Ini Cerita Kampus Nurul Jadid yang Kini Jadi Universitas

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Univeritas Nurul Jadid yang diresmikan Menteri Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi (Menristek Dikti) Mohamad Nasir, merupakan hasil peleburan (merger) tiga perguruan tinggi sekaligus di lingkungan Pondok Pesantren Nurul Jadid, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Yaitu Institut Agama Islam (IAI) Nurul Jadid, Sekolah Tinggi Teknologi (STT) Nurul Jadid, dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Nurul Jadid.
Cikal bakal perguruan tinggi di lingkungan pesantren ini bermula dari musyawarah alim ulama di Lumajang. Musyawarah itu merekomendasikan pendirian akademi dakwah. Singkat cerita, berdirilah ADIPNU di Pondok Pesantren Nurul Jadid.
Advertisement
"Dan kami mahasiswa pertamanya, tahun 1969," kenang Ketua Yayasan yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Moh Zuhri Zaini, Minggu (29/10/2017).
Setelah itu, perguruan tinggi ini dilepas NU karena Nurul Jadid dinilai sudah mandiri. Kemudian dibukalah fakultas syariah dan tarbiyah, hingga status perguruan tinggi berubah menjadi Institut Agama Islam (IAI).
Seiring berjalannya waktu, muncul kursus-kursus komputer di pesantren yang didirikan KH. Zaini Abdul Mun'im ini. Kursus ini berkembang secara berurutan menjadi AKOMI, STIKMI dan Sekolah Tinggi Teknologi (STT).
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) menjadi perguruan tinggi paling muda. Perguruan tinggi ini berdiri atas desakan masyarakat pada tahun 2009.
"Harapannya ke depan semakin berkembang dan melahirkan lulusan yang kompeten dan berdaya saing tinggi. Unggul Ilmu Pengetahuan Teknologi, spiritual, Iman dan Taqwa serta aklaqul karimah," ujar KH. Zuhri.
Menurutnya, keunggulan dalam ilmu pengetahuan tanpa iman, taqwa dan akhlaqul karimah, justru akan jadi boomerang. Beliau lantas menyebut ada tiga jenis sarjana.
Pertama, sariana yang menjadi sirojuna (pelita). Yang kedua, sarjana sirjina (kotoran binatang) yang meresahkan masyarakat. Yang ketiga, sarjana yang masyarakat (syarrun jana).
Dengan peralihan status menjadi universitas, pengasuh berharap kampus ini dikembangkan secara komprehensif dan menyeluruh. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Ahmad Sukmana |
Sumber | : TIMES Probolinggo |