Pemerintahan

Saat Anak-Anak di Bondowoso Peringati HUT ke-79 RI di Makam Pembabat Desa

Sabtu, 17 Agustus 2024 - 12:35 | 21.43k
Anak-anak dan sejumlah pemuda di Desa Maskuning Kulon saat memperingati HUT ke-79 RI di makam Pembabat Desa (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia)
Anak-anak dan sejumlah pemuda di Desa Maskuning Kulon saat memperingati HUT ke-79 RI di makam Pembabat Desa (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Anak-anak di Desa Maskuning Kulon Kecamatan Pujer Kabupaten Bondowoso, memiliki cara unik dalam merayakan HUT ke-79 RI

Momen peringatan kemerdekaan Republik Indonesia ini dimanfaatkan dengan baik warga Maskuning Kulon untuk mengambil pelajaran dan merenung tentang arti kemerdekaan. 

Advertisement

Anak-anak-dan-sejumlah-pemuda-2.jpg

Pada peringatan HUT RI ke-79 ini, kumpulan pemuda dan anak-anak di desa  melaksanakan pengibaran sekaligus penancapan bendera merah putih di makam para pembabat dan seluruh pemimpin desa dari masa ke masa, Sabtu (17/8/2024). 

Total ada 79 warga yang terdiri dari anak-anak dan pemuda mendatangi komplek pemakaman di desa sambil membawa bendera merah putih. 

Kegiatan tersebut diinisiasi oleh Padepokan Nyai Surti dan Desa Kreasi—Desa Maskuning Kulon. 

Founder Desa Kreasi sekaligus Kordinator Lapangan, Utsman Ali mengatakan, kegiatan ini merupakan kegiatan rutin tahunan di desanya dalam memperingati hari kemerdekaan.

“Ini merupakan kegiatan rutin kami, kami bersama masyarakat, melibatkan anak-anak melaksanakan upacara di makam para pembabat dan pemimpin desa,” kata dia. 

Bagi masyarakat Maskuning Kulon, pembabat dan pemimpin desa merupakan bagian pahlawan desa dimana mereka dilahirkan. 

“Dan momen kemerdekaan inilah bagi kami yang paling tepat untuk mengenang segala teladannya,” jelas Utsman.

Sementara founder Padepokan Nyai Surti, Afifi mengatakan, kegiatan upacara ini adalah langkah filosofis yang diharapkan dapat memberi inspirasi bagi generasi selanjutnya.

“kita bersama warga juga melaksanakan selamatan desa di makam pembabat desa Maskuning Kulon,” terang dia. 

Mengenang para pahlawan mesti dimulai sedini mungkin. Salah satunya dengan cara mengajak langsung anak-anak ke makam pembabat dan pemimpin desa. Hal ini dinilainya menjadi salah satu langkah yang tepat. 

Sementara terlibat dalam kegiatan ini kata dia adalah anak-anak, pemuda, beserta para orang tua, beserta elemen masyarakat lainnya. Dan semuanya murni dilaksanakan secara gotong royong.

Kegiatan itu sebagai wujud rasa terima kasih warga desa kepada leluhur. Tentu dengan niat menjaga, melestarikan serta berusaha memanfaatkan segala potensi yang ada dengan sebaik-baiknya. 

“Kita tetap meyakini, bahwa leluhur tetap hidup menjaga kita semua,” terang alumnus Pondok Pesantren Darul Ulum Banyuanyar tersebut.

Pihaknya berharap, segala tradisi dan kebudayaan yang ada di desa hendaknya terus dirawat. Masyarakat bagi Afif seyogyanya memang sudah sangat berdaya atas itu semua.

Menurutnya, masyarakat desa sudah sangat berdaya. Tentu dengan daya masing-masing. Segala daya yang ada itulah suatu bentuk beradabnya masyarakat desa. 

“Jadi jangan sampai diantara kita menyepelekan itu semua. Saya mewakili anak-anak desa hanya ingin menyampaikan, berbanggalah! Salam lestari,” tegas Afif. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES