Kisah Inspiratif, Mahasiswa UK Petra Gabriela Clara Raih Gelar Ganda di Belanda

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Gabriela Clara, mahasiswa UK Petra (Universitas Kristen Petra) Surabaya yang juga menempuh pendidikan di Belanda lulus dengan gelar ganda (double degree). Dari Universitas Petra, Gaby mendapatkan gelar Sarhana Managemen (S.M) serta dari Saxion University, Belanda mendapatkan gelar Bachelor of Business Administration (B.BA).
Selain itu, Gaby juga mendapatkan kesempatan berharga yaitu beasisea di belanda senilai €5000.
Advertisement
"Awalnya kesempatan itu memang tidak datang tiba-tiba. Saya harus melalui berbagai proses agar saya dinyatakan layak untuk belajar di Belanda. Salah satunya mengikuti ujian IELTS yang mensyaratkan score minimal 7," ungkap Gaby, Senin (27/7/2020).
Lanjutnya, adapun persyaratan lainnya yaitu standart IPK yang sesuai ketentuan Gaby berhasil meraih IPK 3,89 selama kuliah di UK Petra. Kesempatan langka ini pun akhirnya Gaby dapatkan dari program double degree yang ada di UK Petra.
“Puji Tuhan prestasi yang membanggakan ini menjadi modal unik saya untuk mencari kerja dan mengabadikan diri di Indonesia,” ungkap gadis yang sampai saat kini pun masih berada di Belanda.
Gaby berangkat ke Belanda tidak sendirian. Ia bersama tujuh mahasiswa lain juga mendapatkan kesempatan belajar di negeri kincir angin itu. Mereka adalah Timoty Alexander, Ryan Nathaniel Limantara, Jennifer Talim, Jason Winston Wibawa, Sebastian Kornelius, Hans Christopher William dan Jessica Vivi Pribadi. Ketujuh mahasiswa prodi IBM UK Petra angkatan 2016 ini berangkat ke Belanda pada 21 Agustus 2019.
Di sana mereka menjalani perkuliahan, skripsi, sekaligus magang di beberapa perusahaan. Hidup jauh dari sanak keluarga dan dosen, membuat mereka semakin kompak. Tinggal di lingkungan baru dengan beberapa keterbatasan membuat mereka harus belajar mandiri, tak pantang menyerah dan saling menyemangati satu sama lain. Salah satunya adalah saat harus melamar ke puluhan bahkan ratusan perusahaan untuk mencari tempat magang di Belanda.
“Saya dan teman-teman memutuskan magang di Amsterdam, jadi harus keluar dari student housing yang sudah disediakan. Kami belajar membiayai kebutuhan hidup seperti air, listrik dan benar-benar merasakan hidup sendiri yang mungkin gak akan kita dapatkan jika tinggal di Indonesia, dekat orang tua,” urai Gaby.
Pengalaman baru yang senada juga diungkapkan oleh Ryan Nathaniel Limantara. “Hidup dan menyelesaikan skripsi di negeri orang menjadi pengalaman yang sangat berharga dan menyenangkan. Culture di Belanda yang lebih mandiri membuat kami harus memiliki semangat pantang menyerah. Dan yang lebih susah karena situasi pandemi,” tutur Ryan.
Menurut Gaby dan teman-temannya, budaya sekolah di Belanda jauh berbeda dengan di Indonesia. Dosen di Belanda lebih cuek dengan murid-muridnya. Jadi para mahasiswa harus pintar mengatur waktu dan molor kuliah itu menjadi hal yang biasa.
“Di Belanda lebih menunjang personal development dan tidak terlalu fokus ke nilai atau hasil akhir. Lebih banyak kesempatan untuk belajar team building, discussion process dan soft skills lainnya” jelas Gaby.
Pengalaman internasional Gaby tidak hanya itu saja, saat semester 5 ia juga pernah merasakan student exchange di Taiwan selama satu semester. Ia membagikan tipsnya bagi mahasiswa yang ingin merasakan pengalaman internasional.
“Beranilah keluar dari zona nyaman. Perjalanannya mungkin akan menantang, tetapi pelajaran dan pengalaman yang didapat sangatlah berharga. Rajin-rajinlah bertanya dan membangun koneksi juga sangat penting. Ada banyak organisasi-organisasi siswa indonesia di luar negeri contohnya PPI Enschde yang siap membantu, memberikan informasi, dan menjadi kawan," kata Gabriela Clara, mahasiswa UK Petra yang saat ini belajar di Belanda. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |
Sumber | : TIMES Surabaya |