Pendidikan

Hadapi Industri Digital, UB-TIMES Indonesia Rumuskan Kurikulum Kompetensi

Jumat, 23 November 2018 - 15:17 | 56.70k
CEO TIMES Indonesia, Khoirul Anwar (paling kiri), bersama para dosen FISIP UB usai Semiloka yang digelar Prodi Magister Komunikasi UB, Jumat (23/11/2018).
CEO TIMES Indonesia, Khoirul Anwar (paling kiri), bersama para dosen FISIP UB usai Semiloka yang digelar Prodi Magister Komunikasi UB, Jumat (23/11/2018).
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Menghadapi industri digital dan revolusi industri 4.0, perguruan tinggi di Indonesia harus menyiapkan kurikulum yang sesuai dengan kompetensi yang ada. Terutama dalam sektor komunikasi, teknologi dan informasi. Karenanya, Prodi Magister Komunikasi Universitas Brawijaya (UB) bersama TIMES Indonesia bersinergi merumuskan kurikulum kompetensi.

Perumusan kurikulum tersebut digelar di kampus setempat, Jumat (23/11/2018) dengan dikemas melalui Seminar Lokakarya (Semiloka) Kurikulum Program Studi Magister Komunikasi Universitas Brawijaya bersama para praktisi. Peserta diikuti oleh para dosen ilmu komunikasi FISIP UB.

Advertisement

Semiloka-2.jpg

Menurut Ketua Prodi Magister Komunikasi UB, Rachmat Kriyantono, tujuan semiloka adalah untuk mendapatkan masukan-masukan dari para pakar dan praktisi untuk menyusun kurikulum baru agar dapat memenuhi tuntutan perkembangan masyarakat.

“Hasil Semiloka ini akan dirumuskan oleh tim kurikulum yang diketuai Maulina Pia Wulandari. Nantinya akan menjadi kurikulum yang lengkap sehingga dapat diterapkan pada 2019,” jelas dosen yang karib disapa RK itu.

Perguruan tinggi, katanya, memang memiliki peran untuk menyiapkan tenaga-tenaga handal yang dapat berkiprah di masyarakat dan dunia industri. Karenanya, ketersediaan kurikulum yang berkualifikasi kompetensi menjadi keniscayaan.

Tantangan ini makin besar dirasakan di tengah perubahan masyarakat akibat stimulus perkembangan teknologi komunikasi. “Semiloka ini merupakan wujud sinergisitas antara dunia kampus dengan dunia industri,” katanya.

Semiloka itu menghadirkan para praktisi media dan komunikasi. Salah satunya bekerja sama dengan TIMES Indonesia Network (TIN) dengan menghadirkan CEO TIMES Indonesia, Khoirul Anwar, M.Pd.

Selain itu, juga diundang sebagai pembicara Humas LIPI Kebon Raya Purwodadi, Fitria Wijaya, M.I.Kom dan mantan Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemendikbud yang juga Guru Besar Universitas Indonesia, Prof Ibnu Hamad.

Dari pengalamannya sebagai praktisi media, Khoirul Anwar menyampaikan beberapa gagasannya, bahwa kurikulum harus mencakup beberapa hal pokok. Yakni konstruksi dan perilaku media, disrupsi media, teknologi, dan kebutuhan 4.0 serta kekhasan dan marketing kurikulum.

Kebutuhan kandungan kurikulum tersebut, beber Anwar, sudah dibahas di beberapa even penting internasional. Seperti, pertemuan tahunan WAN-IFRA Asia di Singapura, 23-25 Mei 2018, Asian Editor Forum di Dubai 2-6 Juli 2018, Asian Media Digital di Singapura, 6-8 November 2018.

Selain itu juga World Economic Forum, 2018, yang menghasilkan 10 skill era 4.0. “Selain itu juga hasil riset yang dilakukan oleh Litbang TIMES Indonesia. Jadi, banyak hal yang harus dimasukkan dan ditambahkan dalam kurikulum ilmu komunikasi dan kemediaan,” katanya.

Ketergantungan masyarakat 4.0 pada sistem big data, game, fun, realitas maya, praktis dan cepat yang belum pernah terjadi sebelumnya. “Hal itu membuat media membutuhkan lulusan dengan kualifikasi baik, yang mampu mengonstruksi media 4.0 yang mengarah pada bisnis big data, share of awarness, positive-building content,” kata wakil sekretatis Lembaga Infokom Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini.

Selain itu juga, kata Anwar, dibutuhkan lulusan yang mampu untuk meningkatkan produksi dan konsep Platform baru media yang mengacu pada big data. Seperti Google News Initiative, GMaps Trends, yang mampu mengikuti disrupsi media 4.0, dan memiliki semangat anti Hoaks.

Sementara itu, dari perspektif praktisi humas pemerintah, Fitria Wijaya menyampaikan, bahwa kurikulum harus mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kualifikasi aktif berkomunikasi kepada rakyat dan narasi tunggal dalam berkomunikasi.

“Mampu menyusun agenda setting, dan mampu mendorong keterlibatan publik dalam pengambilan keputusan,” katanya.

Selanjutnya, akademisi tamu, Prof Ibnu Hamad dalam penyampaian materinya menekankan dan menjelaskan, bahwa pentingnya penyusunan kurikulum berdasarkan visi Universitas Brawijaya (UB) dan harus diarahkan memenuhi daya saing lulusan di dunia kerja. Terutama di era digital atau industri digital saat ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rizal Dani
Sumber : TIMES Malang

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES