Pendidikan

Simak, Begini Cara Menulis Abstrak dan Latar Belakang Dalam Karya Ilmiah dari Pimred JSEAHR

Jumat, 18 November 2022 - 13:46 | 39.35k
Pimred JSEAHR Al Hanif menyampaikan materi pelatihan menulis artikel ilmiah. (Foto: Media Center Fakultas Syariah UIN KHAS for TIMES Indonesia)
Pimred JSEAHR Al Hanif menyampaikan materi pelatihan menulis artikel ilmiah. (Foto: Media Center Fakultas Syariah UIN KHAS for TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JEMBER – Pemimpin Redaksi Journal of Southeast Asian Human Rights/JSEAHR Al Hanif mengatakan bahwa menulis adalah sebuah keahlian (skill). Jurnal JSEAHR sendiri sudah terindeks scopus sejak 2021 yang silam. 

Menurutnya, jika keahlian tersebut tidak diasah, maka keahlian tersebut akan tumpul dengan sendirinya. 

Advertisement

"Sebaliknya, jika terus diasah, kemampuan tersebut akan terus berkembang," kata Al Hanif saat diundang sebagai pemateri dalam acara Ngobrol Bareng Tapi Santai (Ngobras) Pelatihan Menulis Artikrel Ilmiah Jurnal Internasional dan Terakreditasi yang digelar Fakultas Syariah UIN KHAS Jember, beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut, dia menerangkan bahwa untuk mengasah keterampilan tersebut, sedikitnya terdapat tiga kunci penting yang perlu dilakukan.  

"Ada tiga unsur penting jika tidak ingin gagal dalam menulis yaitu 10 hari membaca, 10 hari menulis dan 10 hari me-review. Jika dari salah satu unsur tidak digunakan dijamin gagal," pungkas Al Hanif.

Dalam kesempatan tersebut, Al Hanif juga mengupas teknik pembuatan abstrak dan latar belakang pada sebuah artikel ilmiah.

Dia menerangkan, abstrak adalah suatu penjelasan singkat mengenai isi pada suatu artikel. 

Di dalam membuat abstrak, lanjutnya, terdapat sejumlah metode yang dilakukan oleh penulis. 

Sementara itu, terdapat beberapa ketentuan dalam menulis abstrak di antaranya tidak berbentuk naratif dan tidak boleh ada kutipan langsung, seperti bunyi undang-undang atau ayat di dalam kitab suci.

Sedangkan latar belakang, terang dia, merupakan deskripsi permasalahan yang akan diteliti. 

Di dalam latar belakang berisi fenomena, masalah, urgensi masalah, dan GAP (kesenjangan). 

"Jangan sampai orang yang mengikuti Ngobras ini nanti ketika membuat skripsi tidak sesuai standar," pungkasnya.

Narasumber lainnya, Pemimpin Redaksi Journal IJLIL, Mohammad Ali melengkapi, membaca merupakan penunjang dalam penulisan jurnal dan artikel. 

"Membaca itu bisa dengan tiga cara yaitu membaca lingkungan, suka berdiskusi, dan harus menulis," tuturnya. 

Pada kesempatan yang sama, Ali juga memaparkan tentang tahapan proses penulisan artikel ilmiah. 

Dimulai dari pemilihan jurnal ilmiah, mencari petunjuk penulisan naskah, mencari contoh artikel yang sudah terbit, menulis artikel sesuai petunjuk, mengirim naskah artikel, pengembalian naskah oleh editor, perbaikan naskah, memperbaiki naskah dan mengirimkan kembali kepada jurnal yang dituju, dan terakhir pemeriksaan Uncorrected Proof.

“Kalau di jurnal IJLIL penulisan judul itu maksimal 12 kata, umumnya 7 atau 8. Intinya, jangan bosan-bosan membaca petunjuk dalam kepenulisan agar sesuai dengan ketentuan,” tambahnya.

Prof. Dr. M. Noor Harisudin, M.Fil.I., Dekan Fakultas Syariah UIN KHAS Jember mendukung adanya pelatihan menulis artikel ilmiah tersebut. 

Dia menerangkan, Fakultas yang dinahkodainya juga sudah memiliki Rumah Literasi yang bergerak sebagai wadah literasi mahasiswa mulai semester satu ke atas. 

"Fakultas Syariah juga sudah terkenal gudangnya penulis, bukan hanya dosennya, tapi juga mahasiswanya. Mahasiswa Syariah tercatat sebagai penulis buku, jurnal ilmiah, prosiding, dan sebagainya," ujar Prof Haris.

Pada kesempatan itu, Prof Haris juga menyampaikan penggantian skripsi dengan artikel ilmiah yang sudah tembus jurnal Sinta 2.  

"Nanti jika artikel mahasiswa Syariah ada yang tembus ke Sinta 2, tidak perlu membuat skripsi. Cukup membuat jurnal ilmiah yang Sinta 2 lalu itu diserahkan ke Fakultas Syariah sebagai pengganti skripsi," ungkap Prof. Haris yang juga Sekretaris Forum Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri se-Indonesia. 

Prof. Haris juga terus mendorong mahasiswa untuk mempunyai karya melalui menulis. "Ini teman-teman Media Center, kalau tidak ada tulisan, mereka dicoret dari anggota. Karena itu, jangan bangga jadi mahasiswa Fakultas Syariah kalau belum menulis di jurnal ilmiah," tambah Prof Haris yang juga Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur tersebut. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dody Bayu Prasetyo
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES