Pendidikan

Berganti Status dari STIKes, Unaic Cilacap Kini Terakreditasi B

Jumat, 20 Mei 2022 - 14:55 | 262.94k
Setelah berganti status dari STIKes, Unaic Cilacap mendapat akreditasi B. (FOTO: Estanto Prima Yuniarto/TIMES Indonesia)
Setelah berganti status dari STIKes, Unaic Cilacap mendapat akreditasi B. (FOTO: Estanto Prima Yuniarto/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, CILACAP – Universitas Al Irsyad Cilacap (Unaic Cilacap) melakukan audit internal melalui Audit Mutu Akademik Internal (AMAI). Dan saat ini tidak hanya menyangkut akademik, tetapi juga administrasi, laboratorium, dan pelayanan terkait kemahasiswaan serta alumni.

Untuk melihat apakah proses penjaminan mutu internal itu benar-benar telah terlaksana dengan baik atau tidak, maka dilakukan audit eksternal.

Advertisement

"Dan lembaga yang melakukan audit eksternal di universitas atau perguruan tinggi di Indonesia adalah Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)," kata Rektor Universitas Al Irsyad Cilacap (Unaic), Sarwa saat ditemui TIMES Indonesia, Jumat (20/5/2022).

Menurutnya, sejak era 2015 ke sini untuk akreditasi masing-masing disiplin ilmu atau fakultas, BAN-PT mulai mendelegasikan wewenangnya kepada Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM).

"Kebetulan karena kita Unaic berangkatnya dari perubahan bentuk STIKes yang saat ini sudah terlaksana audit eksternal itu dilaksanakan oleh Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan Tinggi Kesehatan (LAM PT Kes). Sementara untuk akreditasi institusinya masih oleh BAN-PT," ungkapnya.

Sarwa menambahkan, sudah menjadi kelaziman di masyarakat kita bahwa salah satu indikator perguruan tinggi itu baik atau tidak biasanya melihat akreditasinya apa.

Oleh karenanya, pelaksanaan akreditasi di perguruan tinggi itu menjadi strategis karena selain untuk marketing atau promosi bahwa perguruan tinggi tersebut layak untuk dipilih oleh masyarakat, dan selanjutnya menyangkut legalitas.

Perguruan tinggi boleh mengeluarkan ijazah atau tidak, salah satunya program studi yang ada perguruan tinggi tersebut harus sudah terakreditasi oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah.

"Saat ini kita masih fokus kepada lembaga yang primer yaitu LAM PT Kes dan lembaga akreditasi mandiri lainnya. Kita juga sebenarnya sudah melaksanakan akreditasi untuk tata kelola manajemen yaitu dengan ISO. Alhamdulillah, kita sudah mendapat ISO," ungkap Sarwa.

Terkait program studi di Unaic, Sarwa mengatakan ada 12, dan 10 program studi yang ada telah terakreditasi dengan nilai B atau baik sekali atau unggul.

Ke-10 program studi tersebut diantaranya D3 Keperawatan, S1 Keperawatan, Pendidikan Profesi Ners, D3 Kebidanan, S1 Kebidanan, D3 Farmasi, S1 Farmasi, D3 Fisioterapi, dan di pertengahan Mei ini sedang mengakreditasi  program studi baru (karena belum meluluskan) yaitu D4 Teknologi Laboratorium Medis.

"Sebenarnya ini baru tahun ketiga, dan untuk meluluskan tahun depan lagi. Mengapa kita melaksanakan akreditasi jauh hari, karena itu sebagai upaya kita dalam rangka deteksi dini, apakah sejak awal manajemen atau tata kelola pada program studi kita sudah sesuai dengan standar yang telah ditentukan atau tidak," jelasnya.

Dan untuk mengetahuinya, ia mengungkapkan, mau tidak mau kita harus dinilai oleh lembaga eksternal. "Mudah-mudahan walau ini belum meluluskan dan karena komitmen yang sunguh-sungguh dari pihak universitas, fakultas, dan program studi, hasilnya juga sesuai dengan harapan kita dan tentunya harapan masyarakat.

Karena masyarakat secara administratif juga mempersyaratkan, khususnya untuk program studi yang dituju itu sudah terakreditasi minimal baik atau baik sekali," beber Sarwa.

Diharapkan, ke depan animo masyarakat semakin meningkat, kepercayaan masyarakat pada  Unaic juga makin meningkat sehingga kita semakin berkomitmen untuk menjaga quality lulusan kita, user atau stakeholder yang menggunakan produk lulusan kita itu kita survei, puas.

Terkait proses akreditasi, Sarwa menerangkan untuk program studi baru minimal 2 tahun operasional, baru bisa mengajukan akreditasi. Maksimal sebelum meluluskan mahasiwa.

"Sehingga ketika perguruan tinggi sudah meluluskan tapi kok belum akreditasi, ijazahnya ilegal atau tidak sah. Masyarakat juga harus jeli, harus kritis ketika memilih perguruan tinggi. Memilih jangan hanya karena gedungnya mewah atau nama besar, sebab akreditasi itu siklus 5 tahunan," ungkapnya.

Ia melanjutkan, setiap 5 tahun perguruan tinggi diakreditasi. Karena bisa saja sekarang unggul, 5 tahun ke depan bisa unggul, bahkan lebih unggul atau sebaliknya.

"Karena ini menjadi komitmen Unaic bahwa penjaminan mutu itu memang harus menjadi budaya. Karena bagaimanapun juga lulusan yang berkualitas itu daya serap dari stakeholder juga bagus." imbuhnya.

Seperti Unaic, lulusan Keperawatannya banyak yang di Jepang. Di Jepang memang tidak pernah menanyakan akreditasi, tapi mereka berbasis quality langsung dan jika dites menunjukkan lulus menurut standar mereka, ya lulus.

"Kalau di kita lain, tetap menggunakan akreditasi, seperti administrasi, dokumen-dokumen ditanya. Tapi substantifnya adalah akreditasi itu harus menggambarkan quality yang sesungguhnya," sambungnya.

Dengan demikian, tambahnya, output-nya suatu lulusan ketika dites oleh user memang bagus. Kemudian yang sudah bekerja ya memang mereka menunjukkan kinerja yang bagus, dan yang namanya proses yang baik selama pendidikan itu biasanya bisa dilihat ketika mereka bekerja secara reality.

"Dan alhamdulillah perjalanan waktu yang cukup lama, lulusan Unaic dari Fakultas Ilmu Kesehatan berdasarkan tracer study kemudian evaluasi, kepuasan stakeholder mereka rata-rata puas dengan kinerja dari lulusan Unaic," paparnya.

Menurut Sarwa, lulusan Unaid paling banyak Keperawatan dan Kebidanan, 30 persen diterima di ASN, 40 persen perusahaan swasta, 5 persen berwirausaha.

"Ada yang jadi juragan kelapa sawit, juragan fashion. Itu wujud lulusan Unaic yang melaksanakan merdeka belajar dari kampus merdeka, siap bekerja di manapun. Dan tentunya banyak juga yang bekerja di sektor swasta," tegasnya.

Untuk luar negeri yang paling banyak di Jepang, sekitar 27 orang. Bahkan, salah satu alumni Unaic kemampuan bahasa Jepangnya terbaik untuk perawat dari luar Jepang yang bekerja di Jepang. "Dia TOEFL-nya bagus, di Jepang istilahnya N-1, N-2, dan sebagainya. Dia bekerja sudah lebih dari 6 tahun," paparnya.

Selain itu ada juga di Abu Dhabi, Arab Saudi, Kuwait, dan sekarang merintis ke Eropa, seperti di Belgia mengambil pascasarjana di sana.

Ke depan, sesuai dengan visi dan misi dari Yayasan Sosial Al Irsyad Cilacap, pihaknya ingin berkontribusi terhadap pembangunan khususnya di bidang sumber daya manusia (SDM), bidang pendidikan.

"Ya minimal Unaic itu besok menjadi tiga besar, dan 10-20 tahun ke depan kita menjadi perguruan tinggi pilihan di Banyumas Raya. Kita juga bermitra dengan Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP). Kita membayangi Unsoed dan UMP," ucap Sarwa menutup perbincangan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES