Pelajar Banyuwangi Belajar Membatik di Sanggar Batik Karang Segoro

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Para pelajar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Banyuwangi, Jawa Timur, belajar membatik di rumah produksi batik Karang Segoro.
Sebanyak 30 pelajar membuat batik bermotif khas Banyuwangi "Gajah Oling" di sanggar batik yang berada di arah menuju Stasiun Karangasem, Kelurahan Bakungan, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, Jumat 04 Oktober 2019 kemarin. Kelihaian tangan perajin batik dalam mengajarkan tahapan proses pembuatan batik sangat gigih.
Advertisement
Pembina sekaligus Guru mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Ani Kurniawati mengatakan bahwa kegiatan ini selain ajang edukasi juga sebagai sarana menanamkan jiwa entreupreunership sebelum ke dunia kerja.
"Ini pertemuan kedua anak-anak sedang melihat proses nglorot, setelah sebelumnya proses mencanting dan mewarnai, dan ini wujud edukasi sepanjang masa, karena ilmunya akan selalu diingat oleh mereka," kata Ani, Sabtu (5/10/2019).
Ani menjelaskan program prakarya ini diagendakan setiap tahun kepada siswa-siswanya untuk membuat sebuah karya batik, baik berupa udeng maupun shall, dan puncak prakarya diharapakan siswa mampu membuat seragam batik secara mandiri.
"Memang direncanakan setiap tahun membuat seragam batik sendiri, jadi sebelumnya praktek membuat yang kecil dulu, ini anak-anak membuat shall dan udeng (ikat kepala khas Suku Using)," jelasnya.
Selain membuat batik, para pelajar juga diajarkan cara mengenakan udeng Banyuwangi secara baik dan benar.
Salah satu siswi Kelas X IPA 2 Naviatun Nadhiva mengatakan rasa kecintaannya pada batik, karena ia merasa senang dapat mengetahui proses membatik dan juga membuat kain batik sendiri.
"Seneng sih bisa membuat batik sendiri, tadi itu kita diajari proses Nglorot kain batik, juga kami membuat kreasi motif gajah oleng," kata Naviatun Nadhiva.
Pemilik rumah produksi batik Karang Segoro, yakni Ibu Is dan keluarganya, telah enam tahun berkecimpung di dunia batik tersebut.
Ia mengungkapan kerap kali disinggahi para pelajar, instansi maupun masyarakat umum untuk sekedar belajar membatik.
"Kita kasih edukasi kepada siswa seperti mencanting, mewarnai hingga proses akhir nglorot. Ya kita berbagi ilmulah disini, jadi tujuan kita ingin membentuk generasi penurus pembatik atau bagi para penghoby pembatik agar hoby.nya dapat tersalurkan," kata Is.
Is menjelaskan momentum hari batik nasional ini membawa berkah tersendiri baginya, lantaran dihari-hari biasa, Is hanya mendapatkan omset sebesar Rp. 5 sampai 10 Juta per bulan, namun omset momen batik nasional dapat mengantongi Rp 50 juta per bulan.
"Alhamdulillah ya setelah ada kebijakan perkantoran wajib memakai batik, penjualan lancar, apalagi Banyuwangi sering dikunjungi wisatawan dan biasanya membeli oleh-oleh batik," kata Is sambil sumringah.
Is menambahkan tren batik yang digemari pasar masih motif gajah oling, tetapi ia selalu menjelaskan kepada konsumennya bahwa motif Banyuwangi sangat beragam, mulai motif Kangkung Setingkes, Paras Gempal, Kopi Pecah dan lain sebagainya. Apalagi yang sekarang lagi tren dan lagi naik daun yaitu motif Blarak Sempal yang menjadi tema Banyuwangi Batik Festival tahun ini. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sholihin Nur |
Sumber | : TIMES Banyuwangi |