Toyota Hentikan Operasional 14 Pabrik Perakitannya di Jepang Ini Penyebabnya..
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Toyota Motor Corp mulai Selasa (29/8/2023) pagi menghentikan operasional seluruh, 14 pabriknya di Jepang karena kegagalan sistem, meski hal itu tampaknya bukan serangan siber.
Menurut juru bicara produsen mobil Jepang tersebut, pabrik tersebut tidak bisa memesan suku cadang kendaraan mulai Selasa pagi, dan kapan operasi akan dilanjutkan, masih belum jelas.
Advertisement
Dilansir Xinhua, Seluruh pabrik di 25 lini produksi terkena dampaknya, kecuali pabrik Miyata di Prefektur Fukuoka dan Pabrik Daihatsu Motor Co di Kyoto, kata produsen mobil tersebut.
Produsen mobil terbesar di dunia itu tidak memberikan rincian lain mengenai insiden yang dimulai sejak Selasa pagi itu.
"Empat belas pabrik kendaraan, yang mempengaruhi 25 lini, tidak bisa memproses pesanan suku cadang karena kesalahan sistem. Pada titik ini, kami yakin ini bukan serangan siber," kata juru bicara Toyota kepada AFP.
"Kami akan terus menyelidiki penyebab masalah ini dan akan memulihkannya sesegera mungkin," tambahnya.
Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan paling penting dan dihormati di Jepang, dan aktivitas produksinya mempunyai dampak yang sangat besar terhadap perekonomian negara.
Toyota terkenal dengan efisiensinya dan sistem produksi "just-in-time" yang hanya menyediakan pengiriman kecil suku cadang yang diperlukan dan barang-barang lainnya pada berbagai tahap proses perakitan.
Praktik ini meminimalkan biaya sekaligus meningkatkan efisiensi dan dipelajari oleh produsen lain dan sekolah bisnis di seluruh dunia, namun juga memiliki risiko.
Raksasa otomotif ini mempertahankan posisi teratas dalam penjualan otomotif global selama tiga tahun berturut-turut pada tahun 2022, namun sebagian besar industri otomotif telah berjuang melawan tantangan pandemi dan dampak dari kekurangan chip global.
Meski begitu, Toyota menargetkan memperoleh laba bersih tahunan sebesar 2,58 triliun yen, naik 5,2 persen dibandingkan tahun lalu, dan penjualan sebesar 38 triliun yen untuk tahun fiskal hingga Maret 2024.
Produsen mobil besar menikmati lonjakan permintaan global yang kuat setelah pandemi COVID-19 memperlambat aktivitas manufaktur.
Kekurangan semikonduktor yang parah telah membatasi kapasitas produksi sejumlah produk mulai dari mobil hingga ponsel pintar.
Toyota mengatakan pasokan chip membaik dan telah menaikkan harga produk serta bekerja sama dengan pemasok untuk mengembalikan aktivitas produksi menjadi normal.
Namun, perusahaan masih mengalami keterlambatan pengiriman kendaraan baru ke pelanggan, tambahnya.
Pada bulan Februari tahun lalu, Toyota juga mengalami penghentian satu hari di seluruh pabriknya di negara tersebut setelah pemasok domestiknya Kojima Industries Corp mengalami kegagalan sistem.
Penghentian operasional karena kegagalan sistem itu berdampak pada 28 lini produksi dalam negeri Toyota yang tersebar di 14 pabrik, sehingga berdampak pada produksi sekitar 13.000 kendaraan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Widodo Irianto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |