Pendidikan

Kisah Mahasiswa UB Jalankan Bisnis Sembari Garap Tesis di Tengah Pandemi

Rabu, 30 Desember 2020 - 11:43 | 81.53k
Ferry Sandriya, mahasiswa Pascasarjana Universitas Brawijaya di sela kesibukannya merawat tanaman porang. (Foto: Naufal Ardiansyah/TIMES Indonesia)
Ferry Sandriya, mahasiswa Pascasarjana Universitas Brawijaya di sela kesibukannya merawat tanaman porang. (Foto: Naufal Ardiansyah/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Berupaya menjadi insan yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain adalah motto hidup Ferry Sandriya. Mahasiswa Pascasarjana Universitas Brawijaya (UB) itu tampak sibuk di halaman belakang rumahnya.

Ferry melepas selang air dan bergegas menutup keran saluran air. Ditemui TIMES Indonesia, Selasa (29/12/2020) di kediamannya di Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang, Ferry nampak sibuk merawat tanaman porang miliknya.

Advertisement

Senyumnya melebar seketika. Sebab, ia kedatangan tamu dari Jember. Ya, dia adalah Zakki Maulana, kawan lama Ferry yang hendak belajar bisnis porang.

Keduanya ternyata sama-sama menyelesaikan studi S2 di Ilmu Linguistik. Dulunya, mereka adalah teman seperjuangan saat kuliah S1 di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Ferry Sandriya UB

“Saya belajar bisnis porang ini belum setahun, Mas. Masih belajar juga. Kebetulan ada temen yang juga sama-sama ingin belajar bisnis,” tuturnya.

Perjuangan bisnis Ferry termotivasi dari kedua orang tuanya yang memang menjalankan bisnis pengiriman ekspedisi ke Arab Saudi. Ia mengaku tidak ingin menadah jaringan kedua orang tuanya.

Lantas, Ferry pun mencoba berbagai model bisnis mulai menanam porang, menjalani bisnis tebu di koperasi, hingga berjualan online.

Usut punya usut, bergelut di dunia bisnis tak membuat Ferry semakin semangat lantaran melihat kedua orang tuanya yang sukses meraup ratusan juta omzet.

“Waktu kuliah dulu saya beberapa kali gagal di dunia asmara. Dari situlah, saya semakin semangat untuk menjadi orang sukses. Akan saya buktikan saya bisa, baik karir akademik maupun bisnis,” kata Ferry menunjukkan tiga mantannya yang gagal dinikahi.

Pria kelahiran Malang, 31 Desember 1995 itu optimistis jika bisnis porang cukup menjanjikan. Bisnis tanaman ubi-ubian ini kata dia bisa dibuat bahan dasar kosmetik.

“Saya jual langsung ke pabriknya. Dari pabrik itu langsung dikirim ke Cina,” ungkapnya.

Sedangkan bisnis tebu yang ia geluti di koperasi, adalah usaha musiman. Jika musim tebu, koperasinya sibuk beroperasi. Mengatur administrasi hingga mengawal pengiriman tebu ke pabrik-pabrik gula di Jawa Timur.

Ferry sehari-hari melakukan aktivitasnya di rumah. Sesekali ia berkantor di koperasinya di Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang. Satu hal yang ia syukuri adalah hikmah dari pandemi Covid-19. Pasalnya, perkuliahan berlangsung daring, tanpa hadir fisik ke kampus.

Di semester akhir ini, kesibukannya hanya menyelesaikan tugas tesis. Ia meneliti pemberitaan Covid-19 di Indonesia menggunakan analisis wacana kritis menurut Van Dijk.

“Penuh perjuangan. Tidak mudah menyelesaikan studi sembari menjalankan bisnis. Tentu butuh tenaga dan pikiran ekstra karena keduanya tidak beriringan. Apapun itu, saya jalani dengan bahagia. Itung-itung jaga imun,” ujarnya.

"Covid-19 ini banyak berpengaruh kepada perubahan perilaku masyarakat. Saya bisa tahu kuliah daring ya berkat Covid ini. Berkat daring juga saya bisa meluangkan banyak waktu untuk bisnis saya," tuturnya.

Mahasiswa UB itu melanjutkan aktivitasnya merawat porang bersama tamunya. Ia turut mengajak masyarakat disiplin menerapkan protokol 3 M yakni memakai masker, menjaga jarak aman dan mencuci tangan pakai sabun. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES