Pemerintahan

Pemkab Banyuwangi Siap Usulkan Lontar Tawang Alun sebagai Ingatan Kolektif Nasional 2025

Sabtu, 05 Juli 2025 - 11:00 | 8.07k
Naskah kuno, Lontar Tawang Alun. (FOTO: Wiwin Indiarti for TIMES Indonesia)
Naskah kuno, Lontar Tawang Alun. (FOTO: Wiwin Indiarti for TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi melalui Dinas Perpustakan dan Kearsipan (Dispusip), resmi membentuk tim untuk mengusulkan Lontar Tawang Alun sebagai dari Ingatan Kolektif Nasional (IKON) 2025.

Inisiatif ini merupakan langkah strategis dalam melestarikan naskah kuno yang sarat nilai sejarah, spiritualitas, dan identitas budaya Bumi Blambangan.

Advertisement

Tim pengusul diketuai oleh peneliti naskah kuno dari Universitas PGRI Banyuwangi, Wiwin Indiarti, dan beranggotakan pustakawan, budayawan, serta pegiat naskah kuno.

Naskah kuno yang diusulkan, merupakan koleksi pribadi salah seorang trah Prabu Tawang Alun, Wahyu Naga Pratala, yang tinggal di Lingkungan Manggisan, Kelurahan Lateng, Banyuwangi.

Pemkab-Banyuwangi-Siap-Usulkan-Lontar-Tawang-Alun-sebagai-Ingatan-Kolektif-Nasional-2025-b.jpgFoto bersama tim pengusul bersama Dispusip Banyuwangi. (FOTO: Wiwin Indiarti for TIMES Indonesia)

Lontar Tawang Alun ragam tembang merupakan manuskrip yang sangat langka. Berdasarkan penelusuran sejauh ini, naskah koleksi, Wahyu Naga Pratala, adalah satu-satunya Lontar Tawang Alun versi tembang yang masih utuh.

Naskah ini diwariskan secara turun-temurun dalam keluarga bangsawan Blambangan dan menyimpan jejak sejarah panjang dari masa Tawang Alun, keruntuhan Blambangan akibat intervensi VOC, hingga transisi wilayah menjadi Banyuwangi.

“Naskah ini saya dapat dari Bapak saya, Mas Soepranoto. Sejak dulu saya merawatnya sebagai pusaka keluarga, tapi saya sadar, nilai yang dikandungnya bukan hanya milik keluarga kami, melainkan bagian dari warisan kultural Blambangan yang harus dijaga bersama,” kata Wahyu Naga Pratala, Jum’at (4/7/2025).

Kepala Dispusip Banyuwangi, Zen Kostolani, menyebut bahwa pengusulan ini sebagai upaya kolektif menyelamatkan warisan intelektual lokal.

“Ini bukan sekadar pelestarian dokumen, tapi penguatan jadi diri Banyuwangi. Naskah ini merekam memori Blambangan yang penting bagi sejarah bangsa,” ujarnya.

Ketua Dewan Kesenian Blambangan (DKB), Hasan Basri, menilai pengusulan Lontar Tawang Alun sebagai bagian dari kerja kebudayaan yang selama ini luput dari sorotan utama.

“Naskah ini adalah pondasi narasi kebudayaan Banyuwangi. mengangkatnya berarti mengangkat suara yang selama ini tertindih oleh sejarah resmi,” tutur Kang Son, sapaan akrab Hasan Basri.

Senada dengan Hasan, Ketua Majelis Kehormatan DKB, Samsudin Adlawi, menyebut bahwa Lontar Tawang Alun sebagai dokumen penting yang merekan silsilah kerajaan, nilai-nilai spiritual, hingga perlawanan terhadap kolonialisme.

“Lontar Tawang Alun memuat peta sejarah politik dan budaya masyarakat Blambangan dari masa kejayaan hingga transisi kolonial,” bebernya.

Sementara itu, ketua tim pengusul IKON, Wiwin Indiarti, menyoroti kekuatan naskah ini dalam mempresentasikan kesetaraan gender. Menurutnya, tokoh-tokoh seperti Mas Ayu Tunjung Sekar, Mas Ayu Melok, dan Sayu Wiwit, hadir sebagai pemimpin, patih, bahkan panglima perang.

“Ini menunjukkan bahwa sejak masa lalu, masyarakat Blambangan sudah menempatkan perempuan sebagai aktor utama dalam sejarah,” cetus Wiwin.

Sebagai langkah lanjutan, Wiwin mengungkapkan bahwa tim pengusul akan menyusun dokumen akademik, kajian historis, serta deskripsi dan bukti fisik naskah dalam waktu satu bulan.

Seluruh berkas akan diajukan ke Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sebagai bagian dari tahapan seleksi IKON 2025. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES