Kemenperin Dorong Industri Halal Melalui Santripreneur

TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Menjawab perkembangan industri halal yang cukup pesat saat ini, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melalui Direktorat Jendral Industri Kecil dan Menengah (IKM) mendorong pelaksanaan program Santripreneur untuk menumbuhkan wirausaha industri halal baru di lingkungan pondok pesantren.
“Kita sebenarnya tidak hanya mengangkat produk halal di sini (Pondok Pesantren Sunan Drajat, red),” kata Direktur Jenderal IKM Gati Wibawaningsih di sela-sela Wisuda Sarjana S-1 Angkatan ke-Vl dan Dies Natalis Institut Sunan Drajat (Insud) Lamongan, Jawa Timur (INSUD), Minggu (26/11/2017).
Advertisement
Berdasarkan data Thompson dan Reuters tentang Global Islamic Economy Report 2016/2017, tren industri halal terus meningkat terlihat dari tingginya volume belanja produk halal global pada tahun 2015 yang mampu mencapai 1,89 triliun dollas AS dan diperkirakan akan meningkat hingga 3 triliun dollar As pada tahun 2021.
Selain itu, data tentang pengeluaran terbesar konsumen muslim di dunia menunjuk ke sektor makanan dan minuman halal sebesar USD 1,173 triliun di tahun 2015 dan diprediksi akan mencapai USD 1,914 triliun di tahun 2021.
“Inti program dari Kementerian Perindustrian di Pondok Pesantren Sunan Drajat ini membuat teman-teman santri ini menjadi santripreneur,” ujarnya.
Sebab, menurutnya, pondok pesantren memiliki potensi dalam penyediaan sumber daya manusia, santri yang berkualitas, ulet, sabar, jujur dan tekun. “Pondok pesantren juga memiliki potensi pemberdayaan ekonomi, mendirikan koperasi, mengembangkan berbagai unit bisnis atau industri berskala kecil dan menengah dan memiliki inkubator bisnis," ucapnya.
Apalagi, data dari Kementerian Agama Tahun 2014-2015, jumlah pondok pesantren di Indonesia ada sebanyak 28.961 yang tersebar di seluruh provinsi dengan total santri sekitar 4.028.660 santri. Dari total 28.961 pondok pesantren, sekitar 23.331 pondok pesantren 80 persen diantaranya tersebar di empat provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Banten.
Atas potensi itu, Kemenperin telah menyiapkan beberapa program untuk mengembangkan pemberdayaan ekonomi berbasis pondok pesantren dan menumbuhkembangkan semangat kewirausahaan di kalangan santri maupun alumni santri.
Gati menuturkan, model Penumbuhan Wirausaha Industri Baru dan Pengembangan Unit Industri di lingkungan pondok pesantern atau dikenal dengan program Santri Berindustri, menjadi model yang pertama. “Santri Berindustri, dia bikin industri nantinya kita arahkan mereka menjadi wirausaha yang bikin industri,” tuturnya.
Program Santri Berindustri memiliki tujuan menumbuhkan dan mengembangkan unit industri dan wirausaha industri baru di pondok pesantren melalui pengembangan unit industri yang telah ada serta menumbuhkan unit industri baru yang potensial di pondok pesantren. “Program ini dilakukan melalui pengembangan unit industri yang telah ada dan menumbuhkan unit baru yang potensial serta pengembangan sumber daya manusia,” ucap Gati.
Sebagai implementasi dari program Santri Berindustrian di tahun 2017 ini, Kemenperin telah menyelenggarakan beberapa bimbingan teknis disertai dengan fasilitasi bantuan mesin dan peralatan di Pondok Pesantren Sunan Drajat. “Yang berindustri kita sudah fasilitasi untuk pelatihan alas kaki untuk pelatihan LED kemudian besok kita akan adakan pelatihan kecap awal kita adakan pengolahan pangan dari bahan baku ikan,” katanya.
Program kedua, sambung Gati, yakni Santri Berkreasi, adalah program yang bertujuan mendidik dan mengembangkan potensi kreatif para santri di bidang produksi dan mencetak kreatifpreneur di lingkungan pondok pesantren. “Santri berkreasi itu adalah kita bikin para santri itu nanti kreatif,” ujarnya.
Ia mengatakan, program ini akan bekerjasama dengan Asosiasi Industri Animasi dan Konten Indonesia (AINAKI) yang akan mulai berjalan pada tahun 2018. Sebagai pilot project di bulan November 2017 ini Ditjen IKM telah memfasilitasi sebanyak 3 santri untuk mengikuti pelatihan animasi selama 3 minggu di Bali Creative Industry Center (BCIC) Denpasar, Bali. “Di Bali itu tempat untuk mendidik orang-orang supaya kreatif, kreatif memproduksi barang industri, yang IT kreatif memproduksi game kemudian film-film animasi,” ucapnya.
Lebih lanjut Gati berharap dengan sinergi yang dibangun antara Kementerian Perindustrian dengan Pondok Pesantren Sunan Drajat dapat meningkatkan jumlah wirausaha industri baru dan berkontribusi mengembangkan pemberdayaan ekonomi berbasis pondok pesantren yang pada akhirnya berdampak positif terhadap ekonomi nasional. “Saya yakin Institut Sunan Drajat memiliki peran strategis untuk turut serta dalam membina masyarakat umum sebagaimana salah satu kewajiban perguruan tinggi yaitu melakukan pengabdian kepada masyarakat,” kata Gati.
“Perguruan tinggi termasuk tentunya Institut Sunan Drajat ikut bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan yang baik, serta memberikan pendidikan dan membekali kewirausahaan bagi para mahasiswa-mahasiswinya,” ujar Gati menambahkan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Ahmad Sukmana |