menggunakan sepeda listrik.
Nah, di antara pengguna kendaraan listrik tersebut, pengurus GP Ansor Kabupaten Probolinggo dan GP Ansor Kraksaan, kabupaten setempat, termasuk yang paling awal menikmati kendaraan berpenggerak listrik.
Advertisement
Pengurus Badan Otonom Nahdlatul Ulama atau NU yang bergerak di bidang kepemudaan dan kemasyarakatan ini, menggunakan kendaraan listrik sejak Februari lalu. Tepatnya pada momen Harlah ke-96 NU.
Namun, yang digunakan bukan sepeda listrik. Melainkan motor listrik.
Ketua PC GP Ansor Kabupaten Probolinggo, Misbahul Munir menjajal motor listrik Merek Gesits (FOTO: Misbahul Munir for TIMES Indonesia
Motor listrik itu diberi Ketua Komisi VI DPR RI, Faisol Riza. Sejak 9 bulan terakhir digunakan, jarak tempuh yang telah dilalui sudah cukup panjang. Motor yang menggunakan tenaga listrik itu, harus banyak beradaptasi dengan kondisi jalan di Kabupaten Probolinggo yang tak semuanya mulus.
Sebagaimana yang dirasakan para pengurus PC GP Ansor Kabupaten Probolinggo dan Kota Kraksaan, motor listrik jenis matic dengan Merek Gesits itu, belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat dengan berbagai kondisi.
Terlebih lagi, kondisi jalan di Kabupten Probolinggo tidak semua mulus. Masih banyak jalan rusak dan berbatu. Bahkan, separo wilayahnya masuk pada daerah dataran tinggi atau pegunungan. Tentu, motor baru itu harus banyak beradaptasi.
Di jalan datar, motor listrik jenis matic itu mampu berlari hingga kecepatan maksimal 70 km/jam. Tentu, tak bisa dibandingkan dengan motor matic berbahan bakar minyak atau bensin. Semakin cepat lari kendaraan, otomatis saving battrey akan semakin boros.
Sedangkan di jalan dengan kondisi menanjak, motor listrik tersebut harus berusaha lebih keras lagi. Bahkan, jalur menanjak seperti di daerah Sukapura, Sumber, Krucil dan daerah lainnya, motor tersebut bisa dibilang tak cukup mampu. Jika jalannya menanjaknya tak begitu ekstrim, motor itu masih bisa berjalan dengan mengurangi bobot.
Namun, motor ini sudah cukup mampu memuaskan pengendaranya untuk bisa sampai pada lokasi tujuan dengan kondisi berjalan santai.
Bagi pengurus Ansor, motor tersebut sudah lebih dari cukup untuk membantu aktifitasnya dalam menghadiri sejumlah kegiatan di dalam desa dan kecamatan. Terutama di tempat yang kondisi jalannya datar.
"Setiap hari saya menempuh sekitar 30 km/jam. Itu cukup dalam sekali charging. Isi dayanya makan waktu selama 3 jam sampai penuh," ungkap Ketua PC GP Ansor Kabupaten Probolinggo, Misbahul Munir.
Selama ini, motor listrik itu berjalan baik. Sempat, dirinya membawa motor tersebut ke daerah Pasirian Lumajang. Selama perjalanan, tidak sedikitpun mengalami kendala di jalanan. Batrey yang dihabiskan sekitar 2 batray dalam dua kali charging.
Motor listrik ini sejatinya memiliki banyak manfaat, di antaranya, bebas polusi dan ekonomis. Penggunanya tak perlu lagi melakukan perawatan ganti oli seperti motor pada umumnya setiap bulan.
Hanya saja, untuk digunakan Kabupaten Probolinggo, memiliki sisi kekurangan. Yaitu tidak tersediakan terminal charging di jalanan dan kemampuan mesin untuk menaklukkan jalanan menanjak.
"Kalo di kota besar kan bisa isi ulang batrey lebih cepat. Kalo di sini harus charging sendiri 3 jam. Dan mesinnya tidak kuat nanjak. Itu saja kekurangannya. Selebihnya baik. Tergantung siapa yang pakai," kata Munir.
Hanya saja, pengguna motor listrik ini tak perlu lagi harus bingung-bingung mengantre bahan bakar di pom bensin. Sebab, motor itu cukup melakukan charging di rumah atau tempat-tempat yang menyediakan charging listrik.
Jika digunakan dalam kondisi normal dalam desa atau kecamatan, motor listrik tersebut cukup diisi daya sekali dalam 1x24 jam. Sehingga cost pengeluaran pribadi banyak berkurang dan lebih hemat. Hanya saja, itu berdampak pada naiknya biaya liatrik rumah setiap bulan.
"Biasanya setiap bulan Rp 30 ribu bertambah jadi Rp 45 ribu perbulan. Tapi dibandingkan beli bensin memang lebih irit pakai kendaraan listrik ini," ungkap Bashori, Ketua PAC GP Ansor Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Muhammad Iqbal |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |